Banjir Jakarta: Kekuatan Sebuah Cinta Kasih

Jurnalis : SiladhamoMulyono, Fotografer : SiladhamoMulyono
 

foto
Saat bantuan datang, warga yang bersimpati ikut membantu relawan membawakan barang bantuan melewati genangan banjir.

Pagi itu saya melihat, hujan yang turun sejak malam hingga pagi tidak menyurutkan niat relawan Tzu Chi Hu Ai Cengkareng untuk pergi memasak ke dapur umum Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Dengan penuh pengorbanan dan perjuangan di tengah hujan dan jalanan yang macet penuh gengangan air, relawan pagi itu datang dan segera menyiapkan segala keperluan yang akan dibagikan ke Kelurahan Tegal Alur, Cengkareng, Jakarta Barat. Hari itu mereka memasak nasi bungkus. Relawan yang datang pada umumnya rumahnya tidak terkena banjir.

Minggu 19 Januari 2014, di tengah gerimis, warga dan anak-anak Sekolah Cinta Kasih yang tinggal di Perumahan Cinta Kasih juga ikut membantu menurunkan dan membawa berbagai barang bahan masakan. Salah seorang relawan bernama Ali Tinus Shixiong melindungi karung beras yang baru diturunkan dari mobil box dari tetesan air hujan dengan mantel yang dikenakannya. Ia menjaganya dengan hati-hati sumbangan beras dari donatur tersebut. Ia tahu betul bagaimana menghargai barang bantuan. Terlihat pula Rodiah, relawan warga Rusun Cinta Kasih ikut memanggul box berisi minyak goreng. Di dapur ia juga ikut membantu memasak. Saat ditanya apa yang mendorong ikut membantu? Adakah yang menyuruhnya? Rodiah mengatakan dengan kesadarannya sendiri. “Setelah menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya-anaknya, juga merapihkan rumahnya, ia baru ikut membantu,“ terangnya. “Suami saya juga mendukung apa yang saya lakukan. Toh banjir ini tidak lebih parah disbanding warga lain di luar pemukiman Perumahan Cinta Kasih,“ tambahnya.  Saya ikut terharu dengan apa yang dia katakan. Dia benar-benar dan tahu beruntung. Di dapur, Zainah Wawardi, kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng juga tampak sedang mengiris-iris  sayur bersama relawan konsumsi lainnya. Sekitar 30 orang relawan juga anggota Tzu Ching bekerja sesuai arahan. Ada yang khusus memasak nasi, mengupas, dan membersihkan sayur, mengiris bumbu-bumbu dapur, menggoreng telor, dan membungkus nasi. Beberapa warga yang ikut peduli, datang ke dapur dengan membawa nasi yang telah dimasak dari rumah untuk ikut disumbangkan.

foto  foto

Keterangan :

  • Takterkecuali anak-anak Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng juga ikut bersama-sama membantu membawakan bahan-bahan masakan (kiri).
  • Beberapa warga dengan membawa nasi yang telah dimasak dari rumah ikut disumbangakan untuk warga yang terkena banjir lewat nasi bungkus (kanan).

Dalam kegiatan ini begitu banyak relawan yang berkontribusi dengan cinta kasih. Dalam setiap kegiatan saya melihat setiap relawan memiliki cinta kasih yang sama. Di lokasi pembagian nasi bungkus, akibat banjir terlihat jelas air kotor berwarna hitam pekat menggenangi setiap sudut jalan dan masuk ke dalam rumah-rumah warga. Banjir setinggi pingggang orang dewasa terlihat mengenaskan. Beruntung warga yang memiliki rumah bertingkat dapat pindah ke latai atas. Ada juga warga yang berbaik hati rumahnya menjadi tempat pengungsian sementara tetangganya. Warga yang lain hanya bisa pasrah menerima keadaan. Mereka juga kesulitan untuk memasak.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan dan warga tampak bergembira saling membantu untuk menyalurkan bahan bantuan berupa nasi bungkus dan obat-obatan ringan (kiri).
  • Senyum dari salah seorang warga setelah menerima sebungkus nasi hangat dari relawan Tzu Chi (kanan).

Di tengah kondisi yang memprihatinkan tersebut, saya merasa lega karena tidak ada warga yang berebut makanan, air mineral, dan obat-obatan ringan yang dibagikan relawan Tzu Chi. Warga merasa bantuan yang diberikan bukan dilihat dari nilai bantuannya, tapi bentuk kepedulian Tzu Chi kepada mereka.

  
 

Artikel Terkait

Go Green To School

Go Green To School

07 Agustus 2012 Tahun ajaran baru di sekolah baru saja dimulai. Relawan Tzu Chi dengan sepenuh hati mempersiapkan diri membuat program untuk sekolah.  Kali ini, Yayasan Budha Tzu Chi membuat program di Sekolah Wiyata Darma. Program ini dilakukan selama 2 hari, yaitu dari tanggal 16- 17 Juli 2012 di sekolah yang beralamat di Jalan  Wahidin No. 31 Medan.
Perhatian Demi Masa Depan

Perhatian Demi Masa Depan

09 November 2012 Ketiga sekolah tersebut dibangun di atas tanah yang sama sehingga proses belajar mengajar dapat lebih maksimal. Sebagian besar murid-murid tersebut berasal dari keluarga yang masih tergolong kurang mampu.
Menjadi Orang Miskin Yang Paling Kaya

Menjadi Orang Miskin Yang Paling Kaya

20 Mei 2011
Sebuah kata “bersyukur” memang terlihat sangat mudah untuk disebutkan, tetapi agak sulit untuk dilakukan bagi sebagian orang saat ini. Tema ini diusung kembali untuk mengingatkan kita semua dan anak–anak agar senantiasa bersyukur
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -