Bantuan untuk Korban Banjir
Jurnalis : Nuraina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Handra Sikoko (Tzu Chi Medan)Di penghujung bulan Desember, relawan Tzu Chi Medan melakukan pembagian bantuan berupa 1.200 bungkus nasi hangat kepada warga korban banjir di Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Besar, Medan.
Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak kamis (18 Desember) malam lalu membuat aliran Sungai Deli meluap. Akibatnya, pemukiman warga di Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Besar digenangi banjir. Banjir menggenangi tiga lingkungan Kelurahan Tangkahan (lingkungan 7,8, dan 12) dan enam lingkungan di Kelurahan Besar (lingkungan 10, 11, 16, 20, 21, dan 23).
Air sungai yang meluap pada dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, tersebut membuat warga panik. “Kami sedang enak-enaknya tidur saat air naik,” ucap salah satu warga yang tidur hanya dengan alas tilam. Air yang semakin tinggi menyebabkan sebagian warga kemudian mengungsi ke rumah ibadah di lingkungan setempat. Ada pula yang mengungsi di rumah kerabat atau tetangga. Bagi warga yang lanjut usia dan mengalami kesulitan bergerak, para pemuda melakukan gotong royong untuk mengangkat mereka. “Semua warga saling bantu, terutama para pemuda dan bapak-bapak,” ungkap Kabarsyah Selian, kepala Lingkungan 20 di kelurahan Besar.
Mengawali kegiatan, relawan berkumpul di posko pengungsian banjir, Masjid Al Husain. Mereka kemudian dibagi menjadi tiga kelompok untuk melakukan pembagian.
Relawan mempersiapkan nasi dan air yang akan dibawa langsung ke rumah penduduk.
Banyak warga yang kewalahan membersihkan rumah karena alat seadanya. Tilam yang basah dijemur, tapi hujan gerimis masih turun sehingga barang-barang yang basah sulit untuk kering kembali. Banjir di Labuhan ini sebenarnya bukan banjir tahunan karena mereka biasanya tidak mengalami banjir seperti sekarang ini.
Tanggap Bencana
Sabtu, 20 Desember 2014, relawan Tzu Chi Medan membagikan 1.200 bungkus nasi hangat untuk para warga. Relawan yang berkumpul di posko pengungsian banjir, di Masjid Al Husain, dibagi menjadi 3 kelompok. Setapak demi setapak relawan melangkah menerjang banjir sambil menjinjing 2 kantongan plastik yang masing-masing berisi 20 bungkus. Sepanjang perjalanan mereka juga membagikan nasi. Setelah nasi di tangan habis, maka para relawan kembali ke mobil mengambil nasi lagi, hal ini dikarenakan oleh kondisi banjir yang menyebabkab mobil tidak bisa memasuki areal.
Salah satu relawan, Lina Chandrina Shijie yang memilih membagikan bantuan di lokasi banjir yang lebih parah. “Kami harus bolak-balik ke mobil untuk mengambil nasi dan air mineral karena mobil tidak bisa masuk ke pemukiman warga,” ujarnya menceritakan pengalamannya. Memilih memberikan bantuan di lokasi yang lebih parah dirasa merupakan suatu pembelajaran untuknya. “Saya merasakan penderitaan warga akibat bencana banjir yang tiba-tiba menimpah mereka,” kata Lina.
Datangnya para relawan dan nasi hangat sangat membantu warga karena kebanyakan dari mereka banyak melupakan waktu makan siang akibat kesibukan mereka membersihkan rumah.
Selain terjun langsung ke wilayah banjir, relawan juga memberikan perhatian bagi warga di posko pengungsian.
Datangnya para relawan dan nasi hangat sangat membantu warga karena kebanyakan dari mereka banyak melupakan waktu makan siang akibat kesibukan mereka membersihkan rumah. Mereka merasakan perhatian dari para relawan merasa terharu dan menerima nasi dari relawan dengan penuh rasa syukur.