Batin Tenang, Cinta Kasih pun Berkembang
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Teddy LiantoMeski hanya bisa melihat dalam jarak dua meter, Teddy tetap semangat bekerja, juga aktif mengikuti kegiatan di gereja.
“Dulu setiap kali hujan turun, saya tidur dengan memegang payung dan memakai jas hujan. Bocor di mana-mana, tidak bisa tenang,” kenang Teddy Satywan (54 tahun), salah seorang penerima bantuan Tzu Chi.
Penghasilannya sebagai tukang pijat tak sebanding dengan ongkos yang harus ia keluarkan. Untuk pulang dan pergi, Teddy harus membayar ojek Rp 80.000, padahal penghasilannya hanya berkisar Rp 90.000 sehari. Teddy yang menderita low vision atau lemah penglihatan hanya bisa melihat dalam jarak satu meter. Mau tak mau, Teddy harus membayar ongkos lebih karena meminta tukang ojek menunggunya selama memijat agar bisa mengantarkannya pulang.
Dalam seminggu Teddy hanya mendapatkan order sekitar satu atau dua kali. Karena itu Teddy tak kunjung bisa memperbaiki rumahnya meski hanya sekadar tak kehujanan. Kondisi ekonomi yang minim membuat Teddy saat itu terlihat seperti orang sakit dan kekurangan gizi. Untungnya masih ada tetangga yang peduli dan kerap memberikan sarapan juga membantunya memasakkan mi instan karena kondisi rumah Teddy yang tidak memungkinkan.
Perhatian relawan Tzu Chi padanya, Teddy umpamakan seperti pohon kering yang mendapat siraman air.
Sampai akhirnya seorang teman memberitahunya tentang Tzu Chi. “Teman saya di Cibubur bilang, kalau ada kesulitan, ada yayasan namanya Tzu Chi, kamu pergi saja ke sana,” cerita Teddy.
Ditemani anak dan istri, tahun 2011 Teddy ke Kantor Tzu Chi di ITC Mangga Dua Jakarta, menceritakan kondisinya dan mengajukan bantuan pengobatan. Lima hari kemudian relawan Tzu Chi, Wie Sioeng datang ke rumah Teddy untuk melakukan survei.
“Waktu saya datang, saya kaget karena ini maaf bukan tempat yang layak untuk ditinggali. Rumah 4 kali 10 lebih, tapi yang bisa ditinggali hanya 3 kali 4 meter. Itu pun dia bersama kakaknya tidur di atas kursi panjang yang dikasih oleh tetangganya. Jadi kalau hujan, tidur harus pakai payung, selalu was-was. Selain itu kondisi di lingkungan sini langganan banjir, otomatis rumahnya ini cepat ambruk,” ungkap Wie Sioeng, relawan dari komunitas He Qi Timur ini.
Tak lama berselang, Wie Sioeng mengajak Teddy berkonsultasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. “Ternyata bisa dioperasi kataraknya. Tapi beliau juga menderita glaukoma. Dokter bilang untuk glaukomanya tidak bisa diambil tindakan apapun karena resikonya lebih besar dari pada hasilnya,” kata Wie Sioeng.
Pihak gereja pun menggalang dana untuk turut membantu Teddy. Terkumpul lebih dari 40 juta rupiah untuk merenovasi rumahnya.
Teddy pun menjalani operasi katarak pada mata kanan. Operasi ini untuk meringankan tekanan pada syaraf mata akibat glaukoma. Selain itu Tzu Chi juga memberikan bantuan biaya hidup setiap bulan. Saat dalam proses melengkapi prosedur untuk bantuan perbaikan rumah, relawan Tzu Chi juga terus menjaga batinnya.
“Kita tidak selalu dalam setiap bulan atau setiap minggu kita kunjungi, tapi Pak Teddy setiap bulan selalu datang ke Gathering Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi –red) di komunitas Tzu Chi di Kelapa Gading. Di sana kita memberikan edukasi kesehatan, pendidikan, dan dari situ kita juga kita tahu kondisi mereka bagaimana,” kata Wie Sioeng.
Biasanya Teddy datang ke Kelapa Gading menggunakan ojek, dan pulangnya relawan memesankan ojek online (berbasis aplikasi –red) sehingga bisa menghemat. Dalam pertemuan para penerima bantuan inilah Teddy menyadari bahwa di dunia ini masih banyak orang yang lebih susah. Sejak saat itu ia mulai menyisihkan sedikit demi sedikit yang ia punya untuk bersumbangsih melalui Celengan Bambu Tzu Chi.
“Pertamanya saya melihat di depo (pelestarian lingkungan Tzu Chi) itu yang datang banyak sekali orang yang menderita sakit, bahkan yang buat saya merinding itu ada yang cuci darah, operasi mata, dan yang butuh biaya sekolah dan banyak lagi. Jadi saya terdorong untuk nyelengin recehan, terserah kita mau ngisi seratus dua ratus, semampunya aja,” kata Teddy.
Kondisi rumah Teddy sebelum direnovasi.
Pulang dari pertemuan para penerima bantuan, Teddy kadang membawa Buletin Tzu Chi yang memang dibagikan di sana. Suatu hari Teddy yang pemeluk Kristiani ini membawa Buletin Tzu Chi saat pergi ke gereja untuk beribadah. Ia pun bercerita bahwa ia mendapatkan bantuan dari Tzu Chi. Selain itu, kata dia, siapa pun bisa menolong orang lain melalui celengan.
Singkat cerita, akhirnya pihak gereja pun menggalang dana untuk turut membantu Teddy. Terkumpul lebih dari 40 juta rupiah untuk merenovasi rumahnya. Teddy merasa sangat bersyukur.
“Setelah rumah dibongkar, tidur lebih enak, tidak kebocoran. Kalau dulu kan kebocoran, pegang payung, tidur tidak nyenyak. Trus istri saya yang sekarang ada di Surabaya menemani anak saya yang kuliah (mendapat beasiswa –red), setahun sekali bisa pulang ke rumah ini, bisa tidur di sini,” ujarnya.
Tak hanya tempat tinggal yang sudah baik, pikiran Teddy kini jauh lebih tenang. Jarak pandang Teddy juga bertambah, ia kini bisa melihat dalam jarak dua meter. Teddy yang dulu hanya bisa mengandalkan ojek, kini sudah bisa naik angkutan kota atau angkot yang ongkosnya lebih murah.
“Sebenarnya bagi kita relawan Tzu Chi biaya hidup adalah jalan, sarana kita bisa lebih dekat kepada para Gan En Hu kita nih seperti Pak Teddy. Pendampingan secara personal, kita memahami kondisi dia itu lebih penting. Karena yang kita obati adalah batin, buktinya Pak Teddy batin lebih tenang, cinta kasih ternyata bisa berkembang. Kita dari Tzu Chi bantu biaya hidupnya, dari pihak gereja bantu renovasi rumahnya,” pungkas Wie Sioeng, relawan Tzu Chi.
Artikel Terkait
Menggenggam Jalinan Jodoh dengan Para Penerima Bantuan
16 Desember 2019Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2019 bagi penerima bantuan Tzu Chi Minggu, 8 Desember 2019. Kegiatan dihadiri sekitar 30 orang penerima bantuan beserta keluarga yang mendampinginya.
Penerima Bantuan Tzu Chi Di Palembang Berkenalan Dengan Menu Vegetaris
07 September 2022Tzu Chi Palembang mengadakan kegiatan Gathering Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) yang sedikit berbeda dari sebelumnya karena pada kesempatan ini para relawan juga memperlihatkan demo memasak vegetaris kepada para Gan En Hu.
Ketegaran Menghadapi Ujian Kehidupan
24 Juli 2019Susanti, seorang pejuang penyakit autoimun (penyakit lupus) selama 14 tahun. Pada tahun 2019, dokter mendeteksi adanya tumor otak yang beresiko menyebabkan kebutaan bila tidak segera dioperasi. Sempat putus asa dan pasrah, semangat Susanti akhirnya bisa tumbuh berkat dukungan, bantuan, doa, dan pendampingan dari keluarga dan relawan Tzu Chi.