Banjir Jakarta: Mengungsi di Tzu Chi Center

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto

fotoDi posko pengungsian Tzu Chi Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, relawan-relawan siap sedia memberikan penghiburan dan bantuan kepada para warga yang mengungsi.

Heni bersama putri dan saudarinya baru tiba di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara sekitar pukul 3 dini hari. Ia adalah salah seorang warga dari Kampung Muara Baru. Pada hari Kamis pagi 17 Januari, air mulai masuk ke kampung Muara yang terletak persis di belakang bendungan Pluit, Jakarta Utara.

 Ini adalah banjir yang pertama kali dialami oleh Heni dan ratusan warga lainnya yang tinggal di belakang tanggul Pluit. Menurut Heni, selama lebih dari satu dasarwarsa ini kampungnya tak pernah terkena banjir meskipun saat Jakarta dilanda banjir besar pada tahun 1996, 2002, dan 2007. Tapi kali ini entah mengapa air begitu cepat naik lalu merendam semua yang ada di wilayah itu. Karena tak pernah terkena bencana banjir inilah maka banyak warga di wilayah itu yang tak siap menghadapi situasi bencana. Mereka pun tak tahu harus mengungsi kemana. Yang ada di pikiran Heni dan puluhan warga lainnya hanyalah keluar dari wilayah itu karena air sudah mencapai dada orang dewasa.


foto   

Keterangan :

  • Tim medis Tzu Chi selalu berjaga untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga pengungsi .

Tapi saat ia mencari tempat yang aman, ia pun bertemu dengan seseorang yang kenal dengan Tzu Chi. Dari orang itulah Heni tahu kalau Tzu Chi menyediakan tempat untuk pengungsian. Karena ini adalah pengalamannya yang pertama menjadi pengungsi, Heni mengatakan kalau ini adalah tempat pengungsian yang terbaik. “Di sini rasanya semuanya tercukupi. Makanan lebih dari cukup, tempat tinggal juga baik, kamar mandi juga tersedia, dan pelayanan kesehatan juga tersedia. Bahkan saat ada warga yang sakit, relawan dan tim medis Tzu Chi segera memberikan pertolongan dengan cepat. Saya beruntung bertemu Tzu Chi,” kata Heni. Namun di balik itu, ia masih menanamkan rasa cemas. Pasalnya Sajeri sang suami masih berjalan kaki dari Pluit menuju Tzu Chi. “Akses jalan banyak yang terputus. Suami saya mau tidak mau berjalan kaki, berenang menembus banjir menuju sini,” kata Heni. Banjir kali ini memang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Tempat tinggal Heni yang secara topografi teringgi di wilayah Pluit justru terendam hingga setinggi dada orang dewasa. Maka dari peristiwa ini ia berharap agar relawan Tzu Chi semakin terkumpul untuk mencari dan menyalurkan bantuan ke wilayah-wilayah yang belum tersentuh bantuan. “Banyak warga yang terlantar. Harapannya mereka bertemu Tzu Chi dan mendapatkan tempat yang layak,” harap Heni.  

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Demi Keberlangsungan Kehidupan

Suara Kasih : Demi Keberlangsungan Kehidupan

03 November 2010 Jika bumi rusak, bagaimana generasi penerus kita dapat bertahan hidup? Kini kita telah melihat bencana yang terjadi silih berganti. Apa kita masih bisa berdoa agar panjang umur? Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Hal terpenting yang harus kita lakukan sekarang adalah meningkatkan kewaspadaan.
Hangatnya Kumpul Keluarga di Acara Pemberkahan Akhir Tahun

Hangatnya Kumpul Keluarga di Acara Pemberkahan Akhir Tahun

27 Januari 2020

Penerima bantuan Tzu Chi sudah merupakan bagian keluarga dari Yayasan Buddha Tzu Chi, untuk itu setiap tahun Tzu Chi Medan selalu mengundang para penerima bantuan untuk pulang dan mengikuti  acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi menjelang tahun baru Imlek.

Peduli Korban Kebakaran di Semanan

Peduli Korban Kebakaran di Semanan

03 September 2019

Tzu Chi memberikan bantuan kepada warga yang menjadi korban kebakaran di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Sebanyak 115 paket bantuan diberikan untuk meringankan beban kesulitan warga yang masih tinggal di pengungsian.

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -