Bantuan Bagi Korban Si Jago Merah
Jurnalis : Veronica Agatha, Fotografer : Veronica AgathaKehangatan terpancar dari raut wajah relawan saat memberikan 231 paket bantuan bencana bagi korban kebakaran di Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Sebagian besar warga RT 007/RW 001, Bunderan, Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, tengah tertidur pulas kala api mulai menjilat pemukiman padat penduduk ini pada Rabu, 25 Juni 2014 pukul 1 dini hari. Teriakan panik dari beberapa warga membangunkan warga yang tengah tertidur pulas. Hampir seluruh warga tidak sempat menyelamatkan harta bendanya, hingga mereka tidak membawa apa pun selain yang melekat pada tubuh mereka. Kekalutan batin terpancar jelas dari raut wajah dan sorot mata warga korban kebakaran. Sebanyak 300 rumah yang ditempati 352 keluarga hangus terbakar, menyisakan puing-puing hitam yang berserakan di tanah. Warga kemudian mengungsi ke Stadion Kamal Muara untuk sementara waktu. “Menurut informasi yang saya dapat, ada salah satu rumah yang sekitar jam 1-an itu, di atas rumahnya terjadi kebakaran akibat arus pendek. Pemadam kebakaran yang terdiri dari 24 unit (baru) mampu mengatasi api sekitar pukul 4 pagi,” ucap Royto Harahap, Lurah Kamal Muara, Jakarta Utara.
Pembagian bantuan bagi korban kebakaran berlangsung di Stadion Kamal Muara, dari pukul 8 pagi hingga pukul 3 sore.
Bantuan mulai berdatangan, tak ketinggalan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang turut membantu pula korban bencana kebakaran ini. Setelah relawan melakukan survei pada tanggal 26 Juni 2014, keesokan harinya bantuan berupa 62 dus air mineral botol, 30 dus air mineral gelas, 3 pasang sandal (2 untuk wanita dan 1 untuk pria), popok bayi, baju layak pakai, selimut 1, handuk 1, sarung 1, peralatan makan 1 buah, peralatan mandi berupa sabun 2, pasta gigi 1, gayung 1, sikat gigi 2, sampo 1, obat anti nyamuk, terpal sebanyak 250 buah, berikut boks yang memuat barang-barang tersebut segera dikirim untuk dibagikan kepada korban kebakaran.
Dengan cekatan para relawan bahu-membahu menurunkan paket bantuan dari mobil yang mengangkut paket bantuan. Dalam waktu singkat paket bantuan telah tersusun rapi di koridor Stadion Kamal.
Satu per satu korban kebakaran yang telah mendapatkan kupon mengantri dengan rapi untuk mengambil paket bantuan. Salah satunya adalah Suwarsih, wanita renta yang menggunakan jilbab berwarna ungu.
Sejak pukul 8 pagi, sebanyak 20 orang relawan berkumpul di Stadion Kamal untuk membantu membagikan kupon serta bantuan bagi korban kebakaran ini. Tampak suasana di pelataran parkir Stadion Kamal penuh dengan tenda yang berisikan para korban yang menetap sementara di Stadion Kamal. Relawan tengah membagikan kupon ketika mobil yang mengangkut paket bantuan bencana tiba. Sebanyak 250 paket bantuan kebakaran tiba di Stadion Kamal. Bahu-membahu, para relawan menurunkan paket bantuan bencana tersebut. Meskipun matahari bersinar sangat terik, senyum para relawan tidak henti-hentinya tersungging di wajah relawan. Tak jarang mereka bersenda gurau di sela-sela penurunan paket. Sekitar pukul 1 siang pembagian paket bantuan dimulai. Warga yang telah mendapatkan kupon mengantri dengan tertib untuk mengambil bantuan. Sebanyak 231 paket bantuan dibagikan kepada korban kebakaran Kapuk Muara. Senyum bahagia dan haru jelas terpatri di wajah penerima bantuan. Tak henti ucapan terima kasih mengalir dari mulut mereka. “Saya atas nama Lurah Kamal Muara dan warga Kamala Muara, mengucapkan terima kasih atas bantuannya, dan mudah-mudahan bantuan yang diberikan Tzu Chi dapat bermanfaat bagi warga kami,” ucap Royto. Seperti yang Master Cheng Yen katakan, “Orang yang dapat menghargai berkah akan dapat menciptakan berkah, orang yang benar-benar menciptakan berkah merupakan orang kaya yang sesungguhnya.”
Bersyukur Tanpa Memandang
Bahwa Sebuah Perjalanan Penuh dengan Rintangan
Air mata menggenang di pelupuk mata Suwarsih, ketika
ia menceritakan kembali perjalanan hidupnya sebelum hingga sesudah kebakaran
terjadi. Wanita berusia 54 tahun ini salah satu korban kebakaran di Kamal Muara
yang menerima bantuan dari Tzu Chi. Rumahnya habis dilalap si Jago Merah. Tidak
satu pun tersisa dari rumahnya selain puing-puing yang berserakan. Suara gaduh
berupa teriakan dan ledakan-ledakan membangunkan Suwarsih yang kala itu tengah
tertidur. Ia hanya sempat menyelamatkan surat-surat seperti kartu keluarga
miliknya kemudian berusaha untuk mengajak anak laki-lakinya segera melarikan
diri dari api yang mulai bergerak mendekati rumah mereka. Namun karena anak
laki-laki Suwarsih yang bernama Mohammad Rosul mengalami gangguan kejiwaan, ia
enggan untuk keluar dari rumahnya. Tangis Suwarsih pecah seraya ia memohon agar
anaknya yang berusia 33 tahun itu mau keluar dari rumah mereka. Bermodalkan
bantal yang terus Mohammad dekap akhirnya ia mau keluar dari rumah itu. Di
bawah sebuah pohon besar Mohammad duduk diam tidak bergeming. Ia tidak mau
diajak mengungsi ke Stadion Kamal. Berkali-kali Suwarsih bolak-balik dari
Stadion Kamal ke pohon besar tempat anaknya bernaung untuk mencari bantuan
hingga kakinya terasa sakit. Dengan bermodalkan telepon selularnya yang telah
usang ia meminta untuk dikabari bila ada bantuan dari manapun karena ia merasa
kurang sehat dan tidak lagi kuat untuk berjalan. Ia menumpang tidur di toko
pinggir jalan pada malam pertama setelah kebakaran pada malam berikutnya ia
tidur di bawah pohon di Stadion Kamal dengan hanya beralaskan tikar, sedangkan
anaknya masih tak bergeming di bawah pohon besar dekat rumah mereka dahulu.
Keadaan kawasan Bunderan setelah habis terbakar. Saat itu saya tengah berdiri di atas puing-puing rumah seorang warga. Saat saya bertanya, “Rumah Bapak yang mana?” Ia menjawab, “Lah, ini kamu lagi berdiri di atasnya.”
Suwarsih yang berprofesi sebagai kuli kopek kerang dan tukang urut telah tinggal di kawasan Bunderan selama kurang lebih 7 tahun. Sebelumnya ia juga telah mengalami hal serupa ketika rumahnya habis terbakar pada kebakaran 1 Agustus 2008 lalu. Ketegaran hatinya dalam menghadapi cobaan ini pernah goyah saat ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun niatnya tersebut urung ia lakukan mengingat anaknya yang akan menjadi sebatang kara bila ia tidak ada. Ditinggal pergi oleh suaminya tidak lantas membuat Suwarsih terus bermuram durja. Dengan susah payah ia bekerja demi mencukupi kebutuhannya dan anaknya sehari-hari. Uang senilai satu juta dua ratus berhasil ia kumpulkan dari kerja kerasnya. Miris, uang itu habis terbakar. Tanpa sepeser pun uang di kantongnya ia berusaha untuk bertahan hidup. “Sekarang aku kesusahan, kena kebakaran. Nggak ada satu orang pun yang bisa aku mintain tolong. Sekarang aku udah ditolong oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Aku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,” ucapnya sambil meneteskan airmata. Setelah mendapatkan bantuan Suwarsih dibantu tetangganya segera kembali ke tempat anaknya berada.
Artikel Terkait
Menyemangati Korban Kebakaran
24 Februari 2017Relawan Tzu Chi Batam memberikan bantuan bagi korban kebakaran di Tanjung Uma pada Selasa, 14 Februari 2017 kepada penghuni 16 rumah yang terkena musibah kebakaran. Sebelumnya relawan juga melakukan survei pascakebakaran pada Senin, 13 Februari 2017.
Membangkitkan Semangat Warga Korban Kebakaran
14 November 2019Relawan Tzu Chi memberikan bantuan bagi korban kebakaran di di Pasar Satuan Pemukiman 4, Kecamatan Kong Beng, Kab. Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kebakaran menghanguskan puluhan rumah.