Banjir Jakarta: Bantuan Medis Sesuai Kebutuhan
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Seperti yang ditemukan oleh Tim Medis Tzu Chi saat menggelar posko kesehatan di SDN 01 & 02, Kapuk Muara, Senin 20 Januari 2014 lalu. Sebanyak 106 warga datang berobat di posko tersebut, dimana mayoritas warga menderita gatal serta demam. Mewakili Tim Medis Tzu Chi, dr. Ruth O. Anggraini menjelaskan bahwa cuaca yang tidak bisa diprediksi merupakan faktor utama yang menyebabkan penyakit yang menjangkiti mayoritas warga tersebut. “Penyebab utamanya adalah cuaca yang tidak bisa diprediksi, ditambah lagi kelembaban suhu saat banjir sehingga orang dengan mudah terinfeksi saluran napas bagian atas. Selain itu juga anak-anak senang sekali bermain air banjir yang kotor menyebabkan mereka dengan mudah sekali terjangkit gatal-gatal, flu, dan diare,” jelas dr. Ruth. Contohnya Sutini (20 tahun) yang dengan sabar berdiri mengantri menunggu giliran pemeriksaan dokter. Tangan kanannya menggandeng Cintia, anak pertamanya yang baru berusia 6 tahun, sedangkan di sisi kiri ia menggendong Dani, anak keduanya yang baru saja berusia 6 bulan. Sejak Sabtu (18/1/2014) lalu rumah mereka sudah terendam air. Keadaan itu memicu timbulnya gatal-gatal pada kulit ibu dan anak ini. “Bersyukur ini ada dokter yang datang, kalau nggak mah bisa makin parah anak saya,” ujarnya. Sama halnya dengan Amelia Putri (6 tahun) yang memeriksakan diri tanpa ditemani orang tuanya. “Aku diare sama gatal-gatal,” ujarnya sambil menunjukkan bintik-bintik merah akibat gatal di tangannya. Sudah sejak Jumat, 17 Januari 2014 lalu, warga memutuskan untuk meninggalkan rumah dan mengungsi di posko SDN 01&02 Kapuk Muara karena kondisi air yang semakin meninggi. Para warga yang mengungsi kebanyakan menggunakan ruang kelas dan lantai sekolah untuk beristirahat. Pasokan listrik dan air bersih juga sangat minim menyebabkan warga semakin sulit untuk menjaga kesehatan masing-masing.
Keterangan :
Pasokan bantuan sembako memang sudah diperoleh warga namun bantuan pengobatan yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Bantuan pengobatan Tzu Chi kali itu merupakan bantuan medis pertama yang datang dan memberikan pengobatan pada warga di sana. “Ini bantuan pengobatan pertama yang datang,” kata seorang panitia posko. Bantuan ini disambut antusias oleh para warga. Begitu tim tiba sekitar pukul 16.30 WIB, warga langsung menyiapkan meja serta kursi untuk obat-obatan dan juga meja periksa. Dengan sigap relawan mengatur tim dan membagi tugas tanpa menyia-nyiakan waktu. Satu persatu pasien ditangani oleh dokter sampai malam tiba. Hingga pukul 18.30, posko menjadi gelap gulita karena tidak adanya penerangan dan membuat dokter agak sulit untuk melihat kondisi pasien. Tim medis akhirnya memutuskan untuk menunda pemeriksaan bagi sebagian pasien yang telah mengantri. Kecewa pasti dirasakan oleh warga, namun para relawan memberikan penjelasan yang bisa dimengerti mereka. “Pengobatannya kita lanjutkan besok ya Bu.. Pak..,” ujar Indrawati Shijie. “Ini karena penerangan minim, takutnya nanti malah salah tulis dan salah kasih obat,” tambahnya. Saat memberikan resep dokter, para relawan juga memanfaatkan sinar dari lampu telepon genggam masing-masing untuk menghindari kesalahan. Walaupun Hanya Tumpangan, Ini Sangat Bermakna
Keterangan :
Siman merupakan seorang penderita penyempitan jantung. Penyakit ini dideritanya sejak dua tahun lalu, dan ia juga sudah berulang kali melakukan operasi untuk kesembuhan penyakitnya tersebut. Marni (49 tahun), istrinya, menjelaskan bahwa kambuhnya penyakit sang suami memang sudah sering terjadi namun tidak separah hari itu. “Sejak kemarin saya larang bapak untuk lihat banjir, dianya nurut sih. Cuma kan cuaca juga nggak jelas, jadi berpengaruh ke kondisi bapak. Kebetulan obatnya bapak juga lagi abis, dan nggak bisa kontrol karena banjir jadi kumatnya sampe batuk-batuk semaleman nggak berhenti. Sampai pagi-pagi saya minta anak saya buat cari cara anterin bapak ke rumah sakit,” ujarnya. Suhadi, anak pertama Siman, saat menerima kabar mengenai kondisi ayahnya langsung melaporkan diri pada RW setempat dan meminta bantuan untuk dievakuasi. Rumah Siman di Gang Taniwan, Kapuk Raya memang tidak terendam banjir, namun akses jalan sudah tergenang air lumayan tinggi. Beruntung sekali tim SAR dengan sigap menghampiri dan ikut membantu. Setelah bertemu dengan tim bantuan Tzu Chi, Siman dan keluarganya langsung dibawa ke Posko Tzu Chi di Aula Jing Si dengan menggunakan truk TNI. Sepanjang jalan para personil TNI menenangkan Siman dan membantunya semampu mereka. Sesampainya di posko, dokter langsung memeriksa kondisi pasien dan memberikan obat serta oksigen. “Terima kasih ya sudah menolong saya,” ujar Siman dengan tulus walau nafasnya masih putus-putus. “Walaupun cuma numpang, ini sudah sangat membantu,” tambah sang anak, Suhadi. Relawan kemudian mengantarkan Siman dan keluarganya menuju RSUD Cengkareng untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. | |||
Artikel Terkait
Menyalurkan Bantuan Banjir di Kelurahan Sei Mati
10 Maret 2022Hujan deras yang mengguyur kota Medan pada 27-28 Februari 2022 menyebabkan beberapa titik dilanda banjir. Salah satunya di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun.
Memantapkan Hati di Jalan Bodhisatwa
05 Januari 2010 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Batam mengadakan pelatihan relawan pada 15 Desember 2009. Ada 3 narasumber asal Taiwan yang sharing tentang mengalang dana dan hati untuk menginspirasi para pengusaha. Dengan demikian, maka akan semakin banyak orang yang memiliki hati Bodhisatwa.Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Manokwari, Papua
05 Agustus 2019Untuk memberantas penyakit mata di wilayah Papua, Tzu Chi mengadakan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Rumah Sakit Bhayangkara Lodewijk Mandatjan, Papua Barat. Baksos yang diadakan pada 19-21 Juli 2019 ini ada 259 orang yang berhasil dioperasi. Pasien katarak 204 orang, dan pterygium sebanyak 55 orang pasien.