Banyak Kamsia!

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

* Sekitar 300 calon pasien mengikuti screening (penyaringan) di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi untuk bisa menjadi pasien pada baksos kesehatan yang akan diadakan di Klinik Brimob, Kelapa Dua, Depok tanggal 25-26 Oktober 2008.

“Bagi yang baru datang, silahkan duduk, nanti dipanggil. Nggak usah tegang, santai saja biar cepet selesai, cepet lulus,” ucap Kasmito melalui pengeras suara kepada para calon peserta screening (pemeriksaan medis untuk menentukan layak atau tidaknya kondisi pasien dioperasi) calon pasien untuk mengikuti baksos kesehatan mata yang rencananya akan dilakukan di Klinik Brimob, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok tanggal 25-26 Oktober 2008. Screening ini sendiri dilakukan di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat tanggal 18 Oktober 2008 setelah sebelumnya diadakan screening serupa di Klinik Brimob tanggal 14 Oktober 2008 kepada 200 calon pasien.

Ruang serbaguna di lantai 3 yang biasanya menjadi tempat penyelenggaraan acara seremonial Tzu Chi, hari itu diubah menjadi seperti arena baksos kesehatan bagi sekitar 320 calon pasien. Sejumlah meja dan ruang periksa sementara didirikan, sedangkan tak jauh darinya kursi-kursi tertata rapi untuk para peserta screening yang sedang menunggu antrian.

Giliran Mata Kiri
Ho Pusang mengenakan kaos garis-garis berkerah ketika diperiksa oleh dr Ruth Anggraeni. Sebuah topi bertengger di kepalanya. Ini adalah kedua kalinya ia akan mengikuti baksos kesehatan di Tzu Chi sehingga ia tampak santai menjalani proses screening, sementara tidak sedikit peserta yang lain merasa tegang. Makanya, Kasmito beberapa kali meminta para peserta untuk tidak tegang. Jika tegang, tekanan darah bisa naik, padahal untuk lolos dari screening agar memperoleh tanda bukti boleh mengikuti baksos kesehatan, salah satunya adalah tekanan darah harus normal. “Yang mau minum silahkan acungkan tangan saja biar ga cape mondar-mandir nanti tensi jadi naik, relawan akan melayani,” himbau Kasmito.

foto   foto

Ket : - Ho Pusang pernah mengikuti baksos kesehatan Tzu Chi sehingga tidak terlalu tegang ketika mengikuti
            proses screening. Jika tahun lalu mata kanannya yang diobati, kini gantian mata kiri. (kiri)
         - Kondisi terakhir mata calon pasien diperiksa dengan teliti menggunakan alat pendeteksi agar penanganan
            yang kelak akan diberikan benar-benar tepat. (kanan)

Tanggal 2 September 2007 lalu, mata kanan Ho Pusang dioperasi dalam baksos kesehatan Tzu Chi di RSKB Cinta Kasih. Kini mata kanannya telah bisa melihat kembali walaupun menurutnya hanya sekitar 65%. Sedangkan mata yang kiri hanya tidak bisa melihat apapun. “Yang nampak cuma bayangan hitam,” tutur laki-laki 78 tahun asal Tangerang ini. Pada baksos kali ini giliran mata kiri yang akan dioperasi.

Ia menduga penyebab katarak di matanya adalah serbuk kayu. Serbuk kayu memang akrab dengannya, karena sejak umur 23 tahun ia telah menjadi tukang bangunan terutama sebagai tukang kayu. Sekitar 4 tahun lalu ketika ia sedang mengebor kayu, tanpa sengaja serbuk kayu mengenai kedua matanya. Serbuk-serbuk tersebut mengotori kelopak dan bola matanya, bahkan tidak bisa sepenuhnya bersih ketika ia bersihkan. Maka ia pun pergi ke dokter, namun dokter justru mengatakan kotoran yang tersisa di mata tidak bisa dibersihkan.

Namun Ho Pusang tidak tinggal diam. Ketika sampai rumah, ia mengambil air hangat dengan gelas, lantas ia tempel di mata. Ia mengocok air di gelas. Ajaib! Semua kotoran di mata akhirnya terangkat. Namun sejak itu penglihatannya perlahan-lahan mulai kabur. Sejak itu pula ia kehilangan pekerjaannya karena tidak ada lagi orang yang mau menggunakan jasanya sebagai tukang kayu. “Orang-orang udah ga mau pake (tenaga saya), (soalnya) potong ga bisa lurus. (Karena saya) ga bisa liat,” ungkap Ho Pusang tentang penolakan orang-orang terhadap tenaganya. Untunglah beberapa temannya kadang memberinya pekerjaan bangunan yang tidak terlalu rumit semisal membetulkan pintu. Alhasil, dalam seminggu ia hanya menerima 2 atau 3 kali kerjaan. Selebihnya menganggur. Sementara istrinya, Wan Tjun Hoa bekerja sebagai pencuci baju lepas.

foto  

Ket : - Para calon pasien yang mengikuti screening tidak boleh tegang supaya tekanan darahnya stabil agar bisa
            dinyatakan layak mengikuti baksos kesehatan. Oleh karena itu, relawan Tzu Chi melayani mereka dengan
            sebaik-baiknya agar mereka merasa nyaman.

Tanpa Anak dan Tabungan di Hari Tua
Selama sekitar 50 tahun menjadi tukang bangunan, tidak banyak uang yang berhasil dikumpulkan Ho Pusang. “Nggak bisa simpan (uang) banyak karena sehari kerja sehari dapat duit,” ujarnya. Uang yang ia dapat hari itu biasanya langsung habis hari itu juga karena memang hanya cukup untuk menutupi kebutuhan dasar harian. Kondisi ekonomi Ho Pusang makin memburuk setelah penglihatannya terganggu. Di masa senja dimana seharusnya ia ditopang oleh anak-anaknya, tidak ia dapatkan karena mereka tidak diberkahi anak. Bahkan ketika ia harus melewati hidup yang lebih berat karena gangguan penglihatan, ia hanya bisa ditemani oleh istrinya seperti ketika screening hari itu. “Orang omong ada anak bisa tolong orangtua, tapi mau bilang apa (saya tidak punya anak). Yang penting jaga diri, ati-ati,” ujarnya pasrah. Ia juga tidak terlalu berharap dibantu saudara-saudaranya karena sejak meninggalkan kota kelahiran, Medan, 50 tahun lalu, ia belum pernah sekalipun pulang ke Medan. Hanya vihara di dekat rumahnya yang kadang memberinya bantuan beras.

Selepas mata kirinya juga dioperasi pada baksos kesehatan Tzu Chi kelak, kedua mata Ho Pusang akan bisa melihat lagi walaupun tidak 100% normal. Mungkin dengan kondisi mata yang lebih baik, ia bisa memperoleh kepercayaan lebih untuk bekerja lagi sesuai keterampilannya menjadi tukang kayu. Memanfaatkan sisa hari tuanya. Tanpa anak. “Untunglah ada Tzu Chi, manusia bantu manusia. Banyak kamsia (terima kasih –red),” ucapnya tulus.

 

Artikel Terkait

Menghijaukan SDN Cinta Kasih Pangalengan

Menghijaukan SDN Cinta Kasih Pangalengan

26 Juli 2010
Tzu Chi tidak berhenti hanya dengan membangun kembali sekolah. Lebih dari sebuah misi pendidikan, Tzu Chi pun membawa perubahan baru bagi sekolah ini yakni dengan menggalakkan kegiatan pelestarian lingkungan.
Jangan Menunda Lagi

Jangan Menunda Lagi

07 Oktober 2011 Selain misi budaya humanis, penggalangan dana dan pelestarian lingkungan Tzu Chi, para peserta juga diajarkan mengenai pertobatan. Bertobat itu sendiri lebih diartikan bagaimana kita menyadari dan memperbaiki kesalahan kita. Kesalahan yang besar mungkin dapat kita perbaiki, tetapi sebuah kebiasaan buruk sangatlah susah untuk dihentikan.
Waisak 2556: Berdoa Bersama Bagi Dunia

Waisak 2556: Berdoa Bersama Bagi Dunia

13 Mei 2012
Lapangan Aula Jingsi yang luas dipadati oleh hampir 4.000 orang pada malam hari tanggal 13 Mei 2012. Meski ramai, hadirin tetap khidmat dan menjaga kerapihan dalam mengikuti seluruh prosesi acara peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -