Banjir Jakarta:Bertemu dengan Keluarga Baru
Jurnalis : Martha Khosyahri (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Juliana Santy Saat warga masih tinggal di pengungsian, relawan juga menghibur mereka termasuk juga para muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) |
| ||
Lagu ini yang mengiringi akhir acara yang dilakukan para relawan untuk menghibur para pengungsi di Tzu Chi Center pada Minggu sore tanggal 20 Januari 2013. Banjir yang menerjang wilayah Jakarta tidak hanya merugikan banyak pihak, tapi juga memberikan penderitaan bagi para korbannya. Membayangkan kehidupan di pengungsian, mungkin bagi sebagian besar korban banjir adalah tidak nyaman karena itu banyak warga yang meski rumahnya sudah terendam air cukup tinggi, masih enggan untuk di evakuasi. Begitulah kiranya alasan yang terucap dari beberapa pengungsi dari wilayah Kapuk, Muara Baru, dan sekitarnya. Namun, para relawan dengan penuh keramahan dan perhatian menghilangkan bayangan seperti itu karena mereka diperlakukan sebagai anggota keluarga sendiri. Memberikan kehangatan agar mereka tetap bersyukur dan sejenak melupakan bencana ini. Tzu Ching (Relawan muda-mudi Tzu Chi) bersama relawan lainnya selepas makan siang, menghibur anak-anak yang berada di pengungsian dengan berbagai permainan, lagu, dan isyarat tangan. Hari ini adalah kali kedua saya menemani mereka. Acara dimulai dengan bernyanyi sambil bermain menangkap telunjuk teman. Kemudian dilanjutkan dengan mewarnai gambar celengan. Sebelum mulai mewarnai, anak-anak diajak berinteraksi dan diceritakan tentang menabung. Memberitahu bahwa dengan menabung, kita bisa membantu orang tua juga bisa membantu orang lain. Selain Tzu Ching, ada pula Tzu Shao (relawan pelajar), dan relawan bagian pendidikan lainnya yang ikut bergabung. Saat yang bersamaan, relawan lainnya juga memberikan perhatian kepada orang tua mereka dengan menanyakan tentang keadaan mereka hari ini, memberikan barang-barang kebutuhan, atau mendengar cerita-cerita mereka.
Keterangan :
Hampir di penghujung acara, sebelum mereka mandi dan makan malam, kita mengajak anak-anak untuk bernyanyi bersama lagu "Senyuman Terindah", yang menceritakan tentang kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Dina, pemandu acara, mengajak seluruh anak-anak untuk berlari ke tempat orang tua mereka, memeluk dan mengucapkan terima kasih karena telah dibesarkan sampai sekarang. Saat itu dua orang anak, Surya dan Ajun, tidak berlari ke tempat orang tua mereka, malah menggenggam erat tangan relawan yang mendampingi mereka. Relawan pun bertanya, dimana tempat orang tua mereka. Dibalas dengan jawaban "tidak ada" oleh keduanya. Setelah bertanya lebih lanjut, ternyata Ajun mengungsi bersama dengan bibinya karena orang tuanya kabur meninggalkan dirinya. Sedangkan Surya seorang diri saat itu, dititipkan ke tetangganya. Ayahnya pagi hari sudah pergi ke rumah sakit menemani istrinya yang dirawat. Dari dua anak tersebut, perhatianku tertuju pada Surya karena aku sendiri khawatir dengan perasaan seorang anak kecil yang baru saja duduk di taman kanak-kanak, sendirian di tempat yang bukan rumahnya, dengan begitu banyak orang yang tidak ia kenal. Mungkin jika hal itu terjadi padaku, aku akan takut dan lama-lama akan menangis. Tapi tidak begitu dengan Surya. Jika tidak ada acara berterima kasih kepada orang tua, kita semua tidak tahu bahwa ia sendirian karena ia begitu ceria bermain seperti anak-anak lainnya. Acara pun telah usai, sekarang waktunya untuk mandi. Surya, yang akrab dipanggil Uya oleh dirinya sendiri dan teman-temannya, duduk di tempat tidurnya sambil mengunyah sepotong roti yang dibagikan relawan. Ternyata anak kecil ini tidak makan siang, juga belum mandi sejak pagi karena ayahnya sudah pergi sedari tadi pagi menemani ibunya di rumah sakit. Kali ini kami tinggal lebih lama dibanding hari sebelumnya. Setelah membagikan makan malam, kami masih tinggal untuk menemani mereka makan dan bermain bersama. Saat menemani Uya, beberapa kali ia bilang bahwa malam hari ia tidak bisa tidur karena takut. Ketika menyuapi makan pun, ia sesekali memberitahukan ketekutaannya akan tidur sendirian malam nanti karena ia tidak tahu apakah ayahnya akan pulang malam nanti. Tetapi aku dan teman-teman di pengungsian selalu menyakinkannya bahwa ia tidak akan tidur sendiri karena semua orang di sini akan menemaninya tidur malam ini sehingga ia kembali tenang, melanjutkan makan malamnya sambil bermain- main dengan teman yang lain. Kita di dunia ini adalah sebuah keluarga besar yang hidup di rumah "bumi" yang sama. Dengan cinta kasih, saling mendukung dan saling menguatkan kita bisa menjadi saudara semua orang yang membutuhkan. | |||
Artikel Terkait
Bulan Tujuh Penuh Berkah: Satu Hari Lima Kebajikan
23 Agustus 2015 Bulan Tujuh Penuh Berkah dikemas secara apik dalam pentas sebuah drama. Salah satu sesi adalah drama tentang “Satu Hari Lima Kebajikan” (Bervegetarian, Hemat Listrik, Hemat Air, Membawa Peralatan Makan sendiri, dan Menggunakan Alat Transportasi Ramah Lingkungan). Drama ini dibawakan sebanyak 16 relawan Tzu Chi Tangerang.Ayo Selamatkan Bumi dengan Menerapkan Pola Hidup Sehat!
17 Oktober 2016Banyak cara untuk menyelamatkan bumi. Salah satunya dengan menerapkan pola makan vegetarian. Isu inilah yang terus dikampanyekan muda-mudi Tzu Ching UNPRI Medan. Lewat demo memasak, para peserta diperkenalkan menu vegetarian yang sehat lagi lezat.