Batin Terhubung Dalam Tekad Walau Jasmani Terpisah Dalam Jarak

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Dok. Pribadi

Hardy, relawan Tzu Chi yang bertanggung jawab sebagai Ketua Xieli Selatpanjang, ikut dalam pelatihan 4in1 walaupun terpisah jarak, tetap membuatnya bersyukur.

Pelatihan Fungsionaris 4 in 1 dilakukan Sabtu dan Minggu, 9 dan 10 Oktober 2021. Diikuti oleh relawan Tzu Chi dari seluruh Indonesia, training ini masih dilakukan secara virtual karena pandemi. Namun begitu, training virtual memberikan sisi positif bagi seluruh peserta .

“Sebenarnya training secara online lebih memudahkan karena banyak relawan bisa ikut. Hanya ada sedikit kendala pada relawan yang kurang bisa mengunakan aplikasi Zoom. Jadi sebelumnya harus bantu ajarin bagaimana pasang aplikasi, berikan nama di Zoom, cara absensi, dan lainnya,” kata Hardy, relawan Tzu Chi Batam. “Jadi persiapan awal mengajak relawan untuk ikut pelatihan dan bantu daftarkan, lalu dekat tanggal pelatihan, kami mengingatkan relawan lagi untuk menyiapkan segala keperluan pelatihan.”jelas Hardy.

Hardy relawan Tzu Chi yang bertanggung jawab sebagai Ketua Xie li Selatpanjang. Ikut dalam pelatihan 4 in 1 walaupun terpisah jarak, tetap membuat Hardy bersyukur. “Kami tetap bisa belajar banyak dari pengalaman para senior dan lebih menguatkan tekad dan semangat untuk berjalan sesuai Misi Tzu Chi dan Master Cheng Yen,” ungkap Hardy.

Hardy (tengah), setelah menerima potongan tumpeng dari relawan Tzu Chi Batam pada 2016 lalu, ketika Tzu Chi di Selatpanjang meresmikan kantor mereka.

Dua hari mengikuti training, Hardy paling suka dengan tema Mempertahankan Tekad, Menjalankan Ajaran, dan Menumbuhkan Jiwa kebijaksanaan yang dibawakan oleh Like Hermansyah, relawan senior Tzu Chi. Menurutnya, materi tersebut mengingatkan seluruh relawan untuk tetap mempertahankan sebersit niat atau niat baik pertama saat bergabung dengan Tzu Chi.

“Kebanyakan relawan bergabung dengan niat baik, tapi tanpa mengenal Dharma Master Cheng Yen dan tujuan yang jelas, maka ketika bertemu masalah (gesekan) dalam kerelawanan atau berbeda pendapat menjadi alasan untuk mundur dan lupa masih ada tanggung jawab yang lebih besar di atas masalah yang dihadapi itu,” tutur Hardy.

Melalui training ini, Hardy bersyukur bisa kembali mengenang masa awalnya bersama Tzu Chi. Ia berharap semua relawan juga mempunyai rasa syukur yang sama, juga memegang tekad awal dengan teguh.

Tekad Awal Penentu Jalan

Hardy dilantik menjadi relawan calon komite oleh Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma.

Hardy mengenal Tzu Chi melalui Da Ai TV Taiwan. Namun, Tzu Chi Indonesia belum masuk wilayah kampung halamannya, Selatpanjang, belasan tahun silam. Padahal sebetulnya pernah ada baksos kesehatan yang diadakan oleh Tzu Chi Batam di sana, Hardy juga menjadi relawan bagian pendaftaran, tapi ia belum tahu bahwa itu adalah Tzu Chi. "Saya hanya tahu ada sekelompok orang baik sedang melakukan bantuan pengobatan kepada orang yang membutuhkan saja," katanya. Setiap menonton Da Ai Tv, ia mengaku sangat berharap satu saat Tzu Chi bisa mendirikan kantor dan membantu masyarakat di Selatpanjang.

Satu saat Tzu Chi pernah mengadakan baksos kesehatan dan Hardy langsung ikut menjadi bagian pendaftaran. Kala itu ia belum tahu dengan jelas namun ingin ikut dalam barisan orang-orang baik yang sedang mengobati masyarakat yang membutuhkan.

“Di tahun 2012, saya pernah bahas dengan dua teman agar Tzu Chi bisa memiliki kantor penghubung di Kota Selatpanjang. Saya terus mencari informasi dan tiba-tiba terpikir bahwa ada seorang teman saya bernama Huang Chaili Shixiong seorang relawan Tzu Chi Batam,” cerita Hardy, “Dari dia ( Huang Chaili Shixiong ) saya bertanya tentang Tzu Chi dan menjadi donatur Tzu Chi.”

Hardy sendiri bergabung dalam barisan Tzu Chi pada 2013. Saat itu Tzu Chi Batam datang ke Selatpanjang untuk mengadakan sosialisasi. Berbagai kegiatan kemudian dilakukan di Selatpanjang. “Di tahun 2016 kami mendapatkan pinjaman satu ruko untuk rapat kegiatan dengan status Kantor Perintisan. Lalu di tahun 2019 kami sudah mempunyai kantor sendiri di Kota Selatpanjang dengan status Kantor Penghubung Tzu Chi Selatpanjang. Itu semua karena ada tekad dan niat maka ada kekuatan,” papar Hardy. “Kekuatan tekad awal itu sangat besar,” imbuhnya.

Berkomitmen di Jalan Tzu Chi

Hardy bersama istri dan putranya memberikan sharing dalam pelatihan relawan abu putih di Tzu Chi Batam.

Sebagai relawan calon komite yang siap dilantik, Hardy banyak mengasah diri melalui kegiatan Tzu Chi. Kalau sebelumnya selalu ingin menang, kini ia berusaha mengambil titik tengah untuk bisa menyatukan semua relawan demi menjalankan visi misi Tzu Chi. Hardy mengatakan, dari kesombongan, belajar untuk merendah; dari menyalahkan, belajar untuk mengoreksi dan memperbaiki diri.

Hardy menuturkan di Tzu Chi tidak ada satu orangpun yang disebut pemenang atau satu orangpun yang disebut pahlawan. Kerja Tzu Chi butuh kerja sama dengan setiap orang dan golongan untuk mewujudkan cinta kasih. “Kita seperti semut kecil yang mempunyai impian besar. Asal mau bersatu pasti bisa (terwujud),” katanya.

Hardy mengajak pada setiap relawan untuk melakukan apa yang bisa dilakukan dalam hal kebajikan. Tetap kembali pada niat awal, kenapa ingin bergabung dengan Tzu Chi, “Yang terpenting harus mempraktikkan Hati Buddha dan Tekad Guru sebagai pedoman dalam menjalani Tzu Chi walau tidak (atau belum) dilantik sebagai relawan komite.”

Bersama Menjalankan Kebajikan

Rusi dan Husni, pasangan suami istri yang bersama-sama bergabung menjadi relawan Tzu Chi di Medan giat mempraktikkan ajaran Master Cheng Yen.

Tekad yang sama untuk mempraktikkan visi misi Tzu Chi juga dipegang teguh oleh Rusi dan Husni, pasangan suami istri yang bersama-sama bergabung menjadi relawan Tzu Chi di Medan. Delapan tahun bergabung menjadi relawan, mereka berjalan beriringan dan belajar bersama.

Rusi mengenal Tzu Chi ketika masih bekerja di Bank Artha Graha. Kala itu ia mendapatkan pesan untuk mengumpulkan dan memisahkan kertas bekas dan biji stapler di sela-sela pekerjaannya. Katanya, untuk disumbangkan ke Tzu Chi sebagai barang daur ulang. Kemasan plastik bekas air minum para nasabah juga ikut dikumpulkan.

Kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2012 menjadi jalinan jodoh pasangan suami istri ini hingga akhirnya pada 2013 mereka bergabung menjadi relawan Tzu Chi.

“Jadi kami-kami karyawan, ya bantu ikut kumpulkan. Di meja customer service dan marketing juga ada celengan bambu Tzu Chi,” kenangnya. “Nggak merasa aneh sih, karena setelah dari kerjaan itu di rumah suka nonton DAAI TV. Jadi mengerti konsep daur ulangnya,” imbuh Rusi. Di sisi lain, Husni, suaminya juga suka menonton DAAI TV. Dari sana mereka mulai tertarik dengan dunia Tzu Chi.

Kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2012 menjadi jalinan jodoh pasangan suami istri ini hingga akhirnya pada 2013 mereka bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Sementara itu melalui Kamp Fungsionaris 4 in 1, Rusi dan Husni mengaku mendapatkan semangat baru kembali dan tidak melupakan tekad awal mereka saat bergabung pertama kali dengan Tzu Chi, delapan tahun silam.

Menghargai Kehidupan

Penerima bantuan membawa becak motor untuk membantu Rusi dan relawan lainnya melewati banjir ketika mereka akan memberikan bantuan.

Pelajaran demi pelajaran terus didapatkan oleh suami istri ini. Rusi bercerita ada satu tantangan besar yang pernah mereka hadapi ketika Husni bertanggung jawab sebagai ketua Xie Li di wilayah Medan Tembung. Saat itu, Rusi adalah Wakil Ketuanya.

Xie Li Medan Tembung memiliki wilayah yang luas namun lokasinya jauh dan banyak pemohon bantuan. Ketika itu tahun 2015 – 2016, ada sekitar 10 pemohon bantuan per pekannya. “Ladang berkahnya sangat subur, namun relawan Misi Amal belum banyak,” kenang Rusi. Apabila dibandingkan dengan pemohon bantuan, relawan mengaku kewalahan dan terjadi penumpukan.

Husni tak sampai hati melihat mereka (pemohon bantuan) yang butuh pertolongan, tak mau ambil pusing dan langsung mengambil tanggung jawab untuk survei satu persatu pemohon bantuan. Sabtu dan Minggu, setelah Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen, suami istri ini langsung berkeliling untuk survei kasus (pemohon bantuan). “Sering juga ketika hari biasa, sepulang kerja, kami menyempatkan diri untuk survei atau bawa gan en hu (penerima bantuan) konsultasi ke dokter,” kenang Rusi.

Husni juga rela membeli sepeda motor untuk mempermudah waktu survei dan menemukan rumah dari para pemohon bantuan karena wilayahnya kebanyakan harus melewati jalan sempit dan tidak bisa dilalui mobil. “Saat itu sempat terlintas untuk mundur, tapi karena memikirkan tanggung jawab yang diambil harus selesai, akhirnya tetap teguh,” ungkap Rusi.

Rusi dan Husni (seragam abu putih logo) melakukan survei kasus. Bagi Rusi dan Husni, bisa membantu orang adalah wujud kebahagiaan dan bentuk menghargai kehidupan.

Husni menambahkan, selain tanggung jawab, apa yang dilakukannya adalah sebagai bentuk menghargai kehidupan. Sama seperti materi training yang paling menarik baginya, yakni Hidup Bahagia dengan Menghargai Kehidupan.

“Sesuai dengan pengalaman saya sendiri. Sebelum bergabung di Tzu Chi, hampir semua waktu luang saya habiskan ke hal-hal yang menyenangkan tetapi kurang bermakna, seperti travelling, nonton bioskop, dan santai di rumah,” aku Husni, “Melalui Tzu Chi saya tahu bagaimana menghargai waktu, memanfaatkan waktu, juga menghargai kehidupan.”

Menyadari akan jalan bajik telah dilalui bersama, juga berbagai perubahan-perubahan positif yang menyertai mereka, keluarga kecil ini terus ingin bersama Tzu Chi. “Bisa bermanfaat untuk orang lain itu membuat hati lebih bahagia. Makanya semoga jalinan jodoh kami bisa semakin dalam bersama keluarga besar Tzu Chi yang selalu penuh kehangatan,” harap Rusi.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Pelatihan 4 in 1: Bahagia Karena Melayani

Pelatihan 4 in 1: Bahagia Karena Melayani

14 Maret 2023

Suksesnya kegiatan pelatihan 4 in 1 selama dua hari pada 11-12 Maret 2023 lalu didukung oleh banyak relawan, terutama di bagian pelayanan dan konsumsi yang menyiapkan makanan dan akomodasi bagi 700 peserta dan panitia.

Pelatihan 4 in 1: Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaaan

Pelatihan 4 in 1: Mengubah Kesadaran menjadi Kebijaksanaaan

12 Maret 2023
Selama dua hari, yaitu 11-12 Maret 2023, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Kamp Pelatihan 4 in 1 yang pertama di tahun 2023. Kamp berlangsung di Gedung Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara dan dihadiri 500 relawan Tzu Chi dari belasan kota di seluruh Indonesia.
Pelatihan 4 in 1: Berbekal Dharma untuk Memperpanjang Barisan Bodhisatwa

Pelatihan 4 in 1: Berbekal Dharma untuk Memperpanjang Barisan Bodhisatwa

13 Maret 2023

Kamp Pelatihan 4 in 1 yang berlangsung di Gedung Aula Jing Si, Tzu Chi Center pada 11-12 Maret 2023 diikuti oleh para pengurus 4 in 1 dan juga relawan yang dilantik menjadi Calon Komite.

Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -