Banjir Jakarta: Pelayanan Kesehatan di Apartemen Laguna, Pluit
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy Hujan yang kembali mengguyur kawasan Pluit tidak membuat relawan berhenti melakukan evakuasi |
| ||
Banjir yang melanda ini mendorong relawan Tzu Chi untuk mendirikan posko bantuan di depan Mal Pluit Junction, Jakarta Utara. Selain menampung makanan dan minuman, posko tersebut juga melayani para warga yang ingin menuju lokasi rumah yang terkena banjir untuk mengevakuasi keluarganya ataupun mengantarkan makanan bagi keluarganya. Banyak warga yang masih terjebak diantara banjir dan memilih untuk tetap tinggal, akibatnya mereka harus tinggal dengan persediaan makanan dan minuman seadanya dan bahkan ada yang telah kekurangan bahan pangan. Sekitar jam 16.00 WIB, seorang dokter dari asosiasi dokter Tzu Chi (Tzu Chi International Medical Association, TIMA) pun datang untuk berjaga di posko tersebut. Ia adalah dr Ong Tjandra, MMPd, SpOG(K). Tak lama setelah sampai di posko, dr Ong diajak untuk pergi ke Apartemen Laguna. Di apartemen ini banyak warga yang mengungsi ataupun terisolasi karena tidak dapat keluar dari komplek yang terkepung air. Dengan menggunakan perahu karet dan membawa obat-obatan, dr Ong yang ditemani relawan pun tiba di lokasi. Sampai di sana dokter disambut hangat oleh warga dan mereka segera mencarikan tempat bagi dokter agar dapat memeriksa para pasien. Satu persatu warga berdatangan. Di dalam apartemen yang dihuni lebih dari 1.000 orang ini ternyata banyak warganya yang tidak mengungsi dan memilih untuk tetap tinggal. Bahkan banyak pula warga dari daerah sekitar yang mengungsi ke apartemen tersebut.
Keterangan :
Salah satu warga yang mengungsi adalah Pat (22 tahun). Ia mengungsi bersama anak dan ibunya. Sore itu Pat mendatangi dr Ong untuk memeriksakan anaknya. Pat tengah mengandung 6 bulan. Di tengah kehamilannya, ia harus berjalan di dalam air menerobos banjir menuju tempat pengungsian karena air yang masuk ke dalam rumah tempat tinggalnya sudah mencapai tinggi sepinggang. Karena sedang mengandung dan berjalan di genangan banjir, Pat juga meminta obat pada dokter karena obat pereda sakitnya tertinggal di rumahnya yang terendam banjir. Banjir kali ini membuat Pat pasrah menghadapi keadaan dan ia pun berharap dapat segera kembali ke rumahnya lagi untuk menjalani hidup seperti biasanya lagi. Sementara belasan pasien datang untuk berobat, dr Ong tetap melayani satu persatu pasien tersebut dengan penuh kehangatan. Dua orang warga setempat pun membantunya untuk melayani pasien. Dari hasil pemeriksaan, dr Ong mengatakan bahwa warga yang berobat rata-rata terkena penyakit umum dalam kondisi cuaca ini seperti infeksi, batuk, pilek, dan kelelahan. Tiga tahun sudah dr Ong bergabung bersama Tzu Chi. Hari Sabtu ini sesungguhnya ia memiliki jadwal untuk mengoperasi pasien, namun banjir menghalanginya sehingga ia tak dapat pergi. Maka kemudian ia memutuskan untuk membantu relawan Tzu Chi. Ini adalah pertama kalinya ia membantu di bencana banjir bersama Tzu Chi. Walaupun untuk membantu orang sakit yang menbutuhkan terkadang ia harus menghadapi kesulitan, dr Ong tetap merasa senang. “Bantu orang kita ga usa banyak berpikir,” ucapnya. | |||
Artikel Terkait
Waisak Tzu Chi 2018: Dari Satu Menjadi Tak Terhingga (Bag. 2)
15 Mei 2018Sejak Yayasan Buddha Tzu Chi berdiri hingga kini berusia 25 tahun, Chia Wenyu selalu mendapatkan tanggung jawab sebagai pemandu acara. Namun pemandangan berbeda ada di Waisak Tzu Chi 2018. Wenyu kali ini tidak lagi ada di depan panggung, dirinya duduk dengan anggun di barisan pembawa persembahan bersama 120 relawan Tzu Chi lainnya.
Launching Drama Kehidupan
06 Mei 2014 Memasuki usia yang ketujuh, DAAI TV Indonesia meneruskan konsistensinya sebagai media penyebar cinta kasih universal dengan memproduksi berbagai program humanis yang memiliki nilai Kebenaran, Kebajikan, dan keindahan.Sebuah Kursi Roda Impian Ferdi
24 September 2020Operasi kepala berjalan baik, namun setelah itu muncul penyakit baru akibat kecelakaan, kedua kaki Ferdi mengalami kontraktur (kelainan dari otot atau sendi yang terjadi saat jaringan lunak di bawah kulit berkurang kelenturannya dan tidak dapat meregang).