Banjir Jakarta: Menumbuhkembangkan Kurukunan Antar Sesama
Jurnalis : Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
|
| ||
Titik posko pertama yang kami datangi adalah Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat. Sesampainya di sana kami bertemu dengan Pak Herianto selaku LMK di RW 07 yang menjadi koordinator lapangan. Menurutnya warga sudah mulai mengungsi sejak Jumat malam karena air sudah besar dan Sabtunya semakin tinggi. “Awalnya ada 121 orang yang mengungsi di sini, namun karena sebagian tempat sudah mulai surut warga pun kembali ke rumah dan kini tinggal 60 orang di sini. Ada yang sudah mulai kembali bekerja dan ada yang pulang membersihkan rumah, namun pada malam harinya mereka kembali ke posko,” kata Pak Herianto. Langsung, Prioritas, dan Menghargai Jiwa Walau hanya sebuah sikat gigi, hal ini sangat menginspirasi dan mengingatkan saya akan prinsip Tzu Chi dalam setiap pemberian bantuan bencana, yaitu langsung, prioritas, dan menghargai jiwa. Relawan Tzu Chi yang berinteraksi langsung dengan penerima bantuan dan memberikan jenis bantuan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Memberikan bantuan secara langsung kepada mereka yang benar-benar layak dibantu. Tak lupa relawan Tzu Chi juga memperhatikan fisik dan batin penerima bantuan. Tak lama kemudian kami pun pamit dengan ibu Panem dan bergegas menuju ke posko berikutnya.
Keterangan :
Dalam perjalanan kami melihat masih ada beberapa area yang terendam air banjir cukup tinggi, yaitu selutut sampai sepaha orang dewasa dan sulit dilewati oleh kendaraan pribadi. Sampai di posko RW 09 tidak terdapat banyak pengungsi, namun kami tetap membagikan paket bantuan sesuai dengan yang dibutuhkan. Kemudian tempat selanjutnya adalah Mesjid Jami Al-Mujahidin Komp. Taman Duta Mas. Kalau sebelumnya posko pengungsian yang kami datangi cukup aman dari banjir, maka kali ini relawan harus turun ke air untuk dapat menyalurkan bantuan. Walau demikian, semua relawan tetap terlihat semangat dan senyum bahagia. Para pengungsi di sini juga menyambut kedatangan kami dengan baik. Mereka juga sempat berbagi cerita mengenai banjir yang mereka hadapi. Dalam kesempatan ini Livia Shijie juga menghimbau kepada warga agar dapat bersama-sama peduli dan menjaga kebersihan lingkungan. Karena sampah juga merupakan sebab yang membuat got tersumbat dan akhirnya menyebabkan banjir. Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB dan Posko RW 07 merupakan tempat kami istirahat sejenak. Selain memberikan paket bantuan banjir, di sini kami mengajak para pengurus RW 07 dan warga pengungsi untuk makan siang bersama. Dengan berbekal tikar kami pun duduk bersama dalam suasana penuh kesederhanaan dan kekeluargaan. Perjalanan berikutnya adalah kami singgah ke salah satu Posko BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Tempat terakhir yang menjadi titik pemberian bantuan adalah Masjid Nurul Iman. Dikarenakan banjir dan ruangan yang dipakai berada di lantai 2, maka relawan saling estafet dalam menyalurkan paket bantuan sehingga semua dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Keterangan :
Di sela-sela kegiatan pembagian bantuan banjir saya bersama kru DAAI TV menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang dengan pak Herianto. Bantuan banjir ini merupakan yang kedua kalinya, dimana sejak banjir Jakarta 2013 tahun lalu sudah pernah dibantu. Juga adanya komunikasi dari Yansen Shixiong, relawan Tzu Chi yang juga merupakan warga di kelurahan ini, sehingga tindakannya lebih cepat. “Meskipun harus menginap dan tidak pulang selama beberapa hari, namun karena ini sudah merupakan panggilan tugas dan tanggung jawab, yang penting masyarakat kita bisa makan dan bertahan hidup,” tutur Pak Herianto yang rumahnya juga terendam banjir, Alhamdulillah, dengan adanya Yayasan Buddha Tzu Chi terbantu sekali dan terima kasih sekali. Senang sekali, selama ini harapan saya di wilayah bukan selama banjir saja, selalu kita ajak saling gotong royong membantu kalau setiap ada masalah, mau senang ataupun susah. Bangga adanya kerukunan antar umat beragama, kita tidak memandang siapa orangnya, sukunya, agamanya. Ini merupakan satu media untuk mempersatukan bangsa.” Sebelum berpisah, ada satu kalimat dari pak Herianto yang sangat menarik, membuat saya dan semua relawan yang telah ikut dalam kegiatan ini tertawa bahagia. “Air boleh turun, tapi semangat harus naik,” tutur Pak Herianto yang membangkitkan semangat juang untuk maju, menumbuhkembangkan kekuatan dalam mengatasi segala cobaan. Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB, tercatat sebanyak 250 bungkus nasi, 127 paket bantuan banjir, 17 dus air mineral botol, 12 dus biskuit dan 11 dus mie vege telah dibagikan ke warga. Kami pun kembali ke Aula Jing Si PIK dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bergotong-royong dalam pemberian paket bantuan banjir ini. Livia Shijie yang merupakan salah satu koordinator dalam pembagian bantuan banjir ini merasakan bahwa warga yang terkena banjir sangat butuh dibantu. “Badan capek tapi semangat tidak ya, penuh sukacita Dharma karena melihat mereka merasa semangat kalau relawan Tzu Chi datang ada yang peduli,” ungkap Livia Shijie, “Sangat tersentuh juga dengan TNI yang begitu giat dan cepat turun tangan. Jadi sudah seperti satu keluarga besar, sama-sama bersatu. Tanpa mereka kita juga kesulitan dan melihat kondisi parah dan cukup tinggi tidak mungkin dapat menjangkau tempat itu.” Dengan berinteraksi langsung memberikan kebahagiaan kepada warga, Livia Shijie belajar tabah dan menerima apa yang sudah dimiliki. Harapannya adalah agar lebih banyak orang lagi yang dapat bersama-sama peduli kepada mereka yang mendapatkan musibah, dan juga dapat merasakan kekeluargaan. | |||