Bantuan yang Tepat Guna

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya

fotoRelawan mendata dan membagikan kupon bantuan kepada warga yang rumahnya menjadi korban angin puting beliung di Pulau Harapan. Bantuan yang diberikan berupa asbes dan semen untuk merenovasi rumah warga.

Terik matahari pagi begitu terasa menyengat permukaan kulit saat Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi sampai di Kepulauan Seribu Utara. Cerahnya cuaca seakan menggambarkan cerahnya semangat yang diemban para relawan untuk membagikan kupon baksos pada hari itu (21-22 Februari 2012).

 

 

Baksos kali ini bertempat di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang beberapa waktu lalu (25/1) diporak-porandakan oleh angin puting beliung. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sendiri terbagi menjadi tiga kelurahan yang dua diantaranya yaitu Kelurahan kepulauan Kelapa dan Kelurahan Kepulauan Harapan terkena bencana ini. Total kerusakan mencapai 555 bangunan, 280 bangunan di pulau Kelapa dan 275 bagunan di pulau Harapan. Sementara total bahan yang dibagiakan adalah asbes sebanyak 7.000 lembar dan semen sebanyak 1.500 sak.

Bantuan yang diberikan sangat disambut baik oleh para korban. Bagaimana tidak, bantuan tersebut benar-benar merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Paket bantuan yang diberikan terdiri dari asbes dan juga semen yang nantinya dapat digunakan untuk memperbaiki rumah warga yang rusak. Joe Riady, koordinator kegiatan ini menyatakan bahwa bantuan yang diberikan sebisa mungkin benar-benar merupakan kebutuhan para korban sehingga dapat meringankan beban mereka.

foto    foto

Keterangan :

  • Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi tiba di lokasi bencana angin puting beliung di kawasan Kelurahan Pulau Kelapa dan Pulau Harapan pada Selasa (21/2/2012) (kiri).
  • Survei dilakukan dengan mendatangi satu per satu rumah warga sehingga dapat langsung diperkirakan berapa banyak bantuan yang akan diberikan pada korban (kanan).

Dengan satu per satu mendatangi rumah warga, relawan Tzu Chi juga dapat melihat secara langsung sehingga akan memudahkan perkiraan berapa jumlah paket bantuan yang akan didapat. Dengan tiga kategori yang ada, paket bantuan yang didapat juga berbeda-beda, namun secara umum ketiga paket mempunyai batas maksimal paket yang sama, yaitu asbes maksimal 22 lembar dan semen maksimal 5 sak. Pengecualian bisa dilakukan dengan melihat sebesar apa kerusakan yang diderita oleh warga. Seperti Jaenabuniati (80), dengan kondisi rumah yang benar-benar tidak tersisa, ia mendapatkan paket bantuan berupa 18 lembar asbes dan 10 sak semen.

Warga Masih Trauma
Selain melihat kondisi rumah mereka, tim juga melihat kondisi psikis para korban yang ternyata belum juga sembuh dari trauma yang diderita. Beberapa korban yang rumahnya didatangi pun sempat bercerita tentang apa yang terjadi saat puting beliung tersebut datang. “Awalnya melihat langit mendung gelap sekali, kayaknya pulau ini dikelilingi mendung gitu. Terus pas saya mau nutup jendela, badan saya terlempar. Tiba-tiba angin udah kencang sekali, bunyinya seperti deru pesawat tempur. Saya cuma bisa tiarap sambil memeluk ponakan saya yang waktu itu sedang bermain di rumah saya,” cerita Fitriani, warga Pulau Harapan yang rumahnya ludes diterbangkan oleh angin. Dia juga mengaku trauma masih sangat menghantui dirinya, “Perasaan takut masih sering sekali datang. Setiap ada angin kencang saya takut, bahkan tiap ada yang memanggil saya dengan suara sedikit keras saya langsung deg-degan. Gemetaran,” timpal wanita 31 tahun ini.

Tidak hanya Fitriani yang mengalami trauma akibat ulah angin puting beliung, warga lain juga merasakan hal yang sama. “Saya sudah engga dagang sekitar 22 hari, masih takut,” cerita Jubaedah, pedagang nasi uduk yang biasa menjajakkan dagangan di depan rumahnya tersebut. “Awalnya disini asri, banyak pohon tumbuh di depan rumah saya. Ada pohon mangga gede banget, trus pohon lainnya. Tapi semuanya diangkat sama angin, sekarang jadi gersang,” tambahnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Panas matahari tidak menghalangi aktivitas relawan Tzu Chi dalam membagikan kupon bantuan (kiri).
  • Bantuan yang diberikan merupakan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh korban sehingga benar-benar dapat meringankan beban mereka(kanan).

Kondisi rumah Jubaedah memang tergolong kedalam rusak ringan, dimana atap rumahnya saja yang terangkat oleh angin. Namun dengan tidak adanya atap yang menjadi pelindung, dirinya dan keluarganya merasa tidak lagi ada pelindung dikala panas dan hujan. “Kalau panas ya sudah, diam saja. Kalau hujan ya berteduh di rumah tetangga,” jelasnya. Rumah yang lumayan luas itu ditinggalinya bersama enam anak, tiga saudara, serta dua cucunya.

Bantuan ini dirasa sangat besar nilainya oleh para warga korban, pasalnya bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang memang dibutuhkan. “Syukur alhamdulillah, dengan adanya bantuan ini benar-benar meringankan beban kami sekeluarga. Kemarin sempat minjem asbes tetangga, bantuan ini nanti buat bayar asbes yang kemaren pinjem,” ucap salah satu korban yang meminjam asbes tetangga untuk memperbaiki atap rumahnya yang rusak.

“Saya juga merasa terharu, banyak sekali bantuan yang datang tapi lagi-lagi berupa makanan. Beras lagi, mi instan lagi, kami memang membutuhkan makanan, tapi kami lebih membutuhkan pelindung untuk kami, anak-anak dan juga keluarga. Alhamdulillah, Buddha Tzu Chi memberikan bantuan berupa bahan bangunan yang dapat kami gunakan untuk kembali membangun rumah kami, itu sangat berguna bagi kami warga di sini, tidak hanya sekadar bahan makanan saja,” ujar Fitriani lagi dengan penuh syukur.

  
 

Artikel Terkait

Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

Baksos Ke-90:Perwujudan Rasa Syukur

17 April 2013 Bayangkan jika kita sendiri atau ada anggota keluarga kita yang menderita katarak dan kesulitan dalam mendapatkan akses pengobatan, seperti yang dialami oleh Samuti (72), salah satu pasien baksos operasi katarak yang mulai terganggu penglihatannya sejak 2 tahun yang lalu.
Bangunan Lintas Agama

Bangunan Lintas Agama

03 September 2009 Dana swadaya yang besarannya Rp 500,- hingga Rp 1.000,- per anak ini sebenarnya telah dikumpulkan sejak setahun lalu oleh para siswa dan guru dari berbagai agama melalui program Gerakan Pengumpulan Uang Jajan (GPUJ).
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -