Banjir Jakarta: Cinta Kasih Aceh untuk Jakarta

Jurnalis : Akien (Tzu Chi Aceh), Fotografer : Relawan Tzu Chi Aceh
 
 

foto
Relawan Tzu Chi Aceh mengajak pedagang maupun warga yang sedang berada di Pasar Peunayong dan Pasar Aceh untuk membantu korban banjir di Jakarta.

Bencana banjir yang melanda ibukota Jakarta tak kunjung surut, sementara korban mulai berjatuhan, fasilitas listrik dan air tidak berfungsi, komunikasi terputus, warga mulai kehabisan stok makanan dan mulai mengungsi. Penderitaan warga Jakarta ini mengingatkan masyarakat Banda Aceh akan kejadian tanggal 26 Desember 2004 saat gempa dan tsunami menerjang kota Serambi Mekah ini.

Mengingat peristiwa 9 tahun yang silam rasanya hati ini begitu miris dan air mata tak terasa mengalir dengan sendirinya. Saat musibah terjadi, yang paling menderita adalah para manula dan para balita. Masih dalam ingatan bagaimana saat gempa dan tsunami 2004 di Aceh, kami sekeluarga berlari dan menyelamatkan diri ke Wihara Dharma Bakti di lantai 2. Ada tiga anak masih kecil-kecil yang saat itu harus saya lindungi. Tak ada makanan ataupun minuman. Mau pulang ke rumah, jalanan sudah dipenuhi air dan lumpur. Tak jarang ada juga ikan dan ular lalu lalang. Gunung sampah setinggi 2 meter menghias jalan depan rumah. Mayat bergelimpangan dimana-mana berbaur dengan barang rumah tangga, peralatan elektronik, motor, mobil, dan sebagainya.

Beruntung saat itu, ketika sudah menahan lapar sampai tengah hari, seorang Bodhisatwa yang kebetulan tetangga dekat orang tua sempat menaikkan kompor ke lantai 2 dan memasakkan bubur untuk anak-anak kami. Ketika keadaan mulai agak aman, saya berusaha pulang ke rumah mencari suami dan mengambil apa yang bisa didapatkan untuk dimakan anggota keluarga, walau harus mendaki tumpukan  sampah 2 meter tersebut. Tak terasa darah mulai bercucuran di kaki saat menginjak kaca di dalam rumah, air mata rasanya tak berani menetes keluar saking takutnya. Untuk buang hajat saja susah sekali, toilet tempat pengungsian ada di bawah terendam. Inilah sepenggal kenangan pilu saat dilanda musibah.

foto  foto

Keterangan :

  • Warga Aceh menyambut baik ajakan relawan untuk meringankan penderitaan masyarakat Jakarta (kiri).
  • Berapapun besarnya sumbangan yang diberikan, merupakan wujud cinta kasih yang tulus dari masyarakat Aceh (kanan).

Galang Dana, Galang Cinta Kasih
Musibah banjir di Jakarta bukan hanya mengingatkan saya, tetapi semua masyarakat Aceh juga pastinya. Pada malam Minggu tanggal 19 Januari 2013 sebagian relawan Tzu Chi kebetulan hadir  berkumpul di acara ulang tahun Hasan Shixiong. Secara serentak, kami bertekad akan menggalang dana untuk banjir Jakarta. Pesan singkat / sms pun disebarkan ke semua relawan malam itu juga. Hati sempat galau kala tengah malam hujan turun dengan derasnya, khawatir besok pagi kalau hujan deras pasti relawan banyak yang tidak datang. Dalam kegalauan, ada sepintas doa kupanjatkan, semoga besok pagi janganlah turun hujan.

Bersyukur di pagi hari, tanggal 20 Januari 2013 cuaca sangat cerah. Saya sempat terlambat bangun karena galau semalam. Padahal alarm weker berbunyi, tapi tidak terdengar karena sudah dimatikan anak. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, masih ada 15 menit untuk bersiap diri. Banyak yang mau dibawa,  kotak sumbangan, buletin Tzu Chi dan sebagainya. Karena terburu-buru rompi sampai tertinggal.

Sampai di Pasar Peunayoung tepat pukul 7 pagi, semua relawan sudah berkumpul. Bahkan beberapa relawan juga turut membawa anak dan cucu mereka untuk membantu. Jalanan pasar begitu becek, namun tidak menciutkan semangat para relawan yang sudah berbaris dan berpakaian rapi. Sebelum beraksi, kami berdoa terlebih dahulu.

foto  foto

Keterangan :

  • Donasi datang dari warga berbagai usia dan berbagai latar belakang (kiri).
  • Usai melakukan penggalangan dana, para relawan bersama menghitung hasil cinta kasih yang dikumpulkan, dan menutup kegiatan dengan makan bersama (kanan).

 Kemudian kami jalan berpasangan, masing-masing sudah dibagi tugas. Penggalangan dana dimulai dari Pasar Peunayoung yang dikenal sebagai China Town-nya Aceh, tempat dimana kebanyakan etnis tionghoa berjualan, berbelanja, sarapan, dan ngopi di pagi hari. Warga begitu ramah menyambut kotak sumbangan yang ada di pelukan relawan. Walau sedang sibuk melayani pembeli, tak jarang para pedagang juga ikut menyumbangkan dana, Para pembeli, tukang becak, tukang parkir, sampai anak-anak juga tidak ketinggalan untuk berbuat kebajikan. Tidak peduli besar kecilnya dana, mereka menyumbangkan dengan ikhlas.

Setelah selesai menggalang dana di Pasar Peunayoung, relawan melanjutkan ke Pasar Aceh. Di sini pun warga di Pasar Aceh menyambut hangat relawan Tzu Chi. Pasar Aceh adalah kawasan tempat perbelanjaan. Ada pasar tradisionalnya dan juga pasar modern seperti supermarket. Kawasan ini sering macet di hari-hari libur karena masyarakat beramai-ramai belanja di sini. Salah satu mesjid yang paling terkenal adalah Mesjid Baiturrahman yang ada di kawasan Pasar Aceh. Mesjid ini berdiri begitu megah dan menjadi salah satu tujuan wisata para turis maupun pendatang.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Kami berkumpul kembali. Sebagian relawan pulang ke rumahnya, sebagian lainnya membantu membereskan kotak sumbangan di rumah Fenny Shijie dan makan siang bersama. Walaupun kegiatan penggalangan dana ini cukup melelahkan, tetapi semua relawan begitu senang. Semoga dana yang terkumpul bisa bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Gan en kepada semua masyarakat Aceh yang telah menebarkan benih cinta kasihnya kepada korban banjir di Jakarta, Gan en kepada semua relawan Tzu Chi yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam kegiatan ini… Gan En ni men.

  
 

Artikel Terkait

Kasih untuk Penyelamat Jiwa

Kasih untuk Penyelamat Jiwa

17 Desember 2013 Hari Minggu pagi, tanggal 15 Desember 2013, Yayasan Buddha Tzu Chi He Qi Utara Hu Ai Jelambar bekerjasama dengan PMI (Palang Merah Indonesia) mengadakan kegiatan donor darah.
Harapan yang Tidak Pernah Pudar

Harapan yang Tidak Pernah Pudar

14 Agustus 2012 ”Saya hanya berharap agar setelah kami memberikan bantuan, masyarakat paling tidak bisa pulih kembali. Selama di tempat penampungan masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari sampai mereka bisa mendapat rumah mereka kembali,” sahut Hemming shixiong.
Suara Kasih : Demi Keberlangsungan Kehidupan

Suara Kasih : Demi Keberlangsungan Kehidupan

03 November 2010 Jika bumi rusak, bagaimana generasi penerus kita dapat bertahan hidup? Kini kita telah melihat bencana yang terjadi silih berganti. Apa kita masih bisa berdoa agar panjang umur? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hal terpenting yang harus kita lakukan sekarang adalah meningkatkan kewaspadaan.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -