Beban yang Dipikul Menjadi Lebih Ringan
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul KhotimahVenez (12) sangat senang dibawa keluar rumah walau sekedar mencari angin atau berjemur. Apalagi sejak bulan lalu Tzu Chi memberi bantuan berupa ranjang dorong, sehingga ibu, nenek, dan pamannya tak susah lagi membawanya keluar rumah.
Sudah tiga bulan pemilik nama Vrederezia Veneziana yang mengidap Cerebral Palsy ini menjadi penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi, atau yang biasa disebut dengan Gan En Hu. Bantuan yang diterima Venez berupa biaya pengobatan yang tak ditanggung BPJS dan biaya transportasi berobat.
Ibu dan nenek Venez membawa Venez keluar rumah sekedar mencari angin.
“Meringankan (beban saya), sangat-sangat meringankan karena tadinya saya benar-benar berat membawa anak ini, ongkosnya. Karena kan kami tidak bisa naik motor, harus mobil, jadi saat sudah dibantu Tzu Chi itu sangat meringankan saya,” kata Julianah, ibu Venez.
Julianah sudah tak bekerja karena fokus merawat Venez, sementara penghasilan suaminya pas-pasan. Kakak Julianah yang menjadi tulang punggung di rumah berpenghuni enam anggota keluarga tersebut pun sejak pandemi mengalami kesulitan ekonomi. Karena kondisi tersebut, mulai bulan Februari mendatang, Venez juga mendapat bantuan biaya hidup.
Sakit yang Dialami Venez
Venez tertawa saat bercanda dengan Lily Brahma, relawan Tzu Chi. Venez bisa merespon dengan baik meski hanya memiliki sedikit kosakata.
Mulanya Venez lahir dan tumbuh normal. Namun di usia lima bulan, Venez menderita diare akut yang menyebabkan dehidrasi berat, panas tinggi, dan hilang kesadaran. Venez pun dirawat di rumah sakit. Sepekan kemudian kondisinya membaik. Selang empat bulan kondisinya drop dan kembali berobat ke rumah sakit.
Selain pengobatan ke dokter, Julianah mencoba pengobatan tabib tradisional, dan kondisi Venes bisa dibilang membaik. Setelah usia tiga tahun, Venez pun tak lagi dibawa ke dokter. Hingga di umur 10 tahun, kaki Venez menekuk, tulang di punggung juga membengkok.
Dari bulan Desember 2019, Venez menjalani tiga kali operasi karena tulang kakinya seperti sudah akan terlepas dari panggul. Di sinilah Julianah baru benar-benar menyadari jika anaknya mengalami Cerebral Palsy.
“Jadi dari dulu saya bawa anak saya berobat saya tidak pernah tahu kondisi anak saya Cerebral Palsy (CP). Kalau saya tahu anak saya CP mungkin saya akan mengurus dia lebih spesial lagi. Ini harusnya bagaimana, harus diterapi bagaimana. Dari dulu saya tidak pernah dikasitahu,” sesal Julianah.
Julianah sangat berharap anaknya masih mendapat kesempatan untuk bisa duduk. Karena kemungkinan untuk bisa berjalan, menurut dokter sangat mustahil melihat kondisi tulang panggul Venez.
“Harapan saya sekarang adalah anak saya bisa dilatih duduk setidaknya tidak dalam kondisi seperti ini, bisa duduk 90 derajat seperti kita duduk biasa. Trus juga kondisinya tidak gampang nge-drop lagi,” harap Julianah.
Mendapat Informasi Tentang Tzu Chi
Sabtu, 16 Januari 2021, Lily Brahma Bersama dua relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 mengunjungi Venez. Karena masih dalam kondisi pandemi, kunjungan kasih berlangsung singkat dan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Dalam kunjungan kasih ini, relawan juga membawakan paket sembako.
Julianah termasuk orang yang tak mau menyusahkan orang lain. Selama masih dapat berjuang untuk Venez, ia akan lakukan sendiri. Namun pengobatan Venez memakan biaya yang tak sedikit, ia pun kehabisan dana dan terpaksa meminta bantuan.
“Saya sempat minta tolong di media sosial. Trus teman di media sosial memberitahu saya tentang Tzu Chi, teman di vihara juga kenal dengan relawan,” ujarnya.
Berbekal informasi yang diterimanya, Julianah lalu mengajukan bantuan untuk Venez ke Kantor Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk. Beberapa hari kemudian relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 1 yang dekat dengan tempat tinggalnya di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat datang menyurvei. Lima hari kemudian permohonan bantuan Julianah pun disetujui.
“Perhatian relawan Tzu Chi sangat baik. Responnya juga cepat, seperti keluarga sendiri dan saya tidak malu-malu bercerita,” katanya.
Dianggap seperti keluarga sendiri, Lily Brahma, relawan Tzu Chi yang sejak mula mensurvei kondisi Venez merasa terharu.
“Saya juga menganggap Venez dan mamanya sebagai keluarga komunitas (He Qi Barat 1). Ya perhatiannya kalau bisa semirip mungkin seperti saudara sebenarnya kita. Jadi dia ada kesulitan apa mamanya juga selalu terbuka. Nah itu saya diskusikan bareng tim amal di komunitas,” kata Lily.
Lily berharap Julianah terus semangat mengupayakan pengobatan Venez hingga maksimal. Relawan Tzu Chi akan terus men-support setidaknya Venez bisa duduk sebagaimana harapan ibunya, Julianah.
Editor: Erli Tan
Artikel Terkait
Penerima Bantuan Tzu Chi Mendapatkan NIB dari Kementrian Investasi dan BKPM
14 Desember 2023Memperingati Hari Disabilitas 2023, Kementrian Pertahanan RI, Kementrian Investasi/BKPM, dan BPJS Ketenagakerjaan menerbitkan surat Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada penyandang disabilitas sebagai pelaku usaha kecil.
Berakhir Happy Ending, Kisah Pendampingan Relawan Tzu Chi
24 Januari 2021Bagai mengurai benang yang kusut. Begitulah gambaran dari tugas yang diemban Denasari dan tim relawan Tzu Chi di Bekasi saat mendampingi keluarga penerima bantuan Tzu Chi atas nama Nova. Nova mengalami pendarahan otak akibat jatuh dari lantai dua.
Ketegaran Menghadapi Ujian Kehidupan
24 Juli 2019Susanti, seorang pejuang penyakit autoimun (penyakit lupus) selama 14 tahun. Pada tahun 2019, dokter mendeteksi adanya tumor otak yang beresiko menyebabkan kebutaan bila tidak segera dioperasi. Sempat putus asa dan pasrah, semangat Susanti akhirnya bisa tumbuh berkat dukungan, bantuan, doa, dan pendampingan dari keluarga dan relawan Tzu Chi.