Bawa Perubahan dengan Tulisan, Foto, dan Video

Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoSapto Agus Irawan, kameraman senior di DAAI TV tengah membagikan cerita menarik selama pengambilan gambar serta tips-tips berharga bagi para Relawan 3 in 1.

Kegiatan rutin bulanan bagi para relawan 3 in 1 kembali diadakan pada hari Sabtu, tanggal 31 Maret 2012, Pukul 15.30 sampai selesai di Jing Si Books and Cafe Kelapa Gading, Jakarta Utara. Relawan 3 in 1 adalah para Bodhisatwa yang mengabadikan kegiatan Tzu Chi dalam bentuk tulisan, foto, atau video, yang juga berperan sebagai perpanjangan mata dan telinga Master Cheng Yen untuk mengetahui semua kegiatan penebaran cinta kasih di seluruh dunia.

 

 

 

Gathering hari itu dimulai dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan menonton ceramah beliau tentang media Tzu Chi, baik itu media cetak maupun elektronik yang telah mendapat pengakuan dengan memenangkan beberapa penghargaan di Taiwan. Dalam ceramah beliau, Master Cheng Yen terlihat begitu gembira dan bangga atas prestasi gemilang tersebut. Rupanya, DAAI TV, stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi tidak hanya berprestasi di Taiwan, tapi juga berprestasi di dalam negeri. Program-program DAAI TV Indonesia juga memenangkan berbagai penghargaan dari komunitas media di Tanah Air. Untuk menggugah para relawan 3 in 1, panitia (Tim 3 in 1 Pusat) telah menyiapkan dua buah film pendek produksi DAAI TV yang berjudul “Demi Goresan Kapur” dan “Air dari Surga”.

Film “Demi Goresan Kapur” menceritakan tentang kisah seorang penyandang cacat yang mengabdikan hidupnya untuk menjadi guru di daerah miskin di Cikoneng, Jawa Barat, tidak ketinggalan masalah-masalah lainnya yang mengikuti seperti kemiskinan, perencanaan keluarga yang kurang baik, dan lapangan pekerjaan yang minim di desa. Sedangkan “Air dari Surga” menggambarkan perjuangan anak-anak SDN Karyasari di Tasikmalaya yang harus bersekolah dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dengan atap kelas yang bocor dan akses antar desa yang terputus akibat tidak ada jembatan, sehingga mereka terpaksa berenang menyeberangi sungai. Sesekali peserta tertawa terkekeh-kekeh melihat kepolosan anak-anak, mengangguk setuju melihat bakti seorang guru, dan berbisik-bisik ke telinga peserta yang duduk di sebelahnya, tapi tak sekali-dua kali muncul kesayuan dalam wajah para peserta yang tersentuh akan keadaan di video yang begitu miris. 

foto    foto

Keterangan :

  • Suasana Gathering Relawan 3 in 1 di Jing Si Books and Café Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pada gathering kali ini, panitia memutar 2 buah film dokumenter produksi DAAI TV yang memperoleh penghargaan (kiri).
  • Ari Trismana Shixiong, salah satu kru DAAI TV menceritakan pengalamannya dalam proses produksi film “Demi Goresan Kapur” dan “Air dari Surga” (kanan).

Film yang Membawa Perubahan Adalah Film yang Berhasil
Selepas pemutaran kedua film, dua kru DAAI TV yang terlibat dalam proses pengambilan gambar dan produksi, Sapto Agus Irawan (kameraman senior) dan Ari Trismana (mantan Produser DAAI TV Program Refleksi), men-sharing-kan pengalaman mereka dalam proses produksi serta membagikan tips bagi para relawan yang ingin berkontribusi dalam mendokumentasikan sejarah Tzu Chi dalam bentuk gambar bergerak. “Bagaimana sebuah film bisa dikatakan berhasil?” Begitu tanya Ari shixiong kepada seluruh peserta. Ada yang menjawab, “Jika mendapat penghargaan”, ada pula yang menjawab, “Bila pemirsa mendapat hikmah setelah menonton.” Ari Trismanamengatakan bahwa jawaban tersebut tidak ada yang salah, tetapi ia mempunyai patokan sendiri dalam menilai apakah sebuah film itu berhasil atau tidak.

Ari berpendapat, sebuah film produksinya akan dinilai berhasil jika telah membawa perubahan pada orang atau lingkungan yang di-shooting. Jika dua film yang baru saja ditayangkan dibuat perbandingan, maka film “Demi Goresan Kapur”, meski lebih banyak menerima penghargaan, dinilai kurang berhasil dibanding “Air dari Surga”. Alasannya adalah, setelah “Demi Goresan Kapur” ditayangkan ke publik, bertahun-tahun kemudian, keadaan di Cikoneng belum menunjukkan kemajuan, masalah-masalah yang sama masih ada. Lain halnya dengan “Air dari Surga”, film ini berhasil menggugah insan Tzu Chi yang lain untuk bersumbangsih. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan TNI dan pemerintah daerah setempat membangun jembatan yang menjadi tumpuan harapan masyarakat setempat. Setelah jembatan tersebut dibangun, tidak hanya para murid SDN Karyasari dapat berangkat ke sekolah tanpa kerisauan, tapi taraf ekonomi kedua desa juga meningkat, karena jembatan tersebut menjadi penghubung kedua desa untuk saling mengirimkan hasil buminya.

Kemajuan Teknologi Memungkinkan Semua Orang Membuat Video
Kesempatan untuk memproduksi video yang dapat menyentuh hati masyarakat tidak eksklusif untuk para insan pertelevisian atau perfilman, tetapi bisa dilakukan juga oleh semua orang. Dewasa ini, handycam mempunyai fitur yang sederhana dan mudah dioperasikan, bahkan telepon genggam pun dapat merekam gambar serta suara. Itu sebabnya, Relawan 3 in 1 diharapkan untuk tidak hanya mengabadikan momen dalam bentuk tulisan dan foto, tapi juga dalam bentuk video.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam sesi tanya-jawab, para peserta dengan antusias melontarkan pertanyaan kepada Ari dan Sapto tentang teknik shooting dan membuat liputan yang menarik dan menyentuh (kiri).
  • Relawan 3 in 1 adalah para Bodhisatwa yang menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen, sekaligus menjadi insan-insan yang membawa perubahan pada kehidupan orang-orang yang membutuhkan (kanan).

Seperti yang telah dilakukan oleh Stephen Ang shixiong beserta para relawan lain dari He Qi Utara yang membuat video singkat mengenai Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-81 yang diadakan di RS Sentra Medika Cibinong. Video itu menangkap ekspresi para pasien baksos dan relawan yang bertugas jaga malam dengan begitu menggugah. Dengan kemudahan teknologi yang ada sekarang, video tersebut bisa ditonton di Website Tzu Chi Indonesia, dan diharapkan dapat menyentuh hati para penontonnya.

Menggalang Bodhisatwa 3 in 1
penghujung acara, Hadi Pranoto Shixiong, Pemimpin Rredaksi Buletin Tzu Chi mempresentasikan data statistik terkini tentang kegiatan Relawan 3 in 1 dari setiap He Qi. Berdasarkan perhitungan, ada he qi yang sangat aktif dalam kegiatan dokumentasi, ada pula yang masih belum aktif. Yusie Shijie, relawan 3 in 1 He Qi Timur sekaligus pembawa acara kegiatan tersebut, mengaku merasa “tersentil” dan termotivasi melihat data tersebut karena he qi-nya masih jauh tertinggal dengan he qi lain. Tujuan disajikannya data ini sendiri bukanlah untuk kompetisi, tetapi untuk memotivasi para relawan dan menggalang lebih banyak Bodhisatwa 3 in 1 untuk mencatat jejak langkah Tzu Chi di Indonesia sampai serinci mungkin.

Salah satu dari 108 Kata Perenungan Master Cheng Yen berbunyi, “Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok,” dan sejarah itu akan lebih berarti jika bisa didokumentasikan untuk anak cucu kita. Marilah kita dengan giat merekam sejarah serta memanfaatkan hasil dokumentasi kita untuk menebar benih cinta kasih dengan lebih luas lagi dan menggalang lebih banyak lagi Bodhisatwa.

  
 

Artikel Terkait

Apresiasi kepada Perawat Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi di Hari Perawat Internasional

Apresiasi kepada Perawat Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi di Hari Perawat Internasional

25 Mei 2023

Seluruh manajemen Rumah Sakit Umum Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng (RSUCK) memperingati Hari Perawat Internasional yang jatuh pada 12 Mei 2023. 

Suara Kasih: Mempraktikkan Enam Paramita

Suara Kasih: Mempraktikkan Enam Paramita

04 Agustus 2010
Saya sangat berterima kasih kepada seluruh anggota keluarganya karena tiga generasi dari keluarga ini telah bergabung menjadi relawan Tzu Chi.
Memberikan Cinta Kasih untuk Para Pasien Disabilitas

Memberikan Cinta Kasih untuk Para Pasien Disabilitas

06 November 2018

Tzu Chi Bandung rutin menggelar kunjungan kasih ke para pasien penyandang disabilitas di Desa Maruyung sejak tahun 2014. Pada Minggu, 4 November 2018, sebanyak 12 relawan kembali berbagi kasih dengan para pasien penyandang disabilitas ini.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -