Banjir Manado: Prajurit Semut yang Penuh Semangat
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
|
| ||
Pada tanggal 7 Februari 2014 relawan Tzu Chi mengadakan pemberian bantuan di DPU untuk warga Banjer dan Tikala Ares. Setelah melakukan pertemuan pagi dengan para warga, relawan Tzu Chi bersama-sama dengan relawan setempat membersihkan pekarangan (DPU) yang dipenuhi oleh kubangan lumpur. Kubangan ini tercipta karena sehari sebelumnya (tanggal 6 Februari 2014) hujan sudah mulai turun setelah beberapa hari matahari bersinar terik. Dengan pembersihan saling bahu-membahu, pekarangan DPU yang awalnya becek dengan lumpur, tampak mulai bersih dan dapat dilalui dengan mudah. “Biasanya kita tidak pernah melakukan hal (membersihkan lumpur) seperti ini. Tetapi di sini kita datang sebagai ‘prajurit semut’ Tzu Chi (untuk meringankan penderitaan warga). Asalkan dilakukan bersama-sama dan dikerjakan sedikit demi sedikit, optimis pastinya pekerjaan ini dapat selesai,” ujar Rudi Tan dengan gembira Semangat Menolong yang Lain Pukul 13.00 WITA, seusai melakukan pembersihan lumpur, relawan bersiap-siap menuju Kelurahan Istiqlal, Kecamatan Wenang untuk melakukan pembagian kupon bantuan kompor untuk warga di sana. Setibanya di lokasi, relawan pun berpencar menjadi 3 kelompok dan melakukan survei sekaligus pemberian kupon di 3 lingkungan yang ada di Kelurahan Istiqlal. Menurut penuturan Hamzah, Lurah Istiqlal, kelurahan ini juga dikenal sebagai Kampung Arab, karena dulunya wilayah ini seluruh penghuninya adalah orang-orang dari Arab. Tetapi seiring berjalannya waktu, banyak pendatang yang juga mulai bermukim di kelurahan ini, sehingga kelurahan ini menjadi kelurahan yang bersuku majemuk: India, Tionghoa, Makasar, dan sebagainya.
Keterangan :
Attumboimbella Lanbey, adalah salah seorang warga keturunan Tionghoa yang telah menetap di Kelurahan Istiqlal selama hampir 30 tahun ini. Attumboimbella sudah mengenal Tzu Chi melalui siaran DAAI TV ketika ia berkunjung menjenguk anaknya yang tinggal di Jakarta. Karena itu, ia cukup terkejut ketika relawan Tzu Chi datang berkunjung ke rumahnya. “Tzu Chi kan belum ada di Manado,” ujarnya dengan penuh heran. Setelah relawan memberikan penjelasan, Attumboimbella pun menjadi kagum karena relawan mau datang ke Manado untuk meringankan penderitaan warga. “Terima kasih Tzu Chi,” ujar Attumboimbella. Attumboimbella berniat membujuk anaknya yang tinggal di Jakarta untuk ikut bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Tanggal 12 Februari 2014, anak saya akan datang kemari. Nanti saya akan coba membujuk ia untuk mau bergabung,” terang Attumboimbella sambil meminta kartu 125 (donasi rutin untuk Tzu Chi) dari relawan. Selepas memberikan kupon, relawan kembali ke DPU untuk menyelesaikan program Solidaritas dan Kerja Bakti. Salah seorang relawan setempat yang ikut bersumbangsih, I Wayan Sumerta juga turut bersemangat untuk berpartisipasi. I Wayan Sumerta menerangkan jika dirinya sangat bersyukur ia punya kesempatan untuk berbuat kebaikan. “Saya merasa akan lebih baik jika kita bisa membantu orang lain daripada hanya diam menerima bantuan saja. Mungkin saat ini saya belum dapat mendukung secara finansial, yang bisa saya berikan saat ini adalah dukungan tenaga,” terang I Wayan dengan yakin. “Rasanya diri ini amat berbahagia ketika melihat wajah warga yang kita berikan bantuan tersenyum bahagia,” ujarnya. | |||
Artikel Terkait
Bahagia Memberi, Tenang Menerima
22 Desember 2021Cuaca sangat cerah pagi itu, saat Muriany, Karlina, dan Meidiana tiba di Jing Si Book and Cafe yang terletak di Lantai 2, Tzu Chi Hospital, PIK. Ketiganya adalah para relawan yang bertugas di Jing Si Book and Café.
Tanggung Jawab dan Kaderisasi
06 November 2017Untuk menumbuhkan kebijaksanaan para relawan, insan Tzu Chi selalu mengadakan pelatihan relawan. Pada Minggu 29 Oktober 2017 lalu, Tzu Chi Batam kembali mengadakan pelatihan relawan dari semua jenjang. Pelatihan kali ini dibawakan oleh tujuh insan Tzu Chi dari Jakarta yang sudah lama berkecimpung di berbagai misi humanis Tzu Chi.