Bantuan Langsung untuk Korban Gempa Lombok
Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo ATim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia memberikan santunan biaya
hidup kepada korban luka berat akibat gempa
yang mengguncang
Lombok pada Minggu pagi, 29 Juli 2018.
Tim Tanggap darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia, Selasa 31 Juli 2018 bertolak ke Lombok, Nusa Tenggara Barat untuk melihat langsung lokasi pengungsian dan melakukan survei pemberian bantuan. Sebelumnya, gempa berkekuatan 6,4 SR mengguncang Lombok, pada Minggu pagi, 29 Juli 2018. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal dunia tercatat sebanyak 17 orang, 162 orang luka-luka, dan ribuan rumah rusak.
Sesampainya di Bandara Internasional Lombok, relawan TTD Tzu Chi disambut oleh tim Polda Nusa Tenggara barat (NTB) dan langsung menuju Kantor Polres Lombok Timur untuk melakukan koordinasi titik-titik posko pengungsian dan kebutuhan para korban gempa. “Gempa ini memang cukup berdampak pada situasi, terutama di kecamatan Sembalun dan Sambelia, Lombok Timur. Kami berharap semua pihak memberi support kepada kami mengingat rumah-rumah warga kondisinya rusak parah,” tutur AKBP M, Eka Fathurrahman SH. S.Ik, Kapolres Lombok Timur. Saat menerima kehadiran relawan, dirinya juga mengucapkan terima kasih atas perhatian yang relawan berikan dalam situasi tanggap bencana. “Kami berterima kasih atas nama pemerintah daerah dengan adanya kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini,” imbuhnya.
Sebelum menuju posko dan tempat pengungsian
sementara, TTD Tzu Chi Indonesia berkoordinasi dengan Kapolres Lombok Timur,
AKBP M, Eka Fathurrahman SH. S.Ik (ketiga dari kiri).
Usai berkoordinasi, relawan yang didampingi tim Polda NTB menuju lokasi pengungsian di Kecamatan Sambelia. Untuk sampai di sana, mereka menempuh sekitar 2 jam perjalanan.
Pascagempa, masyarakat yang terkena dampaknya masih merasa takut untuk berada di dalam rumah. Di beberapa titik di sepanjang perjalanan menuju Kecamatan Sambelia, relawan menemukan banyak warga yang tidur di teras atau halaman rumah mereka dengan tenda darurat.
Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia (tengah)
mencatat data-data korban gempa bumi di Lombok.
Memasuki wilayah Kecamatan Sambelia, banyak rumah yang rusak parah bahkan roboh di sepanjang jalan. Relawan kemudian memeriksa beberapa tempat yang digunakan sebagai posko atau tempat tinggal sementara para korban. “Kami mensurvei lokasi bencana ini dan melihat apa yang bisa dibantu oleh Tzu Chi,” jelas Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi.
Karena lokasi posko atau tempat tinggal sementara di Kecamatan Sambelia tersebar di beberapa titik serta melihat keadaan di lapangan, relawan kemudian memutuskan untuk memberikan bantuan berupa santunan uang. “Pengungsi tidak berada di satu lokasi, kami hanya bisa membagi kepada korban yang luka berat. Hari pertama ini, kami membagikan santunan kepada 6 korban gempa yang luka berat,” kata Joe Riadi di sela kegiatan tanggap darurat.
Gempa berskala 6,4 SR yang terjadi pada Minggu
pagi, 29 Juli 2018 tersebut telah merusak ribuan rumah dan
fasilitas umum di Lombok.
Keputusan untuk memberikan bantuan berupa santunan biaya hidup ini karena melihat langsung dan berdiskusi dengan para korban. Karena sudah banyak pihak-pihak lain yang ikut membantu logistik dan perlengkapan darurat lainnya, akhirnya Joe Riadi dan relawan lainnya berdiskusi untuk mengubah rencana awal pemberian bantuan.
“Setelah mereka kena bencana, mungkin dalam 1-2 bulan tidak ada penghasilan. Untuk itu kami memberikan santunan biaya hidup untuk mereka agar bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Tujuan kami awalnya mau beli terpal, handuk, dan selimut, ternyata setelah tiba di lokasi mereka sudah tidak begitu membutuhkan karena sudah banyak pihak yang ikut membantu,” jelas Joe Riadi.
Selamat dari Guncangan Hebat
TTD Tzu Chi mendata rumah yang roboh di pinggir
jalan sekitar wilayah Kecamatan Sambalia, Lombok Timur.
Pada hari pertama, relawan fokus untuk melakukan survei dan meninjau lokasi di Desa Obel-Obel, kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Di lokasi ini, relawan bertemu dengan para korban gempa dan memberi santunan biaya hidup pada korban dengan luka berat.
Salah satunya adalah Muhammad Rian Hidayat (17), warga Dusun Melempo, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur yang tertimpa reruntuhan rumahnya. “Posisi saya masih tidur di dalam, tahu-tahu gempa. Akhirnya saya bangun langsung lari. Tapi pinggang dan tangan tertimpa reruntuhan tembok rumah,” cerita Rian kepada relawan.
Muhammad Rian (17), didampingi ayahnya di tempat pengungsian sementara.
Setelah tertimpa reruntuhan, Rian tak sadarkan diri. Para tetangga dan keluarga yang mengetahui bahwa dirinya tertimpa reruntuhan bangunan kemudian menolongnya. Saat ditolong kondisinya tidak sadarkan diri. Kemudian ia dilarikan ke Puskesmas Blanting, Kecamatan Sambelia untuk mendapatkan pertolongan dan pengobatan.
Setelah bertemu dan bercerita dengan relawan, Rian mendapatkan bantuan santunan biaya hidup. “Saya terima kasih banyak karena bantuan ini. Semoga bapak dari Yayasan Tzu Chi diberikan kesehatan selalu,” ungkap remaja yang sehari-harinya menjadi buruh tani tersebut.
Rian memutuskan untuk bekerja di usianya yang masih remaja karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak mendukung, apalagi ia juga mempunyai beberapa adik yang masih kecil. “Soalnya kondisinya (ekonomi) tidak ada, ya saya membantu sedikit-sedikit buat adik-adik juga,” ungkap anak ke-2 dari 5 bersaudara tersebut. Rian juga sempat bersekolah, tetapi hanya sampai tingkat SMP. Bantuan yang diberikan Tzu Chi kepadanya cukup menghibur dan meringankan bebannya yang masih memulihkan diri di tenda pengungsian. “Uangnya untuk berobat, supaya cepat sembuh dan membantu orang tua,” tutur Rian.
Zulfadli (kaki diperban) berdiskusi dengan relawan dan tim Polda Nusa
Tenggara Barat.
Masih di Desa Obel-Obel, kecamatan Sambelia, Lombok Timur, pengalaman selamat dari gempa juga dialami oleh Zulfadli walaupun harus menanggung luka di kaki dan beberapa luka lebam, serta lecet di punggung. Sebelumnya, ia dan istrinya masih terjaga saat malam sebelum gempa terjadi, karena malam tersebut kondisi cuaca tidak bagus, mendung dan gerimis. “Pas pagi langsung ggrruukkk spontan. Baru mau menyelamatkan diri sudah tertimpa bangunan, untung anak-anak sudah di luar,” ungkap Zulfadli.
Saat ditemukan, Zulfadli tertimbun rerutuhan bangunan rumahnya sebatas leher. Kemudian teman-temannya menyelamatkan dan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan petolongan. Ia bersyukur atas bantuan yang diterimanya. “Ya Alhamdulillah, kami banyak mengucapkan terima kasih atas bantuan dari Tzu Chi. Semoga bapak-bapak semua dilancarkan rezekinya,” katanya terharu.
Zulfadli juga mengungkapkan bantuan yang diterimanya tersebut akan digunakan untuk berobat dan kebutuhan sehari-hari. “Yah buat ngurusin ini (luka-luka). Kebetulan anak juga mau sekolah, sekalian buat tambahan biaya,” ungkap laki-laki yang kesehariannya menjadi petani tersebut.
Pemberian bantuan yang dilakukan relawan untuk para korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat juga masih akan dilakukan. Mereka juga akan memberi perhatian untuk para korban yang masih dirawat di rumah sakit. “Jadi untuk hari kedua, kami fokus memberikan bantuan di rumah sakit yang menangani korban gempa Lombok,” kata Joe Riadi menutup kegiatan TTD Tzu Chi di Lombok.
Artikel Terkait
Memulihkan Surga Kecil di Kaki Gunung Rinjani
03 September 2018Berada di ketinggian yang bervariasi antara 800 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB menjadi salah satu lokasi terdampak gempa Lombok yang sulit dijangkau. Jumat, 31 Agustus 2018, Tzu Chi Indonesia menyalurkan bantuan gempa gelombang ke-3 juga memberikan bantuan di Kecamatan Sembalun.