Bantuan Banjir untuk Warga di Aceh Utara

Jurnalis : Agam Rusli (Tzu Chi Aceh), Fotografer : Agam Rusli (Tzu Chi Aceh)

doc tzu chi

Relawan Tzu Chi bersama dengan anggota RAPI dan Basarnas membawa bantuan bagi korban banjir di Kecamatan Pirak Timu. Saat relawan ke sana, warga masih terisolasi.

Setiap tahun, kala musim hujan Aceh Utara selalu mengalami bencana banjir kiriman. Sejak 1 Desember 2017, banjir mulai melanda daerah Lhoksukon, Matang Kuli dan Perak Timu. Banjir terjadi akibat hujan yang turun tak henti-hentinya di pegunungan Banar Meriah menyebabkan Tanggul Krueng Keureuto tidak mampu menampung besarnya debit air. Tanggul pun bocor dan menggenangi rumah penduduk dengan ketinggian air 1 meter sampai 3 meter.

Rabu, 6 Desember 2017, Relawan Tzu Chi Lhoukseumawe bersama RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) melakukan survey ke Kota Lhoksukon dan sekitarnya. Dari hasil survey, ternyata banjir Kota Lhoksukon dan sekitarnya sudah surut dan tidak ada warga yang mengungsi. Namun relawan mendapat informasi dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) bahwa di Kecamatan Pirak Timu masih terkepung air dan warga masih terisolasi.

Bersama dengan Rapi dan Basarnas, relawan Tzu Chi mendatangi Kecamatan Perak Timu dengan menempuh perjalanan yang sangat rawan, di mana jalan berlubang, berlumpur dan di mana-mana jalan tergenang air setinggi 30 cm sampai 50 cm. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, perjalanan relawan terhenti karena akses jalan semakin tinggi airnya, sekitar 2 sampai 3 meter. Atas bantuan Basarnas, relawan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan rubberboat dan sekitar jam 17.00 WIB relawan baru sampai ke lokasi banjir.

doc tzu chi

Sejak 1 Desember 2017, banjir mulai melanda daerah Lhoksukon, Matang Kuli dan Perak Timu.

doc tzu chi

Relawan Tzu Chi memberikan bantuan bagi warga di 9 desa yang terkena banjir. Bantuan yang diberikan berupa  1,3 ton beras, 4.320 botol air mineral, 2.700 butir telur, 18 karton roti kering, kopi 18 pak, dan gula 90 kg. Ada juga obat-obatan seperti obat mag, obat demam, obat gatal, dan minyak kayu putih.

Dari informasi Keuchik (kepala desa) ada sembilan desa yang terkurung banjir dan warga semuanya mengungsi di Meunasah yaitu rumah panggung yang dibuat karena beberapa desa ini sering dilanda banjir. Adapun warga di pengungsian membutuhkan air bersih, sembako, obat demam dan obat gatal.

Sembilan desa yang paling parah yaitu: Gampong Rayeuk Pange, Gampong Geulumpang, Gampong Reungkam, Gampong Biribaro, Gampong Keutapang, Gampong Asan Krueng Kreh, Gampong Tring Krung Kreh, Gampong Beuracan Rata dan Gampong Beugong.

Sehari kemudian, Kamis, 7 Desember 2017 pukul 11.00 WIB, relawan berkumpul di kantor BPBD dan bersama dengan RAPI dan Basarnas membawa 1,3 ton beras, 4.320 botol air mineral, 2.700 butir telur, 18 karton roti kering, 18 pak  kopi, dan gula 90 kg. Relawan juga membawa obat-obatan, seperti obat maag, obat demam, obat kulit, dan minyak kayu putih.

Pukul 12.00 WIB relawan bergerak menuju ke lokasi banjir. Kali ini tidak melalui rute yang semalam dilalui karena hari ini membawa barang bantuan yang cukup berat dan tidak bisa dibawa dengan rubberboat, maka perjalanan kali ini lebih jauh. Akses jalan juga berlubang, penuh lumpur dan terendam air sekitar 30 cm sampai 40 cm.

doc tzu chi

Bantuan ini meringankan kesedihan warga.

doc tzu chi

Selain memberikan bantuan, relawan Tzu Chi pun mendengarkan keluh kesah warga.

Pada pukul 14.00 WIB, relawan sampai ke posko pertama. Bantuan dibagikan ke posko pengungsian karena rumah warga sudah terendam banjir, semua aktivitas masak dilakukan di meunasah. Jumlah kepala keluarga di setiap Gampong berbeda-beda, ada yang 50 kepala keluarga dan ada yang 70 kepala keluarga.

Salah satu korban banjir, Nasriati (36) bercerita tentang kondisinya. "Saya mempunyai empat anak, 2 orang putra dan 2 orang putri. Suami saya seorang guru di pengajian. Kami sekeluarga mengungsi di posko pengungsian karena rumah kami sudah terendam banjir. Kami sangat terharu dan berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah memberikan bantuan,” ungkap Nasriati.

Ada juga Abdul Wahap (62) tahun yang memiliki 7 orang anak. Banjir kali ini membuatnya gagal panen. “Sudah pasti gagal panen. Saya sering nonton siaran DAAI TV, Tzu Chi selalu datang membantu masyarakat yang sedang tertimpa bencana,” kata Abdul Wahap kepada relawan Tzu Chi.

"Para korban banjir memang mendapat bantuan dari pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah, namun dengan banyaknya desa yang terendam banjir, pasti bantuan yang diberikan tidak mencukupi. Untuk itu kami hari ini memberikan bantuan langsung kepada masyarakat yang mengalami musibah banjir, dan kami relawan juga merasakan dan turut prihatin atas penderitaan saudara kita yang terkena bencana,” imbuh Arfandi Chandra, relawan Tzu Chi selaku koordinator pembagian bantuan kali ini.

Seperti yang Master Cheng Yen katakan "Beratapkan langit dan beralaskan bumi yang sama, sesama manusia hendaknya saling menyayangi. Saling membantu, saling mendukung mencapai kesuksesan. Mengoptimalkan kehidupan yang bijaksana dalam kebersamaan cinta kasih universal".

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Bantuan Banjir untuk Warga di Aceh Utara

Bantuan Banjir untuk Warga di Aceh Utara

11 Desember 2017
Setelah melalui survei yang mendetail, relawan Tzu Chi di Kota Lhoukseumawe, Aceh bersama pihak RAPI dan Basarnas mendistribusikan bantuan bagi para korban banjir di Kecamatan Perak Timu. Bantuan berupa beras, makanan, juga obat-obatan.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -