Bangunan Lintas Agama

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 

fotoPara siswa SMPN 23 Jakarta membantu kerja para tukang bangunan dengan merapikan puing-puing bangunan sebagai dasar dari halaman depan Mushola Nurul Jannah di lingkungan sekolah mereka.

 

Dari Jalan Pademangan Timur VI, Jakarta Utara, kami tak melihat jelas letak Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 23 Jakarta, sekolah yang hendak kami tuju siang itu. Satu petunjuk yang dapat mengarahkan kami hanyalah sepotong kecil papan petunjuk yang memperlihatkan arah menuju ke sekolah tersebut. Kami lantas menyusuri jalan masuk dan akhirnya tiba di depan sebuah gerbang yang bertuliskan “Welcome to SMPN 23 Jakarta”. Rupanya, inilah SMPN 23 Jakarta yang hendak kami datangi. Memang Rabu siang itu, 2 September 2009, kami hendak meliput kegiatan pembangunan Mushola Nurul Jannah di sekolah ini.

 

 

Saat diperhatikan, gedung SMPN 23 ini terdiri dari tiga bangunan utama berlantai dua dengan bentuknya yang mirip dengan huruf N jika dilihat dari depan. Saat kami datang, keriuhan dan juga ketenangan tampak mewarnai kegiatan belajar mengajar hari itu. Di halaman depan, puluhan siswa-siswi pun tampak sedang melakukan kegiatan olah raga. Tak lama, kami pun bertemu dengan para relawan Tzu Chi yang sedang melakukan pembangunan Mushola Nurul Jannah.

Pembangunan Sempat Terhenti
Menurut Ahmad Rifai, guru agama Islam SMPN 23 Jakarta, pembangunan mushola ini sendiri telah berjalan satu tahun lamanya. Namun, sejak 4 bulan lalu, pembangunan terhenti karena kekurangan dana. Terhenti karena dana pembangunan mushola ini seluruhnya mengandalkan dana swadaya para murid dan guru serta warga sekitar yang berkeinginan memiliki sarana ibadah yang representatif.

Dana swadaya yang besarannya Rp 500,- hingga Rp 1.000,- per anak ini sebenarnya telah dikumpulkan sejak setahun lalu oleh para siswa dan guru dari berbagai agama melalui program Gerakan Pengumpulan Uang Jajan (GPUJ). Dana yang diberikan pun sukarela dan tidak ada paksaan sedikit pun. “Bahkan para siswa-siswi dan guru dari non Muslim pun sukarela membantu pembangunan ini,” tutur Ahmad Rifai. 

“Berkat dana GPUJ ini bentuk mushola mulai terlihat, walau belum sampai taraf finishing,” ujar Ahmad Rifai. Tujuan pembangunan mushola di sekolah ini tak lain agar para siswa dan siswi dapat melaksanakan ibadah sehari-hari dan pelaksanaan hari besar agama Islam pun dapat dilangsungkan. “Selain menjadi pembinaan lingkungan anak, mushola ini juga dapat menjadi pembinaan lingkungan sekitar,” tambahnya.

 

foto  foto

Ket : -Pembangunan mushola yang sempat terhenti tiga bulan lamanya, kini telah berjalan kembali, dan wujudnya           pun makin kentara, apalagi saat para tukang ini memperindah mushola dengan memberi cat warna hijau           di dinding-dindingnya. (kiri)
       -Jika sebelumnya, lantai dasar mushola tak berlantai keramik, setelah pembangunan dilanjutkan, kini lantai          dasarnya telah berkeramik dan telah dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah, apalagi di bulan          Ramadan ini. (kanan)

Saat ini, di saat bulan Ramadhan, lantai dasar mushola yang pembangunannya telah selesai sudah dipergunakan untuk melaksanakan shalat tarawih bersama-sama warga sekitar. “Dari awal Ramadhan, setiap tarawih musholanya selalu penuh,” jelasnya.

Siswa dan Siswi pun Membantu
Pukul 10.30 siang, Sudarna, guru pendidikan jasmani dan kesehatan menginstruksikan para siswanya yang sedang berolahraga untuk membantu merapikan puing-puing bangunan di depan halaman mushola. Mereka segera bergegas mengangkat, menimbun, dan meratakan puing-puing yang berserakan itu di depan  halaman mushola. Satu jam berlalu, halaman mushola yang tadinya berlubang besar kini telah rata dan tinggal dipasangkan kon blok saja. Abdul Azis, salah satu siswa yang membantu meratakan halaman mushola mengatakan senang dan bahagia karena dapat membantu pembangunan ini. Harapannya mushola ini akan lebih baik dan banyak yang menggunakannya.

Selesai dengan perataan tanah di halaman mushola, Sudarna lantas memanggil para siswi. Ia meminta mereka menyapu lantai dalam mushola agar bersih dari kotoran. Dengan sigap para siswi ini memegang sapu dan bergegas membersihkan lantai mushola. Kedelapan siswi ini pun kemudian menyapu lantai mushola dari ruangan paling depan hingga ke pintu keluar. Mushola itu kini makin terlihat lebih indah dan nyaman.

Ahmad Rifai menuturkan, “Para siswa dan siswi di sekolah ini juga membantu kerja para tukang pembangunan mushola.” Membawakan bata, pasir, dan barang-barang lain, itulah yang dilakukan para siswa dan siswi ini. “Tentu dengan tidak mengganggu aktivitas belajar mereka di kelas,” paparnya lebih lanjut.

 

foto  foto

Ket : - Memanfaatkan sebidang tanah di belakang gedung sekolah, Mushola Nurul Janah dibangun setahun yang            lalu. Namun karena keterbatasan dana, pembangunan pun sempat terhenti tiga bulan lamanya. (kiri)
          - Di belakang mushola, tukang ini tampak sedang mengerjakan pembangunan kamar mandi dan tempat             wudhu khusus bagi murid perempuan. (kanan)

Jodoh itu Datang dari Pademangan Barat
Ahmad Rifai yang bertempat tinggal di Pademangan Barat ini rupanya telah cukup lama mengenal Tzu Chi. Apalagi ia adalah salah satu anggota Dewan Masjid Indonesia (DMI) di sana. Maka tak heran ia pun mengenal Ustadz Agus Yatim yang kini telah bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi. Dari Ustadz Agus Yatim pula, Ahmad Rifai mengenal Abdul Rojak dan Yoppie, dua relawan Tzu Chi yang bertugas di Pademangan Barat. Dari sanalah, Ahmad Rifai memberanikan diri mengajukan permohonan bantuan pembangunan lanjutan kepada Tzu Chi disebabkan pembangunan mushola sekolah mereka telah terhenti tiga bulan lamanya.

Setelah tiga kali survei dari dua instansi yang berbeda sebelum Tzu Chi, pembangunan pun dapat dilaksanakan kembali. Usai melalui prosedur survei dan persetujuan, maka di awal bulan Agustus 2009 lalu, pembangunan pun mulai dilaksanakan. Karena proses pembangunan tinggal pada tahap finishing semata, maka Tzu Chi pun cukup melanjutkan saja. Kini bangunan mushola Nurul Jannah pun telah berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat dipergunakan untuk melaksanakan ibadah sehari-hari. Sebuah mushola yang menjadi perwujudan nyata lahirnya toleransi dan lintas agama di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

 
 

Artikel Terkait

Tumpeng yang Penuh dengan Semangat Cinta

Tumpeng yang Penuh dengan Semangat Cinta

27 November 2019

Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 1 mempersiapkan nasi tumpeng untuk acara Serah Terima Kunci Rumah Warga penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi di Kamal, Jakarta Utara, Minggu, 17 November 2019.

Berbuat Kebajikan Sejak Dini

Berbuat Kebajikan Sejak Dini

07 Juli 2014
Sebanyak 40 Bodhisatwa Kecil dari Vihara Budhi Bhakti datang berkunjung ke Yayasan Buddha Tzu Chi, Batam. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengenalkan Bodhisatwa Kecil  mengenai Tzu Chi. Bodhisatwa Kecil tak lupa memberikan hormat pada Master Cheng Yen, selanjutnya mereka mengikuti rangkaian kegiatan dengan tertib dan teratur.
Perayaan Penuh Makna

Perayaan Penuh Makna

29 Mei 2013 Melalui Hari Waisak, kita membalas budi luhur Buddha. Melalui Hari Ibu, kita membalas budi luhur orang tua, dan melalui Hari Tzu Chi, kita membalas budi luhur semua makhluk.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -