Bantuan AirAsia QZ8501: Semangat Cinta Kasih yang Menginspirasi
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Hari Tedjo (Relawan Tzu Chi Surabaya)Semangat serta cinta kasih yang diberikan relawan Tzu Chi kepada keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501 memberi inspirasi kepada masyarakat. Mereka melihat bagaimana komitmen Tzu Chi untuk terus ada dan mendampingi keluarga korban.
Salah satu orang yang terinspirasi ialah Coonie Roosana, karyawati salah satu bank swasta di Surabaya. Melalui Tzu Chi, ia memberikan rasa empatinya. ”Awalnya pada 31 Desember 2014, saya datang ke Bandara Juanda Surabaya, dan saya lihat relawan baju biru (Tzu Chi) bantu-bantu bagikan minuman dan makanan ringan untuk petugas dan semua relawan di posko,” terang Coonie yang merasa terkesan dengan kesungguhan hati relawan Tzu Chi selama pendampingan untuk para keluarga korban pesawat AirAsia QZ8501.
Akhirnya, pada Sabtu, 3 Januari 2015, Connie mulai menyalurkan beberapa makanan ringan untuk keluarga korban. Ia pun berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya dan ingin menyumbangkan makanan yang ia siapkan untuk keluarga korban ke salah satu posko di sana. Tetapi setelah beberapa kali berkeliling dan melihat posko-posko di RS Bhayangkara, akhirnya ia melihat ada relawan berbaju biru (Tzu Chi) yang masih ada dan terus bersumbangsih untuk keluarga korban di Rumah Sakit Bhayangkara. Ia pun akhirnya “jatuh hati” kepada Tzu Chi dan memutuskan untuk menyalurkan bantuan yang ia miliki untuk disumbangkan ke Tzu Chi.
Coonie dan Arum berharap barang bantuan dan kunjungan mereka dapat meringankan kesedihan keluarga korban.
Ada pun, Junita, relawan Tzu Chi Surabaya yang melihat Coonie berdiri di depan Posko Tzu Chi lalu memanggilnya untuk masuk dan bertanya kepadanya apa yang bisa dibantu. Setelah mengetahui jika Coonie ingin menyalurkan bantuan, Junita pun langsung mengajaknya untuk ikut memberikan bantuan kepada keluarga korban. “Awalnya nggak tahu mau memberikan bantuan ke siapa. Jadi Sabtu (3/1), saya datang ke Bhayangkara dan saya lihat ada posko relawan Tzu Chi, saya langsung datang ke sana. Lalu saya bilang ke relawan saya mau bantu apa saja dan akhirnya saya ikut bantu-bantu di Tzu Chi,”ujar Coonie yang memanfaatkan hari Sabtu dan Minggu pertamanya di tahun 2015 (3-4 Januari 2014) untuk bersama relawan Tzu Chi.
Coonie merasa sangat senang dan beruntung bisa ikut bersumbangsih bersama Tzu Chi. “Saya melihat dalam memberikan bantuan, mereka (relawan Tzu Chi) terkoordinir dan tepat sasaran bantuannya,” ucap Coonie beralasan. Saking senangnya kepada kegiatan sosial, pada hari biasa, ketika sibuk bekerja, ia meluangkan waktu istirahatnya di pukul 12.00 WIB untuk menyalurkan barang-barang (vitamin, minuman ringan, dan minyak angin) kepada relawan guna disalurkan ke keluarga korban yang kerap datang untuk mengetahui identitas jenazah yang dikirim ke RS Bhayangkara. “Kalau Sabtu- Minggu, saya tidak ada kegiatan, jadi lebih baik ke sini (posko). Kalau hari kerja paling saya memanfaatkan jam istirahat untuk ikut bersumbangsih,” ucap Coonie dengan gembira.
Coonie dan Arum
berkeliling membagikan barang bantuan yang mereka bawa untuk para relawan di
posko-posko yang ada di RS Bhayangkara
Surabaya.
Keesokan harinya, Connie juga mengajak Arum Sri Asmoro, rekan kerjanya. “Dari kemarin juga sudah diajak, tapi karena kebetulan hari ini ada waktu, ya saya datang,” ujar Arum. Arum merasa jika kedatangannya ke posko untuk membantu adalah salah satu bantuan kecil yang bisa ia lakukan (untuk keluarga korban dan relawan-relawan yang berada di posko). Arum, Coonie dan relawan Tzu Chi juga meluangkan waktu untuk berkeliling membagikan vitamin dan minuman untuk para keluarga korban dan relawan yang berada di posko-posko RS Bhayangkara. “Semoga terbantu dan berharap mereka (keluarga korban) bisa melepaskan tekanan yang ada di dalam diri. Karena jika merasakan kesedihan sendiri itu nggak nyaman, tetapi kalau ada teman, orang yang mendukung secara psikologis mereka akan lebih tenang,”tutur Arum.
Selepas membagikan vitamin dan minuman, Coonie pun menyampaikan maksud dan tujuannya mengajak temannya untuk ikut. ”Biar ikut merasakan. Empati rasanya itu yang utama. Merasakan tidak hanya membantu, tetapi merasakan penderitaan dari korban dan menghibur mereka juga,” ujar Connie dengan pasti. Selain itu, Coonie pun berharap bantuan yang diberikan dapat meringankan kesedihan keluarga korban. “Harapannya mereka (keluarga korban) lebih ikhlas dalam penemuan, sehingga yang meninggal juga merasa lebih tenang,” harap Coonie.