Banjir Manado: “Si Tou Timou Tumou Tou”

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya
 

foto
"Saling dukung... saling percaya...," para warga dan relawan bersama-sama menyanyikan lagu Satu Keluarga.

 “Yang sudah hanyut biarkan hanyut, tapi semangat jangan hanyut!” ucap seorang relawan menyemangati para warga yang sudah berkumpul pada tanggal 21 Januari pagi. Di hari itu sebuah program akan dijalankan untuk membantu korban bencana di Manado di wilayah Karame. Program yang dijalankan itu terinspirasi dari apa yang telah dilakukan Tzu Chi di Filipina saat membantu warga yang terkena topan Haiyan, yaitu program Cash For Work.

Warga diajak untuk melakukan kerja bakti bersama membersihkan rumah dan wilayah tempat tinggalnya dari lumpur dan sampah-sampah. Setelah itu mereka akan mendapatkan uang sebesar 100 ribu rupiah. Bantuan itu memang akan diberikan kepada warga, tapi relawan tidak ingin hanya langsung memberi, relawan ingin mengajak warga sama-sama bekerja untuk memulihkan wilayahnya. “Ini bukan honor, tapi solidaritas kita,” ucap Jhonny yang menjadi koordinator program ini.

“Kerja, kerja, mari kita kerja,” nyanyi seorang warga yang ikut serta. Sejak pukul 7 pagi, setelah mendapatkan pengarahan dari relawan, dengan membawa sekop dan roli, para warga bergerak membersihkan rumah dan lingkungannya. 

foto  foto

Keterangan :

  • Di hari Selasa pagi para warga diajak bersama-sama membersihkan tumpukan lumpur (kiri).
  • Meski tak biasa menggunakan sekop, tapi relawan Tzu Chi tetap berusaha membantu warga (kanan).

Pada kegiatan hari itu, sebanyak 21 relawan Tzu Chi dari Makassar juga datang membantu. Awalnya relawan Tzu Chi Makassar hanya diminta untuk membantu membelikan kebutuhan barang seperti sekop, garukan sampah, roli roda tiga, karung, dan kebutuhan lainnya, namun akhirnya mereka juga memutuskan ikut membantu relawan Jakarta di Manado. Pada siang hari, relawan juga membantu membersihkan lumpur dengan memasukkannya ke dalam karung. Kebanyakan relawan yang ikut membersihkan, mereka adalah ibu-ibu yang tentunya belum pernah bekerja dengan sekop di tangannya, sehingga wajar mereka tampak kesulitan. “Kalau kita bersihkan sendiri, kalau itu rumah kita, gimana? sedangkan angkat satu sekop saja berat banget,” ucap relawan Makassar, Henny Laurence.

Pada pukul 4 sore, kegiatan bersih-bersih hari itu berakhir, dan para warga kembali dikumpulkan bersama untuk diberikan bantuan berupa uang. Sebelumnya relawan Tzu Chi menjelaskan dahulu siapa mereka dan mengapa mereka datang ke Manado.

 “Torang basodara (kita bersaudara). Guru kami bernama Master Cheng Yen, Guru kami mengajarkan kami agar menganggap semua orang di dunia ini adalah bersaudara!” ucap relawan dan disambut teriakan setuju dari warga. “Kami datang kemari bukan atas dasar politik, tapi hanya karena cinta kasih. Kami harap semuanya dapat tetap kuat dalam bencana, dan bahu membahu bergotong royong,” lanjut relawan.

foto  foto

Keterangan :

  • Berbagai elemen masyarakat ikut membantu kota Manado, salah satunya Swiss-bel Hotel. mereka membantu relawan Tzu Chi memasang Alcon dan membantu warga membersihkan rumah mereka. (kiri).
  • Setelah bekerja seharian, para warga menerima cash for work (kanan).

Di kesempatan tersebut relawan mengajak warga untuk bersama menyanyikan lagu isyarat tangan Satu Keluarga. Warga tampak bersemangat, sebelumnya mereka tiba-tiba menyanyikan sebuah lagu Manado dalam bahasa Manado yang ternyata memiliki arti mengenai kebersamaan, tentang memberi semangat kepada setiap orang harus hidup mandiri.

Salah satu warga yang ikut serta adalah, Noldy Rantung, seorang bapak berusia 58 tahun. Saat banjir melanda, ia tinggal di lantai 2 rumahnya dan terus memantau pergerakan air. Dari lantai 2 rumahnya ia tidak hanya diam menunggu, saat banjir semakin parah, ia berenang ke rumah tetangga di sebelahnya untuk membuka atap seng rumah tetangganya dan menyelamatkan tetangga tersebut ke lantai 2 rumahnya.

Sudah empat hari ia terus membersihkan rumahnya dan lelah ia rasakan, tapi ia tetap terus berusaha. “Kalo kita punya iman, berusahalah!. Pesimis ga bisa, optimis saja. Hidup ini mau apa dijalani aja,” ucapnya. Saat berkumpul di sore hari, ia tampak bersemangat mendengarkan apa yang disampaikan oleh relawan. Ia merasa ada semangat baru dalam hidupnya. “Kegiatan ini membawa semangat baru untuk kita bermasyarakat. Itu sangat baik, sangat universal, jadi mewakili hati seorang manusia, sangat baik,” tutur Noldy.

Seperti kata Sam Ratulangi, salah satu pahlawan nasional di kota Manado, Si Tou Timou Tumou Tou.Sebuah kalimat yang juga menjadi filosofi hidup masyarakat Minahasa yang berarti “Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain”. Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Secara tidak langsung apa yang dilakukan oleh insan Tzu Chi sama dengan filosofi tersebut. Mereka sebagai manusia ingin membuat diri mereka berguna bagi masyarakat dengan membantu mereka yang kesulitan, tapi dari setiap bantuan yang diberikan, insan Tzu Chi juga memberikan dorongan semangat agar masyarakat tidak hanya berpangku tangan tapi juga terus berusaha serta membangkitkan cinta kasih dalam hati setiap orang.

  
 

Artikel Terkait

Makna dari Sebuah Kata Perenungan

Makna dari Sebuah Kata Perenungan

20 September 2011 Kegiatan ini dimulai tepat pukul 09.30 WIB yang dikoordinir oleh Shixiong Johar, relawan Tzu Chi dari He Qi Utara. Di sini relawan dibagi menjadi 6 kelompok dengan membedakan rute tempat penempelan kata perenungan.
Suara Kasih: Menolong dan Melindungi Bumi

Suara Kasih: Menolong dan Melindungi Bumi

25 Oktober 2011 Sungguh, para relawan harus bekerja keras pada saat itu. Ini semua telah tercatat dalam sejarah Tzu Chi. Sungguh tak tega melihat kondisi pascabencana. Kita juga dapat melihat bahwa banjir di Thailand masih belum surut dan hujan juga masih turun.
Banyak Jalan Menuju Roma

Banyak Jalan Menuju Roma

20 Mei 2009 Pepatah yang begitu terkenal tersebut menyiratkan makna bahwa ada banyak pilihan cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Tentunya tujuan yang didiskusikan dalam bedah buku pada Kamis, 14 Mei 2009 lalu di Jing-Si Pluit, Jakarta Utara bukanlah untuk tiba di Roma (Italia), melainkan pencerahan.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -