Banjir Masih Menggenang di Pati
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Siladhamo Mulyono Akibat banjir yang menggenang di Desa Karangnowo, Kec. Jakenan, jalan menuju desa pun terputus dan hanya dapat dilalui sepeda ataupun motor. Banjir juga mendatangkan hiburan tersendiri bagi anak-anak dalam mencari ikan. | Meski sudah 3 bulan lebih, tepatnya sejak pertengahan Desember 2007 hingga Maret 2008, banjir masih tetap menggenangi beberapa wilayah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Banjir pertama kali menerpa kota Pati pada tanggal 23 Desember 2007, dan sudah surut seminggu kemudian. Tapi, pada tanggal 9 Januari 2008, hujan yang turun terus-menerus, ditambah dengan pendangkalan Sungai Juwana, membuat banjir kedua datang dengan kedalaman dan jangka waktu yang lebih lama. |
Berdasarkan pengamatan, banjir terlihat masih menggenangi sawah ataupun rumah-rumah warga di Desa Banjarsari dan Babelan (Kecamatan Gabus), Desa Karangrowo (Kecamatan Jakenan), dan Desa Gajah Mati (Kecamatan Pati Kota). Berdasarkan kondisi inilah, akhirnya Tim Tanggap Darurat Tzu Chi memutuskan untuk memberi bantuan di 5 kecamatan, yakni: Kecamatan Pati Kota, Gabus, Juwana, Sukolilo, dan Jakenan. Ada 31 desa yang terdata untuk mendapatkan paket bantuan dari Tzu Chi berupa 20 kg beras, 10 bungkus mi instan, dan 1 kg gula. Jumlah total bantuan yang diberikan Tzu Chi tercatat sebanyak 11.000 karung beras, 11.000 kg gula, dan mi instan sebanyak 5.500 dus. Ket : - Sepanjang jalan di Kabupaten Pati, pemandangan sawah yang terendam air masih banyak terlihat Dalam kegiatan pemberian bantuan ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan TNI, Kodam IV Diponegoro, KODIM 0718 Pati, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, dan ratusan relawan setempat dalam menyurvei maupun pendistribusian bahan bantuan. Menurut Endang Ismiati, Kepala Desa Karangrowo, Kecamatan Jakenan, salah satu desa penerima bantuan Tzu Chi, bantuan ini sangat berarti bagi warga desanya. Meski hampir setiap tahun desa ini terendam air setiap musim penghujan, namun menurutnya tahun inilah yang terparah. "Baru kali ini saya ngalamin banjir kayak gini," ujar Endang. Banjir di tahun ini juga merendam desanya cukup lama dan membuat 350 kepala keluarganya terpaksa tak bisa bekerja mencari nafkah. "Kebanyakan penduduk di sini buruh tani, yang memiliki lahan paling cuma 40%-nya saja," terang Endang. Desa yang dihuni 1.073 jiwa ini sudah hampir 3 bulan terendam air. "Saya berterima kasih sekali ada bantuan seperti ini. Baru kali ini ada bantuan dengan jumlah yang sangat banyak," ungkap Endang haru. Ket : - Endang Ismiati, Kepala Desa Karangrowo, Kecamatan Jakenan saat menerangkan kondisi yang menimpa Bukan hanya banjir saja yang menjadi masalah bagi warga Desa Karangrowo. Jika musim kemarau tiba, air di sumur-sumur warga pun menjadi asin. Akibatnya selain kekeringan, sawah-sawah warga pun terancam puso (gagal panen) karena tercemar air asin. "Kalau nggak ada banjir dan air asin, warga Desa Karangrowo mungkin sudah makmur-makmur," kata Endang lirih. Meski cobaan terus menimpa warga Desa Karangrowo, namun warga tetap teguh bertahan dan menyikapi setiap musibah dengan tabah dan penuh keikhlasan. "Mau gimana lagi, memang sudah kehendak yang Maha Kuasa," terang Endang yang sudah 3 tahun memimpin masyarakat Desa Karangrowo. "Biar rumah saya jadi berantakan, tapi saya senang karena ini demi kepentingan warga masyarakat," tegas Endang saat mengawasi penurunan bahan bantuan di rumahnya. | |