Bebenah Kampung di Bumi Minang

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
 

foto Tak terkira betapa bahagianya hati Mawarni saat mengetahui rumahnya akan direnovasi. Ia bergegas merapikan pakaian miliknya dan juga pakaian anak-anaknya.

Tiada kata yang dapat terucapkan oleh Mawarni (53) selain ungkapan penuh syukur dan bahagia sewaktu rumahnya resmi dinyatakan mendapat bantuan perbaikan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kota Padang. Program renovasi rumah tersebut dinamakan Bebenah Kampung. Mawarni sendiri adalah satu dari tujuh peserta penerima program ini.

 

Menanti Rumah Baru
Minggu pagi tanggal 12 Desember 2010 sejumlah relawan Tzu Chi Jakarta, Padang, dan beberapa pejabat Pemerintah Kota Padang mengunjungi rumah Mawarni. Jika di pagi hari ibu yang bekerja sebagai buruh cuci itu biasanya sudah pergi dari rumah untuk mencuci di rumah-rumah langganannya, maka hari itu Mawarni tidak pergi kemana-mana. Ia menunggu kedatangan relawan Tzu Chi dan pejabat Pemerintahan Kota Padang yang hendak melihat langsung kondisi rumahnya dan proses renovasi yang sedang berjalan.

Bagi sebagian orang, khususnya para tetangga, rumah Mawarni yang berlokasi di RT 02 RW 3, Kelurahan Purus III, Kecamatan Padang Barat, Padang, Sumatera Barat memang sudah tak lagi layak untuk ditempati. Di antara rumah tetangganya yang berdinding beton, rumah Mawarni masih berdindingkan papan kayu. Itu pun papan kayunya sudah melapuk. Sedangkan lantainya yang berlapis semen itu hanya dilapisi karpet plastik berwarna biru yang jika dilihat sekilas coraknya mirip dengan lantai keramik.

foto    foto

Keterangan :

  • Sejak kebakaran di tahun 1986, Mawarni tak pernah memperbaiki rumahnya. Keterbatasan biaya dan minimnya upah yang ia terima sebagai buruh cuci tak memungkinkan baginya untuk merenovasi rumah. (kiri)
  • Sejak pukul 07.00 WIB, para peserta kegiatan Hari Tzu Chi di Kota Padang telah berkumpul di Taman Budaya Padang yang terletak di tepi Pantai Padang. (kanan)

Sejak tahun 1974, Mawarni telah menetap di rumah warisan orang tuanya ini. Sebelum tahun 1986, kondisi rumahnya sangat berbeda dengan yang saat ini. Semua dalam kondisi yang baik-baik saja. Hingga datang kebakaran besar di tahun 1986. Rumah Mawarni turut menjadi korban amukan si jago merah saat itu. Sejak saat itulah, kondisi rumahnya merosot jauh. Jika rumah para tetangga sudah dapat direnovasi hingga berdinding beton, ia belum sanggup mengganti dinding papan kayunya. Mawarni hanya dapat membangun sekadarnya saja. “Sesanggupnya saja karena uang dari mencuci tidak seberapa,” ungkapnya. Rumah Mawarni terdiri dari 2 kamar tidur, sementara kamar mandi letaknya di luar rumah. Jika musim penghujan tiba, Mawarni bersiap menghadapi atap yang bocor di mana-mana. “Kalau bocor ya diam saja di dalam rumah,” jelasnya.

Sebenarnya, Mawarni sendiri tak begitu mengenal siapa yang hendak membantu memperbaiki rumahnya. “Rumah saya mau dioperasi (diperbaiki -red). Saya percaya saja. Hati ini seneng sekali mendapatkan informasi dari relawan yang tadi datang kalau rumah saya akan direnovasi,” katanya bahagia. Ia pun tidak berharap terlalu banyak bagaimana nanti bentuk rumah miliknya. “Pokoknya ibu dapat tidur dan hati senang karena mereka mau datang untuk membangun rumah,” katanya.

foto  foto

Keterangan :

  • Di penghujung acara Hari Tzu Chi di Kota Padang, semua hadirin bersama-sama melakukan isyarat tangan Satu Keluarga. Sebuah perwujudan bahwa di dunia ini semua manusia berada dalam keluarga besar yang sama.  (kiri)
  • Fauzi Bahar, Walikota Padang menyerahkan penghargaan kepada Tzu Chi yang diwakili oleh Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk berterima kasih atas pendampingan dari Tzu Chi dalam menanggulangi bencana gempa. (kanan)

Hari Tzu Chi Padang
Program Bebenah Kampung yang diadakan di rumah Mawarni ini adalah satu dari beberapa rangkaian kegiatan yang diadakan dalam rangka Hari Tzu Chi di Kota Padang yang dicanangkan oleh Walikota Padang Fauzi Bahar. Pagi itu, relawan Tzu Chi bersama-sama dengan berbagai instansi baik dari Pemerintah Kota Padang, instansi perbankan, dan guru serta siswa-siswi SMA Negeri 1 Padang melakukan kegiatan olahraga bersama dan kegiatan bersih Pantai Padang.

Fauzi Bahar juga mengajak warganya untuk sama-sama menyisihkan dana demi membantu sesama. “Bukan besarnya uang yang menjadi ukuran akan tetapi partisipasi aktif setiap orang untuk membantu sesama itu ukurannya,” katanya. Rangkaian kegiatan lain yang diadakan dalam rangka hari Tzu Chi Padang adalah Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-72. Sedianya, bakti sosial kesehatan ini sudah dilakukan setahun yang lalu. Namun rencana tersebut urung dilaksanakan karena gempa sebesar 7,6 Skala Ricther mengguncang Kota Padang dan sekitarnya, beberapa minggu sebelum baksos dijadwalkan. Namun, jodoh Tzu Chi di Padang untuk mengadakan bakti sosial kesehatan ini pun akhirnya tiba. Sejak tanggal 11-12 Desember lalu, relawan dan tim medis Tzu Chi telah berhasil melaksanakan screening pasien yang hendak mengikuti bakti sosial kesehatan. Dalam screening tersebut, telah terdata ratusan pasien katarak, hernia, sumbing, mayor, dan minor dari Kota Padang dan sekitarnya untuk mengikuti bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-72 dibuka pada tanggal 18-19 Desember mendatang.
  
 

Artikel Terkait

Bersungguh-sungguh Mendalami Sutra Makna Tanpa Batas

Bersungguh-sungguh Mendalami Sutra Makna Tanpa Batas

08 Agustus 2018
Kompetisi isyarat tangan Sutra Makna Tanpa Batas yang diadakan Tzu Chi Indonesia pada Minggu, 5 Agustus 2018 lalu menyisakan cerita-cerita menarik. Di antaranya bagaimana masing-masing He Qi yang jumlahnya delapan tim menyiapkan diri untuk tampil semaksimal mungkin di atas panggung.
Menjalin Jodoh Baik

Menjalin Jodoh Baik

27 September 2011
Dalam kesempatan sosialisasi relawan baru, para relawan pun menampilkan segala aktivitas yang dilakukan oleh para relawan Tzu Chi yang menyangkut 4 misi dan 8 Jejak langkah. Salah satunya kegiatan misi amal yang dilakukan pada bulan Agustus 2011.
Pemberian Bantuan yang Terus Mengalir di Lombok

Pemberian Bantuan yang Terus Mengalir di Lombok

10 Agustus 2018
Hingga saat ini, kondisi cuaca pascagempa di Lombok yang kering membuat masyarakat tidak nyaman. Selain panas yang menyengat, debu reruntuhan bangunan pun masih menyelimuti Lombok. Di posko bantuan, relawan harus menyiram air ke halaman setiap beberapa menit untuk meminimalisir debu yang beterbangan. Walaupun begitu, relawan TTD dan tim medis Tzu Chi tetap berkeliling Lombok untuk memberikan bantuan.
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -