Banjir Jakarta: Bersih-bersih Jing Si Books & Cafe Pluit

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

fotoKondisi Jing Si Books & Café Pluit pada tanggal 26 Januari 2013, sebelumnya ketinggian air yang masuk ke dalam tempat ini mencapai 100 cm.

Banjir di Jakarta yang melanda beberapa wilayah, diantaranya yang terparah dan berlangsung lama adalah di daerah Pluit. Banyak rumah yang terendam air, rumah yang dibangun lebih tinggi dari jalan raya mungkin ada sebagian yang lolos dari masuknya air, namun rata-rata semua rumah yang ada di sana terendam air dengan ketinggian 1 hingga 2 meter, tergantung tingginya posisi rumah. Jing Si Books & Cafe yang terletak di Jl. Pluit Permai Raya No.20, Jakarta Utara pun tidak terkecuali kemasukan air. Walaupun posisi lantai dasar Jing Si ini sudah lebih tinggi ±60 cm dari jalan raya di depannya, namun masih juga terendam air dengan ketinggian 100 cm. Sejak tanggal 17 Januari lalu, Jing Si Books & Cafedi Pluit ini efektif menghentikan segala aktivitasnya untuk sementara.

Jing Si Books & Cafe adalah pusat pengembangan budaya kemanusiaan Tzu Chi, tempat dimana setiap orang dapat mendalami ajaran Master Cheng Yen serta lebih memahami filosofi Tzu Chi. Selain sebagai toko yang menjual berbagai produk Jing Si seperti buku, CD/DVD, makanan dalam kemasan, produk DaAi Tech., dan cafe yang menyediakan berbagai jenis minuman beraroma memikat, Jing Si Books & Cafe Pluit juga merupakan salah satu tempat yang biasanya dipakai para relawan Tzu Chi untuk mengadakan berbagai kegiatan seperti donor darah, gathering, belajar isyarat tangan, bedah buku, belajar kerajinan tangan, dan berbagai kegiatan lainnya.

Membersihkan dengan sepenuh hati
Air setinggi 100 cm yang betah berada di dalam bangunan Jing Si Books & Cafe Pluit sejak tanggal 17 itu pun akhirnya mulai surut. Tanggal 25 Januari, walaupun air masih menggenang tipis di dalam gedung Jing Si, sebanyak 25 orang yang terdiri dari 5 orang staf Jing Si dan 20 orang relawan Tzu Chi datang untuk memulai proses pembersihan. Karena air masih menggenang di dalam gedung, maka pada hari pertama proses pembersihan, yang pertama kali dilakukan adalah evakuasi barang. Barang-barang dipisahkan antara yang masih bisa dipakai dan yang sudah layak buang. Barang yang masih bisa dipakai diungsikan terlebih dahulu ke lantai 2. “Banyak barang yang rusak, karena gudang kita letaknya di (lantai) bawah, buku-buku semuanya habis (rusak), CD/DVD juga semuanya kena, hanya sedikit barang saja yang masih bisa diselamatkan,” ucap Livia Tjin Shijie dengan nada datar. Sebagai Penanggung Jawab Jing Si Books & Cafe Pluit, ia pun bertanggung jawab mendata semua kerugian yang dialami setelah bencana banjir. “Belum dihitung jumlah persis kerugiannya, tapi yang pasti... banyak,” ujarnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Pada tanggal 25 dan 26 Januari 2013, relawan pun membersihkan Jing Si Books & Café ketika jalan menuju tempat tersebut sudah bisa dilewati kendaraan (kiri).
  • Dalam keadaan tanpa listrik, semuanya bekerja dengan tulus dan sepenuh hati untuk membersihkan tempat yang juga menjadi rumah insan Tzu Chi (kanan).

Esoknya, tanggal 26 Januari, proses pembersihan berlanjut. Air di luar sudah surut lagi dan hanya menggenangi jalan raya setinggi ±40 cm. Hari kedua proses pembersihan dilakukan oleh 17 orang, terdiri dari 5 staf Jing Si dan 12 relawan Tzu Chi. Di setiap dinding lantai satu Jing Si Books & Cafe Pluit terlihat bekas rendaman air yaitu sejenis lumut dan kotoran yang terbawa oleh air banjir, termasuk mungkin plankton-plankton yang sempat berkembang biak di sana. Perabotan seperti lemari, meja, dan kursi semuanya juga butuh dibersihkan. Relawan dan staf pun bergotong royong membantu menggosok dan membersihkannya. Pintu dan jendela kaca yang terlihat buram juga tak terkecuali. Air yang menggenang di lantai juga harus dikuras dan dikeringkan. Selama melakukan bersih-bersih, semuanya terlihat bekerja dengan penuh sukacita, sesekali juga diselingi candaan dan obrolan ringan. “Tempat sampah yang tadinya berada di lantai, ehh tiba-tiba udah naik aja di anak tangga ketiga,” celetuk Anna Shijie, salah satu staf Jing Si, ketika sedang membersihkan wastafel di ruang dekat kamar kecil.  

Dalam keadaan tanpa listrik, semuanya bekerja dengan tulus dan sepenuh hati. Bersatu hati dan bergotong royong, maka tidak ada pekerjaan yang tidak terselesaikan. Hari kedua pembersihan, jam 6 sore, sesaat sebelum pulang, para relawan dan staf Jing Si menghela nafas tanda cape sekaligus lega, puas dengan pekerjaan hari ini karena berhasil membersihkan semua lantai, dinding, dan perabotan. Semoga proses pemulihan pasca bencana ini dapat segera rampung, dan semuanya dapat kembali beraktivitas seperti semula.

  
 

Artikel Terkait

Lantunan Doa Menyambut Waisak

Lantunan Doa Menyambut Waisak

02 Mei 2018
Dalam rangka menyambut Hari Waisak, Tzu Chi Indonesia menggelar kegiatan Chao San (ritual namaskara). Selain untuk melatih konsentrasi, Chao San merupakan pelatihan diri dalam menapaki jalan Bodhisatwa, melakukan instropeksi diri, merendahkan hati, serta memperkecil ego.
Perhatian Relawan Kepada Para Penerima Bantuan Tzu Chi

Perhatian Relawan Kepada Para Penerima Bantuan Tzu Chi

07 September 2022

Para relawan Tzu Chi di Bekasi, Jawa Barat begitu perhatian kepada para Gan En Hu yakni penerima bantuan Tzu Chi jangka panjang di wilayah tersebut. Pagi itu, Denasari beserta empat relawan lainnya mengunjungi Sara (41) yang belum lama kehilangan anak sulungnya, Yehezkiel dalam usia 11 tahun.

Bersama-sama Melestarikan Lingkungan

Bersama-sama Melestarikan Lingkungan

07 November 2016

Tzu Chi Medan mengadakan sosialisasi dan praktik pelestarian lingkungan sebagai wujud kaish sayang kepada bumi.  Kegiatan yang digelar  di Komplek Griya Riatur Indah  ini dikuti pula warga sekitar.

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -