Bantuan Berkelanjutan untuk Keluarga Hartono

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Relawan Tzu Chi yang datang berkunjung ke rumah keluarga Hartono sedang membujuk Adit agar mau memeriksakan benjolan di ketiak kanan Adit. Relawan juga menasihati Adit agar rajin belajar dan membantu kedua orang tuanya di rumah.

Hartono (63) sudah menerima bantuan khusus jangka panjang dari Tzu Chi sejak 2021. Ia mengalami penyakit kanker di leher yang menyebar ke kelenjar getah bening hinga pita suaranya rusak dan harus bernapas melalui tenggorokan yang dibuatkan lubang. Keluarga Hartono hidup dalam keterbatasan ekonomi. Ia sudah tidak bekerja karena sakit dan istrinya seorang penjual kue yang dititipkan di warung-warung kecil, sekaligus buruh cuci.

Bantuan yang diterima Hartono berupa biaya transportasi berobat jalan pascaoperasi, kain kasa, obat merah, plaster, dan tisu. Sedangkan bantuan rutin yang diberikan untuk keluarga Hartono setiap bulannya berupa beras dan susu.

Endang Siwi mentor anak asuh Tzu Chi dari Hu Ai Bekasi (paling kiri) menasihati Adit agar mau memeriksakan benjolan di ketiak kanan Adit. Endang menasihati Adit agar mau berobat ke dokter agar bisa cepat tertangani.

Pada tahun 2021 saat itu kondisi ekonomi keluarga Hartono sangat terpuruk. M. Aditya Rahman anak bungsu dari tiga saudara Hartono sudah tidak sekolah karena satu tahun menunggak. Adit (begitu biasa disapa) saat itu duduk di bangku SMP. Melihat Adit yang terancam putus sekolah, relawan Tzu Chi dari Hu Ai Bekasi menganjurkan Ritawati (Ibu Adit) untuk mengajukan permohonan bantuan biaya pendidikan Adit ke Tzu Chi.

Setelah melalui prosedur, Adit menerima bantuan biaya pendidikannya dan menjadi anak asuh Tzu Chi (anak teratai) di bawah pengawasan Endang Siwi, relawan dari Hu Ai Bekasi. Tunggakan satu tahun biaya sekolah Adit sudah dibayarkan oleh Tzu Chi dan Aditpun bisa melanjutkan sekolahnya.

Adit rutin mengikuti gathering Gan En Hu yang diadakan satu bulan sekali. Gathering ini mengenalkan pelajaran budi pekerti kepada anak asuh teratai.

Saat ini M. Aditya Rahman (16) duduk di bangku sekolah kelas 10 di Sekolah Kejuruan Teknologi Pembangunan jurusan mesin. Ia mempunya angan-angan kelak lulus sekolah ingin langsung bekerja di ASTRA. “Pengennya lulus sekolah mau kerja bisa masuk ASTRA, mau bantu orang tua,” ucap Adit.

Pada kesempatan itu Adit juga sangat bersyukur dan berterima kasih kepada kedua orang tuanya yang sudah berjuang agar Adit tidak putus sekolah. “Terima kasih banyak untuk orang tua saya yang sudah menjaga saya dari kecil sampai sekarang dan terima kasih banyak untuk Tzu Chi dan relawannya yang sudah membantu biaya pendidikan saya dan bapak saya,” jelas Adit.

Baru-baru ini, Endang sangat prihatin dengan Adit ketika Wati mengabarkan bahwa Adit sedang sakit dan ada benjolan di bawah ketiak kanannya. “Sejak dua minggu ini saya rutin telepon ke ibunya atau ke Adit,” ungkap Endang. Ia sedikit khawatir dengan kondisinya, pasalnya, keluarga Hartono ini mulai dari kakak Adit (Almh. Putri) terkena kanker paru, menyusul Hartono yang mengalami kanker tenggorokan, dan sekarang Adit mengalami ada benjolan di ketiak.

Denasari relawan Tzu Chi dari Hu Ai Bekasi sedang menasihati Adit untuk segera ke dokter memeriksakan benjolan di ketiak kanan Adit. Denasari juga memberi masukan kepada kedua orang tua Adit agar jangan terlalu memanjakan agar Adit belajar hidup mandiri.

“Saya pribadi sangat khawatir mungkin ini ada gen CA dari bapaknya dan kakaknya, saya jadi lebih prihatin lagi jadi Adit ini harus berobat,” ucap Endang.

Endang mengupayakan jika Adit takut ke rumah sakit untuk memeriksakan benjolannya, ia bersedia untuk mendampingi Adit ke rumah sakit. “Mungkin kalau Aditnya tetap tidak mau ke rumah sakit, saya harus dampingi ke rumah sakit karena saya mau menyelamatkan satu anak teratai yang menjadi harapan keluarga,” ucap Endang.

Endang menegaskan kepada Adit bahwa ia harus cepat berobat ke dokter agar tahu benjolan apa, ganas atau tidak, agar sekolah Adit tidak terganggu juga. Endang juga berharap kepada kedua orang tua Adit jangan memanjakan Adit dalam segala hal.

“Kepada kedua orang tua Adit jangan terlalu memanjakan Adit tapi lebih memperhatikan Adit walaupun bagaimana anak ini harus mandiri karena Adit anak laki-laki sedangkan kakak perempuannya sudah ikut suaminya,” ucap Endang.

Pada kunjungan kasih ini relawan memberikan paket sembako, dan tas sekolah untuk Adit. Hartono dan Ritawati sangat berterima kasih kepada Tzu Chi dan relawan Bekasi yang sudah memberi perhatian lebih kepada Adit.   

Endang sendiri mendapat pelajaran hidup selama mendampingi Adit. Menurut Endang hidup di dunia hanya sementara jika apa pun yang kita punya kalau bermanfaat bagi orang pasti kita mendapatkan berkahnya.

“Adit, jangan terlalu manja ke orang tua. Adit harus belajar mandiri, hindari pergaulan yang tidak baik, makan makanan yang sehat karena Adit itu harapan orang tua. Suatu saat Adit hidup mandiri, untuk itu sekarang harus berobat ke dokter,” ucap Endang menyemangati Adit di akhir kunjungan. 

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Jalinan Jodoh Pestus Bersama Tzu Chi

Jalinan Jodoh Pestus Bersama Tzu Chi

15 Juli 2024

Pestus Jurumanto Situmorang mendapatkan musibah ketika sedang berjuang untuk keluarga. Bersyukur ia dapat tertangani dengan baik berkat perawatan dokter dan dukungan Tzu Chi. Sebagai bentuk rasa syukur, Pestus juga tergerak untuk ikut membantu orang lain. 

Alat Bantu Dengar dari Tzu Chi Bikin Ruby Makin Ceria dan Juga Pintar

Alat Bantu Dengar dari Tzu Chi Bikin Ruby Makin Ceria dan Juga Pintar

08 Mei 2024

Dibanding dua sesi terapi sebelumnya, hari itu Ruby (5) sangat kooperatif. Ia sudah tak lari-larian, sudah tak merebut mainan lagi. Ia duduk tenang mengikuti instruksi terapisnya, Kak Afifah dengan baik.

Semangat Terus Hani

Semangat Terus Hani

07 Agustus 2024

Semangat Hani yang menderita kanker mata menginspirasi relawan. Anak usia 12 tahun itu terus menggali potensi diri di tengah perjuangan melawan penyakitnya. Hani mempersembahkan lagu berjudul Harta Berharga untuk memberi semangat kepada teman-temannya.

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -