Bantuan Tzu Chi Menambal Kebutuhan di Masa Genting
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariRelawan Tzu Chi bersama Babinsa Koramil 2119/Parung Panjang datang langsung ke rumah warga Kampung Ciresek, Desa Jagabaya, Kecamatan Parung Panjang, Bogor untuk memberikan bantuan.
“Selama di rumah aja, suami saya nggak bisa kerja. Dia yang biasanya langganan ngojekin anak-anak sekolah, sekarang nggak lagi karena anak sekolah semua kan pada belajar di rumah. Nggak ada pemasukan. Saya juga sudah jarang ada yang mau (jasa) cuci gosok karena Corona ini,” ujar Sopiah, warga Kampung Ciresek, Desa Jagabaya, Kecamatan Parung Panjang, Bogor. Sopiah adalah satu dari 40 warga Kampung Ciresek yang menerima bantuan sembako terkait dampak Covid-19 dari Tzu Chi hari ini, Kamis 13 Agustus 2020.
Wabah Covid-19 telah memberikan dampak luar biasa bagi kehidupan bermasyarakat. Tak hanya orang kota, mereka yang tinggal di desa-desa pun terkena dampaknya. Cerita Sopiah pun hanya satu dari sekian banyak cerita lainnya. Tak pelak, Tzu Chi terus bergerak menyalurkan bantuan untuk membantu mereka yang terdampak.
Bahagia Menyambut Tzu Chi
Sopiah menerima bantuan dari relawan Tzu Chi. Bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi merupakan bantuan pertama pada masa pandemi yang ia dapatkan.
Sopiah (43) tinggal di sebuah rumah di Kampung Ciresek yang jauh dari perkotaan. Sehari-hari ia menjual jasa cuci gosok, tapi sudah berbulan-bulan menganggur. Suaminya, Ongki Rahman (60) adalah tukang ojek yang kini juga diam saja di rumah. Untungnya, ada anak pertamanya yang sudah bisa sedikit membantu perekonomian keluarga dengan membantu menjaga ternak ayam milik saudara. Kini Sopiah dan keluarganya bertahan hidup dengan apa adanya. “Sering juga minta sayur ke sawah tetangga buat makan,” kata Sopiah.
Sebelumnya, rumah Sopiah pernah terkena puting beliung pada awal tahun 2018 silam. Ia lalu tinggal di gubuk karena tak punya apa-apa untuk membangun kembali rumahnya. Saat itu Tzu Chi memberikan bantuan kepada keluarga Sopiah dengan membangunkan kembali rumahnya yang ambruk dan bisa mereka tempati kembali pada akhir 2018.
Bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi merupakan bantuan pertama pada masa pandemi yang ia dapatkan. “Rasanya ya girang gitu, bisa sambung buat makan beberapa hari ke depan,” ungkap Sopiah. “Terima kasih Tzu Chi,” lanjutnya.
Menjadi Tulang Punggung di Usia Senja
Sehari-hari Sopiah menjual jasa cuci gosok, tapi karena Corona, sudah berbulan-bulan menganggur.
Selain Sopiah, ada pula Cun Nio (71) yang merasa gembira. Di usianya yang tak lagi muda, 71 tahun, Cun Nio masih menjadi tulang punggung keluarga. Dua anaknya tak bisa membantu ibunya karena masing-masing menderita depresi berat hingga stres.
Cun Nio tinggal di rumahnya yang memprihatinkan karena tiangnya sudah sangat rapuh dan dimakan rayap. Sehari-harinya, ia memulung kardus, botol, maupun sampah yang bisa di daur ulang lainnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, karena usia, kini pergerakannya terbatas. Tulang pinggangnya kerap nyeri hingga ia harus memakai tongkat untuk alat bantu berjalan. “Banyak tetangga ngomong kalau saya kena saraf kejepit, tapi nggak pernah periksa karena nggak punya biaya,” kata Cun Nio.
Sejak Corona, pendapatan Cun Nio dari memulung juga berkurang karena banyak toko yang tutup. Ditambah ia tak bisa berjalan lebih jauh dari sebelum-sebelumnya. Bantuan dari Tzu Chi pun memberikan makna yang mendalam untuknya. “Pokoknya terima kasih saya untuk Tzu Chi sampai tidak terhingga. Tzu Chi sudah sangat perhatian sama saya dan keluarga,” ungkapnya.
Hidup Bergantung dari Bantuan
Sembilan relawan Tzu Chi Tangerang turun langsung ke rumah-rumah warga membawa bantuan.
Ada pula Subur (87) dan Suswanti (66) yang tak menampik kegembiraan setelah mendapatkan bantuan dari Tzu Chi. Sepasang kakek dan nenek ini hanya hidup berdua saja di masa senjanya karena dari pernikahan mereka, mereka tidak dikaruniai keturunan. Mereka pun tak bisa mengharapkan bantuan dari anak-anak.
Dulu, sebelum selemah sekarang, Subur dan Suswanti pernah berjualan gado-gado dan nasi uduk. Tapi karena kondisi tubuh yang semakin menurun, mereka berdua hanya bisa tinggal di rumah.
“Sekarang hidup dengan sederhana dari bantuan-bantuan para dermawan yang saya kumpulkan,” kata Subur.
Cun Nio menerima bantuan dari relawan Tzu Chi.
Subur pindah ke Ciresek belum lama, baru sekitar 3 tahun. Sebelum di pedesaan, Subur sempat tinggal di Jelambar, Jakarta Barat lalu pindah lagi ke Legok, Tangerang hingga memilih Ciresek untuk menghabiskan masa tuanya bersama Suswanti.
Di masa muda, Subur bukanlah orang yang berkekurangan. Ia punya relasi yang bagus karena bekerja di salah satu radio amatir di Jembatan Gambang, Jakarta Utara. Tapi semua itu berbalik ketika mendapati sang istri yang mengecewakannya. Ia sempat terpuruk dan memilih bercerai. Empat anak dari istri pertamanya diasuh oleh sang ibu.
Membina keluarga bersama istri kedua, Subur menghabiskan masa untuk merawat sang istri karena penyakit kanker. Harta yang ia punya seakan terkuras untuk membeli kesembuhan sang istri. Tapi apa mau dikata, istrinya kemudian menginggal karena sakitnya. Anak tirinya dari istri kedua itu kini hidup mandiri.
Cun Nio sehari-harinya memulung kardus, botol, maupun sampah yang bisa didaur ulang lainnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Sementara kini ia hidup bersama istri ketiga, Suswanti. Subur tak ingin merepotkan siapa-siapa dan hidup saja dengan sederhana bersama pelajaran hidup yang sudah ia terima. Ia tetap bersyukur masih diberikan umur panjang untuk menikmati hari tuanya bersama seseorang yang bersedia menerimanya. Ia juga bersyukur kepada para donatur yang terus memberikan bantuan dan perhatian kepada mereka yang kekurangan.
“Semoga para donatur sehat semua, usahanya semakin sukses. Terima kasih banyak,” ungkapnya.
Datang Membawa Kegembiraan
Subur dan Suswanti antusias membuka paket bantuan dari Tzu Chi. Mereka tak menampik kegembiraan setelah mendapatkan bantuan tersebut.
Menanggapi respon dari penerima bantuan yang antusias dan bersukacita, Edi Sheen, PIC pembagian bantuan merasa bersyukur karena relawan Tzu Chi Tangerang berkesempatan memberikan bantuan kepada warga terdampak Covid-19 yang benar-benar membutuhkan di Ciresek.
“Banyak keluarga yang rata-rata tidak ada anak mudanya di rumah. Mungkin kerja di kota-kota lainnya. Jadi yang di rumah cuma orang tuanya. Ada yang tinggal sendiri, sepasang, sehingga kami lihatnya tidak tega dan dari segi ekonomi pun perlu dibantu,” kata Edi Sheen. “Walaupun begitu, kami menjalankan pembagian paket ini sesuai dengan seleksi, yakni bagi mereka yang benar-benar membutuhkan,” lanjutnya.
Edi Sheen berharap bantuan yang sederhana tersebut mampu menambal sedikit kekurangan warga dan menjadi sumber kebahagiaan. Tak ketinggalan ia berdoa semoga ke depannya dengan doa dan usaha, Covid-19 bisa hilang dan kehidupan bisa kembali seperti semula.
Editor: Arimami Suryo A.