Bedah Buku Belajar Memaafkan

Jurnalis : Lina N A (He Qi Pusat), Fotografer : Lie Ay Ling, Lina (He Qi Pusat)

Agus Mulyadi relawan Tzu Chi yang memandu kegiatan bedah buku menjelaskan tentang Mengapa perlu memaafkan menjadi materi awal. Perlunya memaafkan antara lain untuk mendapatkan hidup tenang, menghindari perselisihan, hati menjadi bersih dan baik untuk kesehatan.

Relawan dari komunitas He Qi Pusat (Xie Li Bogor) berkumpul mengadakan kegiatan bedah buku yang bertemakan “Belajar Memaafkan”. Kegiatan ini dibuka dengan bersama-sama memberikan penghormatan kepada Buddha dan Master Cheng Yen sebanyak tiga kali.

Pada tayangannya Master Cheng Yen menyampaikan “Saat orang lain melakukan kesalahan dan enggan mengakuinya, kita merasa sangat marah. Saya tidak akan memaafkanmu di kehidupan ini. Jika tidak bisa membalasmu di kehidupan ini saya akan melakukannya di kehidupan mendatang. Bayangkan jika membangkitkan kebencian hingga selamanya tidak bisa memaafkan orang lain betapa menderitanya kehidupan seperti itu.” 

Agus Mulyadi yang memandu kegiatan bedah buku ini mengatakan dari tayangan “Belajar Memaafkan”, semua kembali ke berpuas diri, bersyukur, toleransi, dan lapang dada/memaafkan. Relawan pasti sudah belajar dan praktik pada setiap kegiatan Tzu Chi. “Di sini ada pertanyaan, mengapa perlu memaafkan?” ucap Agus Mulyadi di depan 19 orang peserta yang mengikuti kegiatan bedah buku.

Jadi, perlunya memaafkan antara lain untuk mendapatkan hidup tenang, menghindari perselisihan, hati menjadi bersih dan baik untuk kesehatan,” ucap Agus. Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa memaafkan adalah hal yang mudah, salah satunya dengan melihat ada kebaikan dari diri orang lain.

Risna menyampaikan dengan memaafkan diri kita bisa terhindar dari penyakit dan kondisi toxic. Dengan belajar memaafkan Risna mendapat ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan batin bersama keluarga dan orang lain.

Hal negatif bisa saja terjadi bila terlalu pemaaf. Seperti kebaikan kita akan mudah dimanfaatkan orang lain, orang akan bersikap sembarangan pada diri kita.  Master Master Cheng Yen dalam ceramahnya mengatakan hendaklah dapat memaafkan orang lain yang melukai kita dengan tanpa disengaja. Namun, jangan pula menjadi orang yang sangat mudah dilukai oleh orang lain.

Teknologi medis membuktikan bahwa saat marah, adrenalin kita akan meningkat, akumulasi otot tubuh menegang, detak jantung kita meningkat. Jika berlangsung lama akan memengaruhi kondisi tubuh dan menimbulkan masalah. Di bawah pengaruh hormone stres, sistem imun akan mengalami kerusakan.

Mengapa kita harus belajar memaafkan? Pada umumnya kita bukan tidak bisa memaafkan, melainkan enggan memaafkan. Memaafkan orang yang melukai kita tidaklah mudah. Rasa marah, takut dan sedihpun terus bertumbuh dalam pikiran kita saat ada yang melukai kita.

Kapankah pikiran kita bisa terbebaskan? Master Cheng Yen menyampaikan,” Sejak dahulu hingga kini pikiran yang tidak selaras membuat kita terbelenggu utang karma Jika bisa memahami kebenaran, kita bisa menyelaraskan pikiran kita”.

“Dengan memaafkan, saya mendapatkan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan dengan keluarga dan orang lain. Memaafkan membantu diri kita keluar dari kondisi atau lingkungan yang toxic. Selain itu menghindari diri dari penyakit,” ujar Risna menyampaikan pendapatnya.

Levina menyampaikan psharingnya kepada para peserta bedah buku untuk bijak melihat tulus atau tidaknya kebaikan orang. Kebaikan bisa dimanipulasi untuk memanfaatkan kebaikan dari orang lain.

Julianah salah satu peserta menyampaikan pandangannya saat menghadapi masalah keluarga dan berniat menempuh jalur hukum. “Tetapi setelah saya pikir-pikir seandainya pun bisa dipidanakan atau membayar kewajibannya, tetapi pasti akan ada pihak lain yang sakit hati. Dan itu akan menimbulkan masalah dan kebencian lagi, jadi gak pernah selesai. Saya pikir sudahlah, saya  percaya nanti nasib baik akan berpihak dan Tuhan akan berikan jalan terbaik pada saya dan anak saya. Tanpa perlu menuntutnya. Jadi sebenarnya menyimpan kebencian dan dendam itu menguras energi,”jelas Juliana.

Dalam memaafkan ada efek sublimasi. Setelah dilukai, kita belajar untuk mengatasi rasa sakit ini. Jika dapat mengatasinya batin kita akan berkembang dan kelak kita juga dapat menggunakan pengalaman kita untuk menolong orang lain. Ini membutuhkan latihan jangka panjang. Jalan ini bukan jalan yang mudah untuk dilalui.

Janganlah kita membangkitkan rasa benci dan dendam. Kita hendaknya melapangkan hati. Rasa dendam adalah sebersit pikiran. Cinta kasih juga sebersit pikiran.  Dengan belajar memaafkan orang lain kita belajar memaafkan diri sendiri  Memaafkan karena selama ini membiarkan diri menderita terkungkung kebencian, marah dan dendam.

Para peserta berfoto bersama setelah kegiatan bedah buku selesai dilakukan oleh relawan tzu Chi.

Bertempat di Depo Pelestarian Lingkungan  Bogor,  kegiatan bedah buku ini dihadiri 19 orang peserta yang di mulai sejak pukul 10.00 sampai  12.00 WIB.Di akhir kegiatan para peserta memanjatkan doa dan bersama-sama menyanyikan lagu Cinta Damai yang dipandu oleh Lie Ay Ling.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Bedah Buku: Tidak Meremehkan Orang Lain

Bedah Buku: Tidak Meremehkan Orang Lain

13 Desember 2011 Sifat meremehkan orang lain serta tidak sanggup menerima kenyataan bahwa orang lain lebih baik darinya sehingga memberikan tekanan jiwa dan depresi. Ingatlah “di atas langit masih ada langit”, jadi kita tidak berhak untuk meremehkan orang lain.
Bedah Buku: Belajar Mengubah Tabiat Buruk

Bedah Buku: Belajar Mengubah Tabiat Buruk

30 April 2012 Suasana Kota Jakarta yang macet ternyata tidak menyurutkan semangat dari 27 peserta yang hadir malam itu untuk mengikuti kegiatan Bedah Buku yang memang rutin diadakan setiap hari Kamis, berlokasi di Jing Si Books & Café Pluit, Jakarta Utara.
Bedah Buku yang Menginspirasi

Bedah Buku yang Menginspirasi

03 Juli 2014 Dalam bedah buku ini mempelajari tentang bagaimana cara mengunakan waktu dan ingatlah mengatur waktu jangan sampai waktu yang mengatur kita.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -