Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi Indonesia

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Pelatihan Relawan Budaya Humanis  Zhen Shan Mei kembali dilakukan pada Sabtu, 28 Juni 2014. Seperti dalam training sebelumnya, training ini dibagi menjadi beberapa kelas: penulisan artikel, foto, video, dan skrip video.

Rangkaian Pelatihan Relawan Budaya Humanis Zhen Shan Mei kembali diadakan oleh Tzu Chi Indonesia pada Sabtu, 28 Juni 2014. Dihadiri oleh 67 relawan, training ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para relawan Zhen Shan Mei yang sengaja mendedikasikan dirinya sebagai “mata dan telinga” Master Cheng Yen. Disamping ketertarikan dan dedikasi para relawan Zhen Shan Mei, masih banyak relawan yang menganggap menjadi Zhen Shan Mei merupakan suatu hal yang susah dan ditakuti. “Menjadi relawan Zhen Shan Mei mempunyai tugas yang berat karena memulai ‘pekerjaan’ sebelum kegiatan dimulai, dan mengakhiri ‘pekerjaan’ setelah kegiatan selesai,” ujar Indri Hendarmin, salah satu relawan Zhen Shan Mei. Dulu pemikiran tersebutlah yang ada dalam benak Indri Shijie dan mungkin banyak relawan lainnya. Belum lagi dia sama sekali tidak mempunyai latar belakang pendidikan sebagai penulis. “Saya tidak hobi nulis, dan awalnya memang terpaksa,” ujarnya sambil tertawa.

Dalam penerapannya, relawan Zhen Shan Mei mempunyai peran yang tidak kalah penting karena menjadi sumber informasi bagi mereka yang tidak ikut serta dalam satu kegiatan, termasuk sumber informasi bagi Master Cheng Yen.

Sebanyak 67 relawan Zhen Shan Mei ikut dalam training ini. Peranan mereka untuk mendedikasikan diri sebagai mata dan telinga Master Cheng Yen merupakan semangat yang penting bagi sejarah Tzu Chi.

Ajang Berbagi Ilmu
Dalam Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei kali ini, relawan kembali diberikan perbekalan mengenai bagaimana menjadi “informan” untuk relawan lainnya melalui tulisan artikel maupun jepretan kamera dan juga video yang mereka ambil. Menurut Sudarno Shixiong, menjadi relawan Zhen Shan Mei haruslah bisa berpikir lebih positif dan mencari peluang untuk membantu orang lain. “Janganlah senantiasa hidup untuk diri sendiri,” ujar Sudarno Shixiong. Ia juga berpesan pada relawan Zhen Shan Mei untuk belajar mendengar (dengan sepenuh hati hingga bisa kita lihat) menggunakan mata, dan melihat (sampai kita bisa mendengar kata hatinya) menggunakan telinga.

Kelas terasa menarik karena relawan bisa langsung praktik dengan personal computer (PC) masing-masing dan secara langsung bisa bertanya jawab dengan para pemateri.

Indri Shijie, salah satu relawan yang ikut di dalam training ini merasa mendapat dukungan karena berawal dari paksaan untuk menulis, ia ternyata ingin mengembangkan kemampuannya untuk bisa benar-benar menjadi penulis kegiatan Tzu Chi. “Melalui kegiatan ini, secara psikologis, saya mendapat dukungan moril dan panduan bagaimana menjadi menulis yang lebih baik. Apalagi dengan diberikan mengenai etika menulis dan pemahaman terhadap orang lain yang sangat penting,” tutur Indri Shijie. Kini pemikirannya mengenai susahnya menjadi relawan Zhen Shan Mei sudah mulai terkikis. “Menjadi penulis itu adalah memberikan manfaat bagi orang lain. Karena menulis bukan hanya membuat satu karya yang indah, namun juga bisa memberikan manfaat dan mengubah bagi orang lain menjadi positif,” ujar Indri Shijie.

Selain memberikan ilmu bagi relawan, dalam kesempatan ini panitia juga memberikan informasi mengenai Zhen Shan Mei Award.

Lain halnya dengan Indri Shijie yang menjadi relawan Zhen Shan Mei dari paksaan, Amelia Devina Shijie justru berbeda. Amel Shijie, sejak kecil sudah sangat hobi menulis dan membaca. Dari sana ia ingin ikut berdedikasi dalam Tzu Chi melalui kemampuannya. “Tzu Chi sendiri merupakan tempat belajar, di sini kita bisa belajar banyak sekali pada siapa saja. Malahan kita belajar secara gratis kalau kita mau,” ungkapnya, “ini bisa mengembangkan diri dan talenta kita.”

Selain memberikan ilmu bagi relawan, dalam kesempatan ini panitia juga memberikan informasi mengenai Zhen Shan Mei Award. Award ini adalah satu wujud motivasi dan apresiasi untuk relawan serta wadah bagi mereka untuk berkreasi. Hanya dengan membentuk tim liputan (2-4 relawan dalam satu tim) dan mengirimkan hasil karya berupa tulisan, foto, video, skrip (video) atau video Iklan Layanan Masyarakat (ILM), relawan sudah bisa ikut dalam lomba yang ditutup pada bulan September nanti. Pemenang lomba akan mendapatkan hadiah berupa perjalanan Training Zhen Shan Mei Internasional Tahun  2015 di Taiwan. Jadi, ayo segera rekam dan catat kisah-kisah humanis dan menyentuh di sekeliling kita. Gan En


Artikel Terkait

Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi Indonesia

Barisan Pencatat Sejarah Tzu Chi Indonesia

04 Juli 2014
Dalam penerapannya, relawan Zhen Shan Mei mempunyai peran yang tidak kalah penting karena menjadi sumber informasi bagi mereka yang tidak ikut serta dalam satu kegiatan, termasuk sumber informasi bagi Master Cheng Yen.
Menginspirasi dengan Kabar Baik

Menginspirasi dengan Kabar Baik

25 Agustus 2014

Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei (Dokumentasi) yang ke-5 (lima) di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Pendaftaran telah dibuka sejak pukul 1 siang. Tercatat 63 relawan Zhen Shan Mei menghadiri pelatihan ini.

"Ayo Menulis..."

14 Juli 2014 Dalam kesempatan ini disampaikan materi tentang bagaimana menulis untuk Media Tzu Chi. Semangat para peserta tampak terlihat dari cepatnya tugas-tugas praktik menulis yang dilakukan saat itu.
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -