Banjir Jakarta: Welas Asih dalam Nasi Bungkus di Teluk Intan
Jurnalis : Nadya Iva (Hu Ai Sinarmas), Fotografer : Nadya Iva (Hu Ai Sinarmas)
|
| ||
Hiruk pikuk ini ditambah pula oleh para pedagang yang menggelar dagangannya secara tidak beraturan dan memakan badan jalan. Kepadatan yang terjadi tersebut menyulitkan mobil-mobil yang mengangkut bantuan makanan sewaktu akan masuk ke dalam Vihara Satrya Dharma yang merupakan titik pertemuan serta lokasi pemuatan barang untuk bantuan-bantuan yang akan disalurkan di sekitar Kelurahan Pejagalan. Telah beberapa hari nasi bungkus yang dimasak oleh para relawan Tzu Chi secara terus menerus disalurkan di daerah Kelurahan Pejagalan. Hari Minggu ini pun, sejumlah relawan yang dikomandoi oleh Lely Herawati Shijie dengan sukarela turun menerjang banjir agar bantuan makanan tersebut dapat dinikmati oleh para korban yang masih menetap di rumah mereka. Banyak warga yang menolak untuk dievakuasi dengan alasan menjaga rumah dan harta bendanya dari penjarahan oknum-oknum yang memanfaatkan situasi saat bencana melanda. Sebelum turun membagikan nasi bungkus, berkali-kali para relawan saling berkoordinasi karena banyaknya kesimpangsiuran data seperti jumlah korban dan lokasi distribusi bantuan. Namun dengan kesabaran akhirnya bantuan dapat disalurkan. Lely Shijie menuturkan, “Walau dalam keadaan terpepet seperti bencana ini, bantuan harus diberikan langsung dari relawan kepada korban. Sebaiknya tidak menitipkannya ke pihak lain. Memang susah namun kita juga harus memastikan bahwa bantuan-bantuan tersebut tepat sasaran.” Ketika tiba di lokasi, ternyata kebutuhan akan makanan bertambah melebihi data awal yang masuk. Maka, untuk pembagian makan malam jumlah nasi bungkus ditambah menjadi 400 bungkus. Sepanjang jalan menuju lokasi pendistribusian, banyak warga yang menghadang dan langsung meminta makanan, namun relawan Tzu Chi berusaha memberikan pengertian bahwa mereka telah memiliki prioritas sasaran yang akan dibagi sesuai dengan data awal.
Keterangan :
Berkah nasi bungkus bergulir ketika ada seorang korban yang dibantu merasa sangat berterima kasih. Wujud terima kasih itu ditampilkannya dengan kembali menyumbangkan bahan baku makanan berupa berkantong-kantong bihun, telur, beras, dan lain sebagainya. Warga murah hati yang tinggal di Telukgong ini enggan disebutkan namanya. Ia hanya mengungkapkan bahwa ia merasa sangat bersyukur dengan perhatian yang diberikan segenap relawan sehingga rela menyumbangkan bahan baku makanan kepada relawan Tzu Chi untuk diberikan kepada korban lainnya. Banjir yang dipandang sebagai musibah ternyata mempunyai makna yang lain, bahwa di kota metropolitan Jakarta ini, banyak orang masih saling peduli dan tolong-menolong. Sekalipun kita tidak punya hubungan darah dengan makhluk hidup lain, penderitaan mereka adalah penderitaan kita, rasa sakit mereka adalah rasa sakit kita. Apabila tubuh mereka sakit, hati merasa cemas. Apabila tubuh mereka terluka, hati pun ikut merasakan sakitnya. Inilah yang dinamakan “welas asih agung untuk semua”. | |||
Artikel Terkait

Menjaga Sebersit Pelita Batin
16 September 2014 Sabtu, 13 Agustus 2014 siang, Jing Si Books and Cafe di Mal Kelapa Gading dipadati oleh para relawan abu putih dan insan Tzu Chi He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading. Ya, pada hari itu diadakan pelatihan relawan abu putih untuk memberikan kesempatan kepada relawan-relawan yang sudah lama bersumbangsih membagikan pengalamannya.
Suara Kasih: Menerangi Dunia dengan Cahaya Cinta Kasih
01 April 2013 Buddha mengajarkan kita bahwa pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu. Anda ingin menciptakan berkah atau menciptakan karma buruk, ingin dipenuhi sukacita atau dipenuhi kerisauan, semua bergantung pada pikiran kita sendiri.Peresmian Jembatan Simpay Asih Sungai Cilaki
23 Desember 2015Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan sejak peletakan batu pertama pada 7 April 2015, proses pembangunan Jembatan Gantung Sungai Cilaki telah rampung dan diresmikan pada 18 Desember 2015, di Lapang, Kampung Haminten RT 01 / RW 08, Desa Panyirapan, Kec. Soreang, Kab. Bandung.