Banjir Jakarta: Kecemasan di Tengah Banjir

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hendry Tando (He Qi Utara)
 
 

fotoSopiah yang tengah hamil 8 bulan merasa cemas karena ia khawatir akan melahirkan di tengah kondisi banjir yang melanda rumahnya.

Guratan kecemasan tampak terlihat di wajah Sopiah, meski ia tetap berusaha tenang saat mengantri di barisan depan bersama korban banjir lainnya di lokasi pengungsian Pantai Indah Kapuk (Gokart), Jakarta Utara.

Siang itu, 19 Januari 2013, jam 9 pagi, relawan Tzu Chi memberikan bantuan 1.200 bungkus nasi kepada warga Kapuk Muara yang menjadi korban banjir. Di tengah candaan sesama pengungsi yang menunggu, Sopiah (25) yang tengah hamil 8 bulan ini sesekali melihat ke kiri dan kanan barisan. Tak menunggu waktu lama, nasi bungkus pun segera dibagikan. Sopiah yang berada di baris kedua pun tak perlu waktu lama untuk mengantri.

Menjaga Istri
Sopiah yang tinggal di RT 003/01 Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara ini sudah 4 hari harus bertahan di lantai 2 rumah mereka. Sejak hari Rabu wilayah tempat tinggal mereka terendam air. Bersama sang suami, Sai (28), ia harus menggunakan perahu milik tetangga untuk dapat keluar rumah. Aktivitas untuk memasak tak bisa dilakukan, sehingga untuk makan sehari-hari mereka harus aktif datang ke titik-titik pengungsian untuk mendapatkan makanan. “Nggak bisa masak, selain takut kebakaran, kita juga nggak punya bahan makanan,” keluh Sopiah.  Sai yang sehari-hari bekerja di pabrik minyak wangi di kawasan Kapuk Muara ini memang tak bisa bekerja lantaran pabrik tempat kerjanya pun terendam air, sehingga aktivitas produksi pun dihentikan untuk sementara waktu.
            “Was-was juga, takut kalau tiba-tiba lahiran,” kata Sai. Di tengah kecemasan itu, Sopiah dan Sai pasrah dan hanya bisa berdoa saja “Yang penting berdoa aja, mudah-mudahan bisa selamat semua,” tambah Sopiah. Kesibukan Sai pun bertambah, selain mengawasi sang istri dan bersiap-siap siaga selalu, ia pun harus menjaga agar kondisi sang istri tetap terjaga, terutama kandungannya. “Ya kalau susu (ibu hamil) sih masih ada,” terangnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Para pengungsi dengan penuh sukacita menikmati nasi bungkus yang diberikan relawan Tzu Chi. (kiri).
  • Di tengah kondisi yang sulit, kebersamaan dan kekompakkan warga menjadi salah satu hal yang bisa membawa sedikit keceriaan. (kanan).

Kedua pasangan yang menikah tahun 2012 lalu ini belum melakukan persiapan untuk kelahiran anak pertama mereka. “Nama juga belum…,” kata Sopiah setengah tertawa. Ketika tetangganya menyarakannya untuk menggunakan nama belakang banjir, Sopiah dan Sai dengan cepat menolak. “Nggak ah, masak Siti Banjir,” jawabnya yang disambut tawa pengungsi lainnya. Di tengah kesulitan yang menghadang, sedikit tawa dan keceriaan dapat menenteramkan batin mereka. Semoga banjir dapat segera berlalu.

  
 

Artikel Terkait

Mendaki dan Menggerakkan Gunung Sumeru

Mendaki dan Menggerakkan Gunung Sumeru

12 Juli 2012 Gunung Sumeru berbeda dengan Gunung Semeru yang merupakan gunung berapi tertinggi di pulau Jawa. Gunung Sumeru yang disebut juga 'Meru agung' adalah gunung suci dalam kosmologi Hindu dan Buddha yang dianggap juga sebagai pusat alam semesta. 
Generasi Penerus Tzu Chi

Generasi Penerus Tzu Chi

23 Juni 2011
Selain untuk menambah jumlah barisan Tzu Ching, sosialisasi ini juga bertujuan agar calon relawan muda-mudi ini dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Ching Camp 6 yang akan diadakan selama tiga hari dua malam di Sekolah Cinta kasih Tzu Chi pada tanggal 26-28 November nanti.
Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-136: Bermuara dari Niat Tulus Membantu Masyarakat

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-136: Bermuara dari Niat Tulus Membantu Masyarakat

15 Februari 2023

Selain tentang kebahagiaan para pasien yang akhirnya terlepas dari derita penyakit, pemandangan yang tak kalah menyejukkan hati di setiap Baksos Kesehatan Tzu Chi adalah kekompakan para dokter dan tim medis lainnya.

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -