Kondisi renovasi di dalam ruangan Musala Al-Muslimun, Dusun Harapan (Blok F), RT 20-21, RW 08, Bagan Jaya, Enok, Indragiri Hilir, Riau.
"Kelelahan jiwa dan raga kita akan lenyap seketika ketika bantuan tulus ikhlas kita disambut dengan penuh sukacita oleh orang yan menerima bantuan tersebut.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Wajah bahagia terpancar dari Herman (44) saat menyambut kedatangan para relawan di pintu masuk Musala Al-Muslimun Dusun Harapan (Blok F), RT 20-21, RW 08, Bagan Jaya, Enok, Indragiri Hilir, Riau. “Gak menyangka kalau bapak-bapak dan ibu-ibu tetap datang hari ini ke musala kami karena tadi pagi hujan lebat dan sampai sekarang pun masih hujan, jalan masuk kemari pun lumayan jauh. Alhamdulillah bapak-bapak dan ibu-ibu bisa sampai kemari,” ujar Herman yang merupakan mudin di Musala Al-Muslimun dan juga seorang guru di SMPN 6 Kempas.
Dusun Harapan sendiri masih berada di sekitar wilayah perusahaan dengan jarak kurang lebih 11 km untuk sampai di lokasi. Jalan masuk ke dusun ini masih berupa tanah yang terdapat lubang di beberapa titik, sehingga apabila turun hujan menjadi becek dan licin. Seperti pada hari ini, salah satu relawan harus turun melihat kondisi lubang di jalan yang akan dilewati oleh kendaraan. Tanpa menghiraukan tetasan air hujan, relawan memberikan aba-aba kepada sang supir untuk melewati lubang tersebut, disusul relawan yang memakai jas hujan mengendari kendaraan roda dua.
Kebersamaan di antara relawan dan pengurus saat berbincang-bincang di dalam Mushola.
Penyerahan bantuan material oleh Fitriadi sebagai perwakilan relawan kepada Sopian selaku Ketua RW 08 yang juga salah satu pengurus di Musala Al-Muslimun.
Musala ini sudah berusia 25 tahun lebih. Luas bangunan 7 x 9 m² di tanah seluas 10 x 15 m² yang merupakan tanah hibah dari almarhum Haji Qomar, yang saat itu menjabat sebagai ketua rukun warga (RW). Awal mula berdiri, bangunannya terbuat dari papan serta kayu yang sangat sederhana sekali, kemudian seiring berjalannya waktu mulai menjadi keropos dan lapuk. Musala ini merupakan satu-satunya yang ada di RW 08. Warga bergotong royong bertahap memperbaiki musala ini. Butuh waktu 2 tahun lamanya untuk merenovasi hingga sampai pada pembuatan plafon di dalam ruangan musala.
“Saya mendengar dari salah satu karyawan, ada satu musala lagi yang tempatnya agak jauh di blok F, yang mungkin membutuhkan bantuan dan layak untuk dibantu. Oleh karena itu kemarin saya melakukan survei dan mengajukan bantuan pembuatan plafon kepada yayasan.
Alhamdulillah langsung disetujui oleh pihak yayasan,” ujar Fitriadi salah seorang relawan.
Bantuan material yang diberikan oleh relawan untuk pembuatan plafon di ruangan dalam Musala Al-Muslimun.
Relawan segera menyerahkan bantuan material berupa 100 batang kayu, 50 lembar GRC Asbes, 1 sak semen, 30 kg cat putih, 6 roll kain kasa, 4 bungkus lem, 1 set kuas, 6 kotak paku GRC, 2 kotak paku beton dan 8 kg paku berbagai ukuran kepada pengurus masjid.
“Alhamdulillah. . . senang sekali musala kami mendapatkan bantuan material untuk membuat plafon. Meski bantuan ini dari Yayasan Buddha, untuk kami tidak masalah karena bersama-sama bisa melakukan suatu kebaikan untuk di dunia ini, bersama-sama menjalin keharmonisan, bersama-sama saling menjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Terima kasih atas perhatian yang diberikan untuk musala kami, semoga ke depannya bisa terus terjalin hubungan baik ini,” ucap Sopian (45), Ketua RW 08 Dusun Harapan dengan sorot mata teduh.
“Semoga jamaah di musala kami semakin nyaman dalam beribadah dan juga anak-anak yang mengaji setiap sore bisa lebih semangat lagi apabila melihat musala ini semakin bagu,” sambung Herman yang berada di sebelahnya Sopian. Herman juga merupakan guru mengaji untuk kurang lebih 20 anak di musala ini.
Foto bersama relawan dan pengurus di depan halaman Musala Al-Muslimun.
Wajah para relawan terlihat tertegun dan membuat perasaan hati menjadi damai saat mendengarkan cerita para pengurus musala hari ini.” Bahagia sekali saya bisa kembali ikut kegiatan pemberian bantuan ini, setiap kali ikut kegiatan Tzu Chi ada saja hal yang bisa saya ambil hikmahnya. Menjadi pelajaran bagi saya pribadi,” ujar Darmawati Sembiring.
Suatu perasaan haru yang menjadi kepuasan batin tersendiri bagi relawan dapat berpartisipasi memberikan bantuan material. Suatu bentuk cerminan cinta kasih universal sehingga rasa toleransi dapat terus terjaga diantara kerukunan hidup Beragama. Sesuai dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen “Lapang hati dan toleransi adalah sumber dari kebahagiaan hati.”
Editor: Khusnul Khotimah