Bantuan Gunung Sinabung

Jurnalis : Nuraina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)
 

foto
Tanggal 21 Januari 2014, relawan Tzu Chi berangkat ke Kota Kabanjahe guna memberikan bantuan kepada warga yang mengungsi dari erupsi Gunung Sinabung.

Ketika langit masih gelap dan matahari belum bangun dari tidurnya, 21 orang relawan Tzu Chi beserta kru DAAI TV  Medan sudah dalam perjalanan menuju ke Kota Kabanjahe guna memberikan bantuan kepada warga pengungsi erupsi Gunung Sinabung.

 

Bantuan ini (21 Januari 2014) merupakan bantuan yang keempat kalinya disampaikan oleh Tzu Chi Medan. Bantuan pertama diberikan pada tanggal 17 September 2013, dua hari setelah terjadinya erupsi kembali di Gunung Sinabung. Bantuan sementara yang diberikan pada saat itu berupa masker, telur, roti, dan air mineral. Keesokan harinya relawan membawa selimut, sarung, minyak goreng, sabun, popok bayi dan dewasa, susu bayi, botol susu, mi instan dan air mineral untuk diberikan kepada warga di pos-pos penampungan. Bantuan ketiga diberikan pada tanggal 9 Desember 2013 berupa 2 ton beras.

Akibat erupsi gunung Sinabung, banyak warga yang mengalami gangguan kesehatan. Untuk itu Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan bakti sosial kesehatan (umum, poli mata, dan paru-paru) yang dilangsungkan pada tanggal 22 September 2013. Saat itu sebanyak 329 orang yang berobat.

foto  foto

Keterangan :

  • Sepanjang perjalanan menuju posko pengungsi Gunung Sinabung, tampak rumah dan jalanan dipenuhi oleh abu vulkanik (kiri).
  • Ketika tiba di Lokasi, relawan langsung memberikan paket bantuan kepada para warga (kanan).

Bantuan yang keempat ini berupa pembagian telur, mi instan, biskuit dan detergen. Sesampainya di Kota Kabanjahe, rombongan relawan langsung menuju ke pos penampungan. Dalam perjalanan, nampak dari kejauhan Gunung Sinabung mengeluarkan abu vulkanik. Gunung Sinabung adalah gunung tertinggi di Sumatera Utara, yang sudah tertidur selama 1.200 tahun. Dari hasil penelitian batuannya, Gunung Sinabung terakhir kali meletus di tahun 800-an. Setelah sekian lama tertidur, akhirnya gunung ini aktif kembali pada tanggal 27 Agustus 2010, dan kemudian tertidur kembali.

Tetapi pada tanggal 15 September 2013, Gunung Sinabung kembali meletus dan memuntahkan lava dingin. Letusannya kadang disertai lontaran pasir kerikil sejauh 5 km disertai aliran awan panas dengan jarak luncur terjauh sekitar 1,5 km. Karena kejadian ini, warga di 27 desa,  2 dusun, dan 4 kecamatan terpaksa harus mengungsi. Jumlah warga yang mengungsi adalah 8.167 kepala keluarga dengan total 26.174 jiwa. Bencana ini juga merusak sarana dan prasarana umum.

Ketika sampai di kaki gunung, suasananya benar-benar memprihatinkan. Pemandangan daerah wisata yang biasanya asri dengan udara yang dingin menyegarkan, sekarang menjadi sebuah pemandangan yang menyedihkan. Di kiri kanan jalan yang dilalui terlihat semuanya memutih ditutupi abu vulkanik. Tidak nampak lagi hijaunya tumbuhan ataupun sayur-sayuran. Ada beberapa rumah penduduk yang ambruk karena tidak bisa menahan beratnya abu vulkanik yang menyelimuti rumahnya.  Udara pengunungan yang biasanya dingin, sekarang jadi panas dan menyesakkan.

foto  foto

Keterangan :

  • Di posko pengungsian, relawan Tzu Chi juga mengunjungi para korban dan memberikan perhatian (kiri).
  • Relawan menampilkan peragaan lagu isyarat tangan untuk menghibur para pengungsi, menabahkan mereka untuk melalui penderitaan (kanan).

Ketika relawan melewati kaki gunung, Gunung Sinabung kembali melakukan erupsi sebanyak 3 kali. Hal ini tidak menghentikan langkah para relawan untuk mengantarkan bantuan ke penampungan. Pos penampungan yang pertama dikunjungi adalah Posko Tanjung Pulo. Warga di posko ini berasal dari Desa Kutam Baru yang terletak tiga setengah kilometer dari puncak gunung. Menurut Bapak Daud Perangin-angin, Sekretaris Desa Kutam Baru, jumlah warga yang mengungsi adalah 230 KK dengan total 720 jiwa. “Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang begitu tulus memberikan bantuan,” ucapnya bersyukur.

Posko kedua terletak di Desa Tanjung Morawa. Di desa ini sebanyak 399 KK dengan total 1.200 orang dari Desa Siabang-abang mengungsi. Ada cerita yang sangat menyedihkan di posko ini. Di situ tampak seorang nenek bernama Hasibuan Bangun sedang menemani Elduan Maulana Tarigan (5 tahun), cucunya yang demam. Dengan mata yang berkaca-kaca , ia bercerita  jika pada saat Elduan berumur 2 tahun, saat gunung Sinabung meletus untuk pertama kalinya, mereka juga mengungsi. Karena sakit selama mengungsi, ibu Elduan meninggal di pengungsian. Dalam letusan yang kedua kalinya, ayahanda Elduan juga meninggal di pengungsian, karena sakit. Kini sang nenek harus memperjuangkan nasibnya dan cucu-cucunya.

Desa berikutnya yang didatangi relawan adalah Desa Tanjung Mbelang Kecamatan Kuta Buluh Kabupaten Karo. Di sini ada 100 KK dan total 300 orang yang mengungsi. Sementara posko keempat ada di Desa Laugumba, di mana 425 KK dengan total 1.300 jiwa warga dari Desa Payung mengamankan diri. 

Melihat warga korban erupsi Gunung Sinabung yang gembira menyambut kedatangan relawan Tzu Chi, relawan merasakan hal yang pernah disampaikan Master Cheng Yen, “Berdoa dan mohonlah berkah dengan hati yang paling tulus bagi semua orang menderita di dunia. Selain itu kita juga harus memberikan pelita penerang jalan bagi orang yang sedang bingung kehilangan arah, agar mereka benar-benar menemukan jalan hidup yang aman dan lapang.”

 

  
 

Artikel Terkait

Bertambahnya Depo Daur Ulang Tzu Chi di Jakarta

Bertambahnya Depo Daur Ulang Tzu Chi di Jakarta

11 Desember 2017
Wajah bahagia usai menarik kain selubung merah yang menutup papan nama depo, terlihat di wajah relawan. Nama Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Center, PIK, terbaca dengan jelas setelah selubung merah itu jatuh. Tepuk tangan lalu bergemuruh terdengar dari relawan Tzu Chi yang hadir dalam peresmian Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Center, PIK.
Suara Kasih : Menyebarkan Ajaran Kebajikan

Suara Kasih : Menyebarkan Ajaran Kebajikan

22 Februari 2011 Menyebarkan kata-kata inspiratif agar meresap ke dalam batin setiap orang adalah tekad yang harus dimiliki praktisi Buddhis. Inilah yang disebut mencerahkan diri sendiri dan orang lain. Saya sungguh bersyukur. Manusia yang dapat menyebarkan kebenaran, bukan sebaliknya.
Mengajar dengan Cinta Kasih

Mengajar dengan Cinta Kasih

25 Juli 2017

Setelah mengikuti pelatihan Ayo Belajar SMART dan mempelajari modul-modul yang diberikan, para relawan Tzu Chi siap berbagi ilmu dengan peserta didik dari kelas 1 hingga kelas 6 di SDN 06 Belutu, Siak. Kehadiran relawan Tzu Chi disambut begitu positif, baik dari pihak sekolah maupun para pelajar.

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -