Banjir Manado: Torang punya semangat tiada habisnya
Jurnalis : Metta & Teddy, Fotografer : Metta Di tengah terik matahari, relawan membakar semangat 1004 warga PAAL IV. |
| ||
Banyak warga berkesah bahwa banyak bantuan yang datang berupa bahan makanan, namun mereka tak dapat mengolahnya karena alat memasaknya rusak bahkan hanyut terbawa banjir. "Banyak bantuan berupa mi instan yang diberikan, namun kami tidak bisa memasaknya karena tidak ada kompor," ujar salah satu warga. Dari sanalah, Tzu Chi memutuskan untuk membantu memberikan 5000 buah kompor beserta gasnya pada warga. "Nanti kami akan mendatangi rumah bapak-ibu semua untuk membagikan kupon pemberian kompor yang bisa diambil tanggal 7 atau 8 Februari ya," ujar Lo Hoklay Shixiong yang disambut ceria dan tepuk tangan riuh oleh para warga yang berkumpul di lapangan Malvina. Sambutan antusias ini dinilai sangat baik oleh Hoklay Shixiong berkaitan dengan semangat yang masih berkobar dalam hati warga. "Saya melihatnya bukan hanya nominal yang mereka terima namun dari semangat mereka bisa tergugah dan terbangun," ujar Hoklay. "Sangat gembira karena saya masih bisa ikut serta memberikan mereka bantuan yang mereka butuhkan," tambahnya. "Semoga setelah kita bantu di sini, semangat untuk bekerja bakti bersama semakin tumbuh sehingga mereka dapat melupakan sejenak penderitaan mereka. Selain itu semangatnya semoga masih terus berlanjut," harapnya. Salah satu warga yang sangat bahagia dan tulus menerima apa yang telah terjadi adalah Olha Worang (42) yang rumahnya ikut hanyut terbawa arus. Rumahnya habis namun rasa syukurnya malah semakin tumbuh. "Awalnya ada rasa kecewa so sedih, tapi mo dikata apa. Rasa sedih so ada, tapi bersyukur Tuhan kasih kemampuan, kekuatan sampai kita sanggup hadapi semua itu," cerita Olha sambil terus tersenyum. Sejak hari pertama Tzu Chi mengadakan kegiatan cash for work, ia sempat tertinggal dan tidak tercatat dalam warga karena anaknya selalu rewel saat ditinggal. Namun akhirnya ia bisa ikut serta dalam kegiatan cash for work. "Kenapa torang semangat? Itu karena Tuhan yang membuat kita kuat. Walaupun rumah torang habis, tapi semangat tetap ada," ujarnya dengan tulus. Hal yang sama juga dirasakan oleh samsiah dan suami yang mulai bersih-bersih di rumahnya. Rumah mereka yang terletak di sebuah gang sempit di jalan mahesa lingkungan 2, kompleks Masjid At-Tamir , membuat mereka bingung bagaimana mereka dapat memindahkan lumpur dari dalam rumah mereka. Aliran deras lumpur merusak pintu, perabot dan seluruh harta bendanya. beruntung dari kelurahan mengabarkan Tzu Chi datang dan akan memberikan bantuan berupa angkong dan sekop sehingga warga dapat memiliki sebuah harapan dan bantuan memindahkan lumpur yang masuk ke dalam rumahnya yang setinggi 2 meter. Dengan angkong, mereka dapat mengangkut lumpur ke lokasi penampungan sementara untuk kemudian di ambil oleh truk sampah dan saluran air di depan rumahnya dapat kembali berfungsi. Tidak hanya itu, dengan adanya bantuan berupa wipot, sikat dan ember rumah mereka bisa kembali bersih. Bantuan berupa kompor gas, tabung, dan selang melengkapi kebahagian mereka karena mereka kini dapat memasak dan melanjutkan mata pencaharian mereka: membuat gorengan untuk di jual di depan gang rumah."Beruntung ada bapak-ibu yang bantu kita, jadi kita bisa kembali ke rumah. Bapak sampai saat ini belum ada pekerjaan, dengan ikut cash for work kita dapat penghasilan dan rumah jg bersih," ujar samsiah dengan penuh gembira.
Keterangan :
Perpisahan Bukanlah Akhir Lagu Cinta dan Damai juga menggema di lapangan. Saat lagu ini dinyanyikan oleh warga, tak sedikit dari mereka yang turut menangis haru. Relawanpun demikian, sambil beranjali mereka berdoa, menyeka air mata, dan memandang haru pada para warga. Suara mereka bergetar menahan tangis. "Mereka luar biasa," ucap relawan. Bu Lurah Joyce menekankan bahwa perpisahan bukanlah akhir. Ia juga mengharapkan bahwa Tzu Chi nantinya akan berkumpul kembali dengan warga dalam keadaan yang lebih baik. | |||
Artikel Terkait
Perhatian untuk Tunas Bangsa di Pulau Wundi, Biak, Papua
04 November 2024Warga di Pulau Wundi mendapatkan bantuan sembako dan paket pendidikan (tas dan alat tulis). Sembako sangat dibutuhkan warga yang mayoritas nelayan dan tidak bisa melaut akibat gelombang laut yang tinggi.