Banjir Jakarta: Cinta Kasih Aceh untuk Jakarta
Jurnalis : Akien (Tzu Chi Aceh), Fotografer : Relawan Tzu Chi Aceh
|
| ||
Mengingat peristiwa 9 tahun yang silam rasanya hati ini begitu miris dan air mata tak terasa mengalir dengan sendirinya. Saat musibah terjadi, yang paling menderita adalah para manula dan para balita. Masih dalam ingatan bagaimana saat gempa dan tsunami 2004 di Aceh, kami sekeluarga berlari dan menyelamatkan diri ke Wihara Dharma Bakti di lantai 2. Ada tiga anak masih kecil-kecil yang saat itu harus saya lindungi. Tak ada makanan ataupun minuman. Mau pulang ke rumah, jalanan sudah dipenuhi air dan lumpur. Tak jarang ada juga ikan dan ular lalu lalang. Gunung sampah setinggi 2 meter menghias jalan depan rumah. Mayat bergelimpangan dimana-mana berbaur dengan barang rumah tangga, peralatan elektronik, motor, mobil, dan sebagainya. Beruntung saat itu, ketika sudah menahan lapar sampai tengah hari, seorang Bodhisatwa yang kebetulan tetangga dekat orang tua sempat menaikkan kompor ke lantai 2 dan memasakkan bubur untuk anak-anak kami. Ketika keadaan mulai agak aman, saya berusaha pulang ke rumah mencari suami dan mengambil apa yang bisa didapatkan untuk dimakan anggota keluarga, walau harus mendaki tumpukan sampah 2 meter tersebut. Tak terasa darah mulai bercucuran di kaki saat menginjak kaca di dalam rumah, air mata rasanya tak berani menetes keluar saking takutnya. Untuk buang hajat saja susah sekali, toilet tempat pengungsian ada di bawah terendam. Inilah sepenggal kenangan pilu saat dilanda musibah.
Keterangan :
Galang Dana, Galang Cinta Kasih Bersyukur di pagi hari, tanggal 20 Januari 2013 cuaca sangat cerah. Saya sempat terlambat bangun karena galau semalam. Padahal alarm weker berbunyi, tapi tidak terdengar karena sudah dimatikan anak. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, masih ada 15 menit untuk bersiap diri. Banyak yang mau dibawa, kotak sumbangan, buletin Tzu Chi dan sebagainya. Karena terburu-buru rompi sampai tertinggal. Sampai di Pasar Peunayoung tepat pukul 7 pagi, semua relawan sudah berkumpul. Bahkan beberapa relawan juga turut membawa anak dan cucu mereka untuk membantu. Jalanan pasar begitu becek, namun tidak menciutkan semangat para relawan yang sudah berbaris dan berpakaian rapi. Sebelum beraksi, kami berdoa terlebih dahulu.
Keterangan :
Kemudian kami jalan berpasangan, masing-masing sudah dibagi tugas. Penggalangan dana dimulai dari Pasar Peunayoung yang dikenal sebagai China Town-nya Aceh, tempat dimana kebanyakan etnis tionghoa berjualan, berbelanja, sarapan, dan ngopi di pagi hari. Warga begitu ramah menyambut kotak sumbangan yang ada di pelukan relawan. Walau sedang sibuk melayani pembeli, tak jarang para pedagang juga ikut menyumbangkan dana, Para pembeli, tukang becak, tukang parkir, sampai anak-anak juga tidak ketinggalan untuk berbuat kebajikan. Tidak peduli besar kecilnya dana, mereka menyumbangkan dengan ikhlas. Setelah selesai menggalang dana di Pasar Peunayoung, relawan melanjutkan ke Pasar Aceh. Di sini pun warga di Pasar Aceh menyambut hangat relawan Tzu Chi. Pasar Aceh adalah kawasan tempat perbelanjaan. Ada pasar tradisionalnya dan juga pasar modern seperti supermarket. Kawasan ini sering macet di hari-hari libur karena masyarakat beramai-ramai belanja di sini. Salah satu mesjid yang paling terkenal adalah Mesjid Baiturrahman yang ada di kawasan Pasar Aceh. Mesjid ini berdiri begitu megah dan menjadi salah satu tujuan wisata para turis maupun pendatang. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Kami berkumpul kembali. Sebagian relawan pulang ke rumahnya, sebagian lainnya membantu membereskan kotak sumbangan di rumah Fenny Shijie dan makan siang bersama. Walaupun kegiatan penggalangan dana ini cukup melelahkan, tetapi semua relawan begitu senang. Semoga dana yang terkumpul bisa bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Gan en kepada semua masyarakat Aceh yang telah menebarkan benih cinta kasihnya kepada korban banjir di Jakarta, Gan en kepada semua relawan Tzu Chi yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam kegiatan ini… Gan En ni men. | |||
Artikel Terkait
Keluarga, Kekayaan Hati
05 Juni 2018Internasional: Berita dari New York
30 Juli 2010Semangat Juara untuk Keluarga
25 Mei 2016Sintawati, (45) seorang pedagang kue yang juga pelatih bela diri di salah satu sekolah swasta di Jakarta ini tidak menduga akan mengalami musibah. Dua tahun lalu di bulan Oktober, ia mengalami kecelakaan motor yang hampir membuat kaki kirinya diamputasi.