Bazar Vegetarian: Keindahan yang Tercipta dari Tangan-tangan Kreatif.

Jurnalis : Lina K Lukman (He Qi Pusat), Fotografer : Dina (He Qi Pusat )
 
 

foto
Suster Leo yang sedang mengajarkan cara pembuatan sebuah dompet dari barang daur ulang.

Kita tahu bahwa Pendidikan sangatlah penting dan merupakan modal utama kelangsungan hidup serta masa depan seorang anak dan sekolah merupakan sarana utama bagi pendidikan. Untuk itu Minggu, 30 Juni 2013 Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan bazar amal Vegetarian Food Festival yang bertempat di lantai dasar Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara dan hasil dari penjualannya akan dipergunakan untuk pembangunan Gedung sekolah SMP dan SMA Tzu Chi.

Ada 133 stan yang ikut berpartisipasi di bazar amal Vegetarian Food Festival ini, dan pengunjung yang datang bisa mencicipi beraneka macam makanan vegetaris dan minuman. Selain itu juga terdapat stan yang menjual bahan-bahan pokok dan beberapa stan kerajinan tangan, seperti dompet hasil kerajinan tangan yang dijaga oleh Suster Leonilde FMA beserta 5 orang anak dari Gereja Don Bosco, Danau Sunter, Jakarta Utara. “Kami ikut partisipasi di pameran ini karena di undang oleh salah seorang panitia dari Yayasan Buddha Tzu Chi, dan karena hasilnya digunakan untuk amal jadi kami setuju untuk ikut. Walau pameran ini di adakan oleh sebuah yayasan Buddha tapi prinsip dan cara kerjanya sama dengan gereja, yaitu untuk sosial dan bukannya untuk bisnis,” kata Suster Leo dengan ramah.

Melakukan daur ulang dan menyelamatkan bumi
“Tangan yang melakukan pelestarian lingkungan adalah tangan yang paling indah.”
~Kata perenungan Master Cheng Yen~

Siapa yang menyangka dari 300 lembar bekas bungkus kopi bubuk instan yang notabene adalah sampah yang sudah tidak terpakai lagi namun oleh Suster Leo bersama dengan anak-anak dari gereja Don Bosco bisa dikelola menjadi sebuah dompet / tas tangan yang cantik. “Kami mendapat bungkus kopi dari penjual kopi keliling dan setiap hari minggu selama 2 jam kami mengerjakan pekerjaan tangan ini, dari mulai membersihkan dan mengeringkan bungkus kopi sampai melipat dan merangkainya. Kalau hari minggu itu ada banyak orang yang mengerjakan maka kami bisa menghasilkan 2 buah dompet. Saat ini kami hanya menjual pada kalangan umat gereja saja dan belum dipasarkan secara luas. Selain itu kami juga mencari dana tambahan untuk retret tahunan dari kerajinan tangan ini.” jelas Suster Leo.

Di tahun 2003 Suster Leo pernah menetap di Jakarta selama 2 tahun kemudian di tahun 2005 pulang ke kampung halamannya yang berada di Timor Leste dan Suster baru beberapa bulan ini datang kembali ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Bina Sarana Informatika dan mengambil bidang Manajemen Informatika. Di saat sedang menjaga stan, ada seorang pengunjung yang meminta Suster untuk mengajarinya dan dengan ramah Suster memberitahu pengunjung tersebut bagaimana cara melipat bungkus kopi dan merangkainya menjadi sebuah dompet.

foto   foto

Keterangan :

  • Sampah yang sudah tidak terpakai lagi diubah oleh Suster Leo bersama dengan anak-anak dari gereja Don Bosco bisa dikelola menjadi sebuah dompet / tas tangan yang cantik (kiri).
  • Emak dan ibu Etin yang sedang asyik menganyam kerajinan tangan (kanan).

Di bazar ini selain Suster Leo dan 5 orang anak, juga terdapat dua orang ibu yang tampak sedang asyik menganyam tikar dan tas dengan bahan daur ulang yang berasal dari bekas tube pasta gigi. Mereka adalah ibu Jainawa (70) yang biasa disapa emak dan ibu Etin (40), yang berasal dari Kampung Pinang – Cileduk, Tangerang. dan sejak pagi sudah melakukan persiapan untuk bazar ini.

Meski pun emak sudah berusia lanjut namun masih terlihat kuat dan juga jeli ketika  menganyam tikar. “Emak sudah 8 tahun ngerjain ini (menganyam) dan saya sendiri sudah 6 tahun. Nganyam sebenarnya gampang, yang susah itu waktu awal buat dasarnya dan bikinnya juga harus ditarik kenceng supaya bener-bener rapet. Kalau salah bikin dasarnya yah keatasnya ikut salah semua dan nggak bisa kenceng jadi musti dibuka dan ulang lagi dari mula.” Kata ibu Etin.

Jaman sekarang ini pada umumnya masyarakat menghendaki yang serba cepat, sehingga sering menggunakan barang sekali pakai yang membuat sampah menjadi sangat banyak. Salah satu cara untuk menyelamatkan bumi adalah dengan mengurangi pemakaian barang sekali pakai dan juga melakukan pelestarian lingkungan. Dengan mengolah atau mendaur ulang kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang baru yang bisa digunakan lagi, merupakan suatu keindahan yang tercipta melalui tangan-tangan kreatif dan juga terampil.

  
 

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan: Saling Menyemangati, Saling Belajar, dan Saling Mendukung

Pelatihan Relawan: Saling Menyemangati, Saling Belajar, dan Saling Mendukung

29 Juni 2020

Sutra ibarat sebuah jalan yang telah dibabarkan oleh guru. Dan hendaknya para murid melatih diri untuk berjalan di jalan yang telah dibentangkan guna membantu semua mahkluk terlepas dari penderitaan.

DAAI TV Medan Peduli Pendidikan

DAAI TV Medan Peduli Pendidikan

30 November 2020

Kebaikan akan menjadi besar bila dilakukan bersama-sama. Demikian yang dilakukan oleh DAAI TV yang bersinergi dengan penyedia jasa internet, Nusanet, untuk mendukung pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.

Perhatian Tzu Chi untuk Priyanka

Perhatian Tzu Chi untuk Priyanka

08 Oktober 2021

Selain bantuan tunjangan pengobatan, Tzu Chi juga memberikan perhatian dengan memberikan ranjang tidur yang nyaman untuk Priyanka. Secara rutin relawan Tzu Chi juga memberi perhatian kepada Priyanka.

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -