Banjir Jakarta: Mendampingi Korban Banjir Muara Baru

Jurnalis : Erich Kusuma, Fotografer : Ciu Yen (He Qi Utara), Siladhamo Mulyono, Teddy Lianto
 
 

foto
Penyaluran bantuan bagi korban banjir menggunakan berbagai alat transportasi, di antaranya perahu karet .

Shixiong, bagaimana kondisi di Muara Baru saat ini?” tanyaku. “Parah, dan sulit dijangkau” jawab Shixiong Chandra Ferdinand, korlap bantuan ke Muara Baru. Jawabannya singkat di sela-sela kesibukan  mencatat barang kebutuhan yang akan dibawa. Hari Minggu, 20 Januari 2013, detak kehidupan di basement Tzu Chi pukul 8 pagi telah berdenyut . Begitu banyak relawan sudah bergerak. Ada yang sedang bersiap ke posko banjir Emporium, ada juga yang sedang menyiapkan nasi bungkus untuk dibagikan kepada korban banjir di daerah Pluit. Pukul 10, persiapan tim menuju titik banjir di Muara Baru  selesai. Tim yang beranggotakan relawan Tzu Chi, Tzu Ching, jurnalis Tzu Chi dan DAAI TV bergerak menuju posko  Emporium untuk berkoordinasi dengan anggota TNI AD di sana.

Lokasi yang akan dituju memang cukup sulit, sehingga pihak TNI mengusulkan untuk mengirim bantuan melalui jalur laut. Di sela-sela koordinasi  terlihat keramaian pengungsi di sekitar posko yang benar-benar sesak dan hiruk pikuk. Mobil parkir dimana-mana, truk-truk tentara berbaris rapi terlihat bersiap untuk evakuasi, reporter dari beberapa stasiun televisi sibuk mencari berita, helikopter terbang hilir mudik memantau situasi, dan juga terlihat beberapa anggota TNI  melakukan evakuasi  dengan tandu. Kurang satu jam kemudian, koordinasi  selesai dan akhirnya diputuskan mengirimkan bantuan ke Muara Baru dengan menggunakan jalur darat. Sebelum masuk, satu tim survey akan dikirim ke lokasi untuk menentukan lokasi dibangunnya dapur umum darurat.

Survey Lokasi
Pukul 11 siang, tim survey yang berjumlah sekitar 14 orang termasuk jurnalis dan 8 anggota  TNI-AD berangkat  menggunakan Unimog (truk TNI-AD - Red).  Selama perjalanan terlihat banyak sekali para pengungsi yang membawa barang-barang mereka menuju ke lokasi yang lebih tinggi dan kering. Keadaan semakin sesak dan memprihatinkan  saat memasuki daerah Muara Baru. Air menggenang setinggi dada manusia, para pengungsi bergerak memenuhi jalanan, perahu-perahu dari galon dan styrofoam mengapung ala kadarnya, semua memenuhi jalanan hingga membuat truk yang susah untuk maju.  Dua truk kontainer yang terjebak banjir dan mogok di tengah jalan semakin menyesakkan jalan.  Belum lagi ditambah para korban yang sudah putus asa meneriaki rombongan kami agar segera diberi bantuan karena kelaparan.

foto  foto

Keterangan :

  • Hong Tjhin dan Chandra Ferdinand (kanan), korlap bantuan ke Muara Baru berkoordinasi dengan TNI mengenai penyaluran bantuan bagi korban banjir (kiri).
  • Saat memasuki daerah Muara Baru, tampak air menggenang setinggi dada manusia, para pengungsi bergerak memenuhi jalanan (kanan).

Survey lokasi berjalan lancar, dan lokasi untuk mendirikan posko dapur umum sudah ditentukan. Akan tetapi perjalanan tidak berhenti disana, dan harus kembali lagi menelusuri jalan yang sama. Kembali teriakan-teriakan minta tolong dari korban bencana terdengar. Sembari perjalanan kembali sempat juga mengevakuasi beberapa orang diantaranya yakni:  Dede (18 tahun), Deden (18 tahun), Eko (24 tahun), dan Andi (30 tahun). Eko dan Anda adalah  warga Luar Batang. Mereka berdua nekat meninggalkan keluarga mereka di rumah mereka yang saat itu juga terendam banjir. Saat ditanya kenapa mereka tinggalkan rumah dan keluarga yang saat ini sedang membutuhkan. Mereka menjawab, justru mereka keluar dari rumah untuk mencari bantuan dari luar karena  belum satupun bantuan yang mendatangi  wilayah mereka padahal rumah mereka juga sudah tenggelam satu lantai. Mendengar hal itu Shixiong Hong Tjhin berjanji akan berusaha semaksimal mungkin agar bantuan juga bisa sampai ke rumah mereka dan meminta mereka agar memberitahu pak Lurah atau di wilayah mereka untuk melapor.

Setelah survey selesai , truk langsung menuju ke Aula Jing Si, Tzu Chi Centre untuk memuat sembako untuk dibagikan ke korban di Muara Baru. Sembari menunggu truk diisi, para relawan  dan tentara beristirahat sejenak di kantin untuk makan siang, tidak ketinggalan keempat orang yang tadi sempat dievakuasi. Tanpa terasa waktu sudah berlalu satu jam, sekitar pukul 1 siang, tim kembali  berangkat setelah truk terisi penuh menuju posko Emporium untuk mengambil 2 kapal karet untuk menyalurkan bantuan nanti. Setibanya di posko Emporium, suasana di posko sudah berbeda dengan suasana tadi pagi. Kali ini banyak sekali orang yang mengantri untuk mendapatkan makan dan minuman dari Tzu Chi. Penyaluran makanan dan minuman berlangsung dengan rapi dan tertib, meski sesekali terlihat ada beberapa orang yang ingin menyerobot. Tetapi setelah diberi pengertian oleh relawan Tzu Chi mereka akhirnya mau ikut mengantri dengan rapi.

foto  foto

Keterangan :

  • Rusun Muara Baru, sebuah rusun kosong yang belum digunakan akhirnya menjadi tempat evakuasi bagi warga sekitar yang rumahnya terendam banjir (kiri).
  • Bantuan yang dikirim Tzu Chi disambut warga setempat dengan sukacita, dan dipindahkan secara estafet (kanan).

Bergerak Menuju Muara Baru
Proses menaikkan perahu ke atas truk cukup memakan waktu.  Sekitar pukul 3 sore,  tim mulai berangkat ke Muara Baru. Perjalanan kali ini lebih berisiko dibandingkan saat survey tadi, karena truk yang memuat bantuan rentan akan penjarahan oleh warga yang sudah putus asa dan kelaparan. Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan,  truk yang berisi barang bantuan ditutup rapat menggunakan terpal dan dikawal hingga kurang lebih 30 personil TNI dengan menggunakan 3 truk Unimog. Satu truk berisikan barang bantuan, satu lagi berisikan relawan dan personil TNI, dan satu lagi dipenuhi oleh personil TNI, dan paket bantuan dari Bank Mandiri. Perjalanan menuju ke Muara Baru kembali diteriaki oleh warga yang sedang putus asa, akan tetapi kali ini mereka berteriak senang karena mereka tahu bantuan akan datang, bahkan sebagian dari warga mulai mengikuti  arah truk melaju.

Tiba di Muara Baru, paket bantuan langsung dinaikkan ke dalam dua perahu karet. Perahu yang diisi dengan barang bantuan ditumpangi oleh 4 relawan Tzu Chi dan 6 personil TNI. Dengan menggunakan perahu karet relawan dan personil TNI mendayung secara bergantian menuju lokasi yang akan diberi bantuan. Rusun Muara Baru, sebuah rusun kosong yang belum digunakan akhirnya menjadi tempat evakuasi bagi warga sekitar yang rumahnya terendam banjir. Warga yang menghindari banjir dan mengungsi  ke rusun kosong tersebut tidak menyangka kalau air akan menggenang setinggi hampir 2 meter. Akibatnya warga yang mengungsi ke rusun tersebut terisolasi. Selain kelaparan, mereka juga kekurangan air bersih. Tzu Chi sendiri mengirim tim medis ke rusun tersebut dan mendapati banyak warga rusun disana yang sakit, mulai dari luka ringan karena kaca, hingga demam, dan lain lain.

Bantuan yang dikirim Tzu Chi disambut warga setempat  dengan sukacita. Paket bantuan didistribusikan terlebih dahulu di dalam sebuah ruangan yang kemudian dibagi langsung ke rumah masing-masing dengan pembagian yang adil. Dengan sukacita barang bantuan yang diberi oleh Tzu Chi dipindah dan diangkat secara estafet. Estafet cinta kasih mulai terpancar di Muara Baru. Dan tak hanya itu, meski  sinar rembulan sudah mulai menampakkan diri, Tzu Chi masih tetap memberikan bantuan dengan penerangan senter seadanya ke pemukiman di sekitar Muara Baru. Bahkan Tzu Chi masih sempat mendatangkan bantuan nasi bungkus sebanyak 3.000 bungkus nasi yang dikoordinir oleh Indrawati Shi Gu. Meski jumlah bantuan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan korban banjir, semua daya upaya dilakukan demi meringankan penderitaan korban banjir di Muara Baru.
  
 

Artikel Terkait

Sentuhan Kasih bagi Para Usia Senja

Sentuhan Kasih bagi Para Usia Senja

26 Agustus 2016

Minggu, 21 Agustus 2016, sebanyak 68 pasien lansia mendapatkan pelayanan kesehatan oleh 18 tim medis yang tergabung dalam Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia bersama 15 insan Tzu Chi yang dibantu 21 tunas relawan di tempat pelaksanaan bakti sosial kesehatan degeneratif Panti Sosial Asuhan Anak “Putra Setia”, Jakarta Pusat.

Rumah Terindah

Rumah Terindah

01 Desember 2014 Karena banyak peserta yang kuliah, maka pendafataran mulai ramai pada pukul 20.00 WIB. Peserta yang sudah daftar ulang pun dibawa ke kelompok yang sudah disusun oleh tim pendaftaran. 
Kamp Pelatihan Komite & Cakom dan Biru Putih 2016: Melihat Jejak Bodhisatwa

Kamp Pelatihan Komite & Cakom dan Biru Putih 2016: Melihat Jejak Bodhisatwa

12 Oktober 2016
Salah satu materi Pelatihan Komite & Cakom dan Pelatihan Biru Putih dengan mengundang sharing dari Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang dipandu oleh Chia Wen Yu, relawan komite senior Tzu Chi, talkshow berlangsung dengan cair, hangat, terbuka, dan penuh sukacita.
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -