Bantuan ke-3 untuk Warga Bhaktapur

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

Pembagian bantuan sembako yang ke- 3 dilaksanakan di Tourist Buspark. Di kegiatan ini, relawan Tzu Chi dibantu oleh 400 relawan lokal untuk mengepak barang bantuan dan membagikannnya ke warga korban gempa.

Untuk meringankan penderitaan para korban bencana gempa Nepal, pada Selasa, 12 Mei  2015 relawan Tzu Chi kembali melakukan pembagian bantuan sembako dan hygiene pack yang ke-3 dan dilakukan di Tourist Buspark, Bhaktapur pada pukul 8.30.  Untuk menyukseskan acara kali itu, relawan Tzu Chi juga mengajak sebanyak 400 relawan lokal turut membantu relawan Tzu Chi dalam mengatur alur pembagian dan membungkus barang bantuan. Pembagian bantuan pada hari itu berhasil disalurkan kepada 2.119  kepala keluarga.

Pukul 12.50, ketika pembagian bantuan sedang berlangsung terjadi gempa berkekuatan 7.4 SR yang menyebabkan pembagian bantuan sembako saat itu berhenti seketika. Para penerima bantuan pun berlari menuju jalan yang lapang. Mereka masih trauma akibat gempa pada 24 April lalu. Relawan Tzu Chi pun mencoba menenangkan batin para penerima bantuan. Setelah beberapa saat berlalu, gempa pun reda dan relawan meyakinkan para penerima bantuan untuk melanjutkan acara. Tercatat setelah gempa 7.4 Sr pada sorenya terjadi 2 kali lagi gempa susulan dengan skala kecil.

Pada hari itu para penerima bantuan merasa bersukacita dan berdoa agar bencana segera berlalu.


Gopaldas merasa gembira karena dengan bantuan dari Tzu Chi ia dapat bertahan hingga musim panen tiba dan uang untuk sewa kamar bisa terbayarkan.

Pembagian bantuan sembako dan hygiene pack pada hari itu disambut dengan penuh sukacita oleh warga. Salah satunya adalah Gopaldas Suwal, pria paruh baya ini datang bersama istrinya, Krishna Maya. Lelaki berkulit gelap ini dengan penuh bahagia memanggul beras 30 kg dipundaknya dan membawa menuju ke rumah lamanya yang telah hancur yang terletak kira-kira 1 km dari lokasi pembagian bantuan. Jalanan mendaki yang cukup terjal tidak menjadi hambatan untuknya dalam memanggul beras. Sesampainya di jalan Baisi Yalchh, terlihat rumahnya yang dulunya berlantai 4 telah luluh lantah hanya menyisakan puing-puing.

Gopaldas menerangkan jika setelah rumahnya rubuh ia dan istri sempat tinggal di depan rumahnya selama beberapa hari hingga akhirnya ia tidak kuat dan memiliih untuk menyewa sebuah ruangan untuk mereka tempati. Mereka memiliki 2 anak lelaki dan 3 anak perempuan yang kini semuanya telah berkeluarga. Gopaldas pun tidak banyak berharap kepada anak-anaknya tetapi karena bencana datang dengan tiba-tiba mau tidak mau ia berharap ada salah seorang anaknya yang bersedia membantunya untuk membayarkan uang sewa sebesar 2000 rupee (lebih kurang 250.000 rupiah) perbulannya. Itu pun belum termasuk biaya untuk membeli makanan mereka sehari-hari.

Relawan Tzu Chi dengan penuh syukur memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan.


Pada siang harinya, ketika bantuan sedang berlangsung terjadi gempa 7,4 SR yang membuat warga sempat panik. Hal ini pun membuat warga kembali turun ke jalanan untuk membuka tenda guna menghindari tertimpa ketika gempa susulan kembali datang.

Selama 15 hari pasca gempa, mereka harus berhemat dalam hal makan. Beruntung putra bungsunya mau mendukung ayahnya dengan membantu membayar biaya sewa rumah padahal pekerjaannya sebagai supir bus tidak memberikan penghasilan yang tetap. Gopaldas menerangkan bila sedang ramai maka penghasilannya akan tinggi, tetapi sekarang kondisi bencana hanya bisa memperoleh uang cukup saja sudah sungguh bersyukur.

Maka ketika dirinya mengetahui ia menjadi salah satu penerima bantuan sembako dari Tzu Chi, ia dan istrinya langsung merasa bahagia. Seolah doanya selama ini untuk pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari telah terjawab. Gopaldas mengatakan jika bantuan sembako yang diberikan Tzu Chi seperti doa yang dijawab oleh Tuhan. Kini mereka dapat fokus untuk mengumpulkan uang yang mereka dapat untuk membayar biaya sewa kamar. Bantuan sembako dari Tzu Chi ini dapat membantu mereka bertahan hingga musim panen padi tiba. Gopaldas yang berkerja sebagai petani dapat menjual hasil panennya untuk menyambung hidup. "Saat ini saya sangat kesulitan karena setelah gempa tidak punya uang untuk makan dan tinggal. Belum juga harus membayar sewa tempat untuk tinggal. Sungguh susah sekali rasanya," ujar pria berusia 65 tahun ini. "Terima kasih Tzu Chi, saya kini bisa punya makan untuk beberapa hari ke depan dan bertahan sampai musim panen tiba," pungkasnya dengan gembira.

Hari itu semua orang bersukacita karena pemberian bantuan diterima dengan baik oleh warga. Misi Tzu Chi untuk menolong warga korban pun dapat terwujudkan. Semua penerima bantuan bersukacita dan berdoa dengan tulus, seperti yang dirasakan oleh Gopaldas. Bukan lagi hanya doa untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga sebuah doa khusus  untuk negeri yang mereka cintai agar bisa terbebas dari bencana dan penderitaan.


Artikel Terkait

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -