Banjir Jakarta: Menyelamatkan Jiwa
Jurnalis : Metta Wulandari, Juliana Santy, Fotografer : Metta Wulandari, Feranika Husodo (He Qi Utara)
|
| ||
Semakin hari kondisi Anita dan Nita semakin memburuk, dan sampailah pada hari keempat dimana sekujur tubuh Nita telah membiru dan pucat. Melihat hal tersebut, Elis berteriak meminta pertolongan dari lantai 2 rumah kontrakannya di daerat Tanah Pasir, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Banjir yang masih tinggi di sekitar kediamannya membuat ia dan keluarganya susah untuk melakukan evakuasi. Teriakan Elis ternyata terdengar oleh tetangganya, Laila. Elis dan Laila sebelumnya belum saling mengenal dan hanya tahu sebatas tetangga jauh. Dengan sigap, Laila yang sedang hamil pun berinisiatif untuk membantu Elis. “Ya namanya kita manusia, hidup saling bertetangga. Sebisa mungkin ya harus saling tolong, siapa tahu nanti kita juga membutuhkan (bantuan orang lain),” ucap Laila. Anita dan Nita kemudian dibawa menuju rumah sakit terdekat, namun pihak rumah sakit menolak karena kondisi Nita didiagnosa telah mengalami muntaber parah dan rumah sakit tidak dapat melakukan penanganan lebih lanjut, sedangkan kondisi Anita belum begitu parah.
Keterangan :
Dalam kepanikan, salah satu tetangga lainnya kemudian menyarankannya untuk mendatangi posko bantuan Tzu Chi, tanpa membuang waktu Elis mendatangi posko, namun lagi-lagi dokter juga tidak dapat menolong sang anak. “Pas datang, anaknya si ibu saya pikir lagi tidur. Tapi ternyata pas dokter periksa, anaknya lagi pingsan. Akhirnya ya kita rujuk ke rumah sakit,” tutur Airu Shijie, relawan Tzu Chi menceritakan kejadian. Saat sampai di rumah sakit, si kembar juga sempat ditolak karena pihak rumah sakit khawatir bahwa keluarga si kembar tidak dapat membayar biaya administrasi. Namun hal tersebut ternyata telah diperhitungkan oleh para relawan. “Awalnya ditahan, nggak boleh masuk rumah sakit karena rumah sakit takut kita nggak bayar. Tapi Shelly Shijie sudah mempersiapkan segalanya dan bawain relawan yang antar kartu kreditnya untuk bayar dulu. Di sana sempet diperiksa segala macam, dan akhirnya bisa masuk juga,” ungkap Airu Shijie. Jalinan jodoh yang erat antara kedua bayi kembar tersebut dengan Tzu Chi benar-benar tampak pada saat sang ibu membawa mereka ke posko bantuan Tzu Chi di depan Pluit Junction, Jakarta Utara. Pada saat itu Shelly Shijie baru saja tiba, begitu juga dengan dokter. Shelly Shijie memegang tubuh anak dan merasa anak tersebut tidak demam dan hanya tertidur, namun saat dokter memeriksa, anak tersebut dianggap kritis dan harus segera dirawat di rumah sakit. Cepat tanggap, Shelly pun meminta sekretarisnya untuk membawa anak dan keluarga tersebut menuju rumah sakit. “Momen itu adalah yang paling penting, makanya Shangren bilang “ba wo dang xia”, gengam saat ini. Kalau mereka datang lebih cepat 10-15 menit saja, kita juga belum ada dokter dan nggak akan tau kalau anak itu sudah koma,” jelasnya.
Keterangan :
Hadiah untuk Semua Relawan Pesan bahagia itu dikirimkan oleh Shelly Shijie melalui Blackberry Messenger kepada relawan Tzu Chi karena ia ingin kebahagian tersebut juga bisa dirasakan semua relawan Tzu Chi. “Itu adalah perasaan saya. Semuanya itu adalah obat untuk capek. Saya sengaja sharing supaya yang capek di sini merasa terobati, karena beberapa hari ini memang lelah sekali. Itu obat untuk kita karena satu nyawa yang dokter saja “menyerah”, tapi karena kita tidak menyerah, satu nyawa tertolong,” tutur Shelly Shijie. Ia pun menceritakan bahwa perasaan bahagia itu seperti mendapatkan hadiah besar, dan itu hadiah yang sangat spesial untuk semua relawan Tzu Chi. Seperti yang Master Cheng Yen katakan bahwa membantu orang harus sampai tuntas, apa yang dilakukan relawan Tzu Chi pada Anita dan Nita pun akhirnya berbuah manis, kedua bayi kembar Anita dan Nita pun kembali sehat. Bersama kedua orang tuanya, bayi kembar ini kemudian dibawa ke posko Tzu Chi Center karena rumah mereka belum dapat ditinggali akibat banjir masih menggenangi. Ungkapan terima kasih tiada habisnya diungkapkan oleh Elis pada relawan Tzu Chi setibanya ia di Posko Pengungsian Tzu Chi Center. “Saya nggak tahu harus ucapin apa, Bu. Pokoknya terima kasih banyak buat Tzu Chi,” ujarnya terbata-bata. Ia juga bersyukur telah mendapat bantuan dan dapat tinggal sementara di pengungsian Tzu Chi Center setelah terkurung di rumahnya selama beberapa hari. | |||
Artikel Terkait
Bersama Merajut Semangat Nasionalisme
24 Agustus 2017Minggu, 13 Agustus 2017, Tzu Ching (generasi muda Tzu Chi) Batam bersama anak-anak dari panti asuhan Radmila Children’s Home bersama-sama merayakan hari ulang tahun ke-72 Republik Indonesia.
Rasa Syukur dalam Xie Li Gathering Tzu Chi Sinar Mas Tahun 2020
22 Januari 2021Sebanyak 1.413 peserta yang terdiri dari relawan Tzu Chi Sinar Mas dan tamu undangan mengikuti Xie Li Gathering Tahun 2020 pada 17 Januari 2021 secara online. Melalui kegiatan ini Tzu Chi Sinar Mas juga mengajak seluruh peserta untuk bersumbangsih kepada para korban bencana banjir Kalimantan Selatan.