Bangkit Membantu Sesama Korban Gempa

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto, Jumo (Relawan Tzu Chi Indonesia)

Bantuan untuk Nepal

Relawan Tzu Chi menggalang warga setempat untuk ikut serta menyiapkan barang bantuan untuk disalurkan kepada korban gempa.

Dua minggu pascagempa yang melanda Nepal, rombongan relawan dan tim medis Tzu Chi terus berkoordinasi guna menyalurkan bantuan lanjutan. Rencananya pada Minggu, 10 Mei 2015, Tzu Chi akan menyalurkan bantuan ke beberapa titik di wilayah Bhaktapur yang mengalami kerusakan cukup parah akibat gempa. Sadar bahwa waktu menuju hari penyaluran bantuan, para relawan Tzu Chi menggalang tenaga masyarakat setempat untuk ikut membantu persiapan barang bantuan. Pada Jumat, 8 Mei 2015, pukul 09.00 waktu setempat, relawan Tzu Chi Indonesia bertolak ke Katungjae-4, Bhaktapur, Nepal untuk bertemu seorang pengusaha karpet bernama Lobsang Lama.

Hari itu, Lobsang mengajak seluruh karyawannya untuk membantu relawan Tzu Chi membungkus hygiene pack. Sebanyak 22 orang yang datang dan mereka bersedia membantu.  Dalam jangka waktu tujuh setengah jam, mereka berhasil membungkus 2.800 bungkus hygiene pack. Pada hari yang sama, barang bantuan berupa minyak sayur dan gula telah tiba. Bantuan tenaga juga terus diberikan oleh Lobsang dan para relawan setempat.

Lobsang menceritakan perkenalannya dengan dengan Tzu Chi bermula dari gempa yang terjadi pada 25 April 2015 lalu. Lobsang saat itu tengah melakukan pertemuan dengan mitra kerja di India. Setelah mengetahui adanya gempa yang melanda Nepal, dia segera menelepon keluarganya yang tinggal di wilayah Kathmandu. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya dia mendapat kabar baik bahwa keluarganya selamat dan sudah berada di tempat yang aman.

Bantuan untuk Nepal

Lobsang Lama (memakai topi) tergugah untuk membantu. Dia meminjamkan gudangnya untuk digunakan relawan Tzu Chi sebagai tempat penyimpanan logistik dan mengajak para karyawannya untuk membantu pengemasan barang bantuan.

Hatinya langsung lega dan bersyukur. Namun, dia juga perlu melihat langsung kondisi keluarganya. Sehingga ia segera mencoba menuju Kathmandu. Ternyata ia mengalami kendala karena pesawat yang memasuki Kathmandu sudah terlalu banyak dan ijin untuk terbang ke Kathmandu pun sangat sulit. Akhirnya pada 29 April 2015, ia berhasil mendapatkan tiket pesawat untuk kembali ke tanah airnya. Lobsang bertemu degan relawan Tzu Chi dalam penerbangan itu.
Lobsang mulai mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi. Melihat para relawan Tzu Chi yang berniat meringankan penderitaan warga korban gempa, Lobsang tersentuh. Dia menawarkan diri untuk membantu. “Orang dari luar negara saja mau bantu negara saya, kenapa saya yang orang lokal tidak membantu,” pikir Lobsang.

Lobsang mengaku bahwa sebelum ada bencana gempa ini, dia belum pernah mengenal Tzu Chi. Perkenalannya dengan Jumo, salah satu relawan Tzu Chi Indonesia menambah kuat ikatan jodoh baik yang sudah terjalin dengan Tzu Chi. “Saya yakin itu adalah karma saya dengannya (relawan Tzu Chi-red). Saya yakin jika pasti kita ada jalinan jodoh baik sebelumnya sehingga bisa ketemu relawan Tzu Chi  dan tentunya saya juga harus ikut membantu. Apalagi saya merasa di yayasan inilah tempat yang tepat untuk saya ikut bersumbangsih,” tambah Lobsang.

Bantuan untuk Nepal

Alia Awal bersyukur dia dan keluarganya selamat dari gempa meski rumahnya hancur dan tidak bisa ditinggali. Berangkat dari rasa syukur itu timbul niat untuk membantu sesama korban gempa.

Lobsang menyadari bahwa relawan Tzu Chi mengalami kendala mengenai lokasi penyimpanan logistik. Lobsang berinisiatif mengajukan gudangnya yang berukuran  untuk menjadikan gudangnya yang berukuran 23 meter persegi sebagai lokasi penyimpanan logistik Tzu Chi. Tak hanya itu, dia juga membantu para relawan menemukan para penyuplai sembako dan alat kebersihan untuk disalurkan kepada korban gempa. “Kami warga Kathmandu sangat beruntung dan bersyukur karena kami yang tinggal di sini tidak terluka sehingga kini juga saatnya kami bisa bersumbangsih untuk sesama,” pungkas Lobsan.

Kesan yang ditangkap Lobsang mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi sendiri adalah organisasi yang terstruktur dan sigap dalam penyaluran bantuan. “Tzu Chi menolong semua orang dan mengajak semua orang yang selamat untuk menyatukan kekuatan kebaikan untuk menolong orang lain yang membutuhkan. Jika niatnya baik, saya yakin apapun yang akan kamu lakukan akan lancar dan berjalan mulus. Sama seperti acara pembagian bantuan ini, saya yakin semuanya akan aman,” ujar ayah dari tiga putra itu.

Lobsang juga mengajak kedua keponakan angkatnya, Alia Awal dan kakaknya, Shrijana Awal untuk ikut membantu. Tepat hari itu, Alia berulang tahun dan ia memanfaatkan hari kelahirannya itu untuk bersumbangsih bagi sesama. “Sanak keluarga saya semuanya selamat, tidak ada yang terluka maupun meninggal. Jadi saya ingin membalasnya dengan menolong orang lain juga karena Tuhan telah memberikan berkah ini pada saya. Jadi saya harus membagikan berkah ini kepada orang lain juga,” ujar gadis yang genap berusia 21 tahun ini.

Alia dan Shrijana menceritakan bahwa rumahnya di Bansagopali I, hancur akibat gempa sehingga mereka menetap sementara di pabrik.  Dua hari pertama, mereka dan keluarga sempat menetap di tenda pengungsian bersama 400 pengungsi lain. Mendengar hal itu, Lobsan memboyong mereka ke pabrik di Bhaktapur. “Saya berharap saya dapat menolong mereka (warga pengsungsi-red) karena akibat gempa, mereka kehilangan semuanya. Saya ingin dengan bersama-sama kalian menolong mereka,” pungkas Alia sembari membungkus hygiene pack. Saat ini, Alia kembali  melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ketentaraan Nepal.

Semangat dan cinta kasih yang ditularkan oleh relawan Tzu Chi dan relawan setempat setidaknya dapat menjadi salah satu langkah nyata untuk mengembalikan semangat warga Nepal untuk kembali bangkit. Relawan Tzu Chi memberikan bantuan sekaligus melakukan pendampingan serta menggalang hati warga setempat untuk bangkit dari keterpurukan.


Artikel Terkait

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -