Bedah Buku: “Ekonomi Waktu” dalam Kehidupan

Jurnalis : Erli Tan (Heqi Utara), Fotografer : Erli Tan (Heqi Utara)
 
 

foto
Tanggal 24 November 2012, bertempat di lantai 1 Gedung 2 Tzu Chi Centre, Pantai Indah Kapuk, diadakan bedah buku. Sebanyak 30 peserta sejak pukul 15.00 WIB telah hadir di sana untuk belajar bersama.

Secara umum, ekonomi dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya dan cara pemanfaatannya agar mendapat hasil semaksimal mungkin. Waktu, tanpa kita sadari, sebenarnya juga merupakan suatu sumber daya yang kita miliki. Setiap orang memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam satu hari, yang membedakannya hanyalah cara pemanfaatannya. Waktu begitu penting dan seringkali kita lupa untuk mempergunakannya dengan bijak. Waktu akan terlewatkan dengan sia-sia bila kita isi dengan melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat. Waktu, Ruang, Antarsesama, adalah tiga hal penting yang dibahas dalam sebuah buku yang ditulis oleh Master Cheng Yen, yaitu “Ilmu Ekonomi Kehidupan”. Buku yang terbit dalam bahasa Mandarin di tahun 2009 ini telah diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia sejak bulan November 2012.

Menyadari pentingnya waktu dalam kehidupan, beberapa komunitas Tzu Chi di Jakarta pun mulai membahas buku tersebut dalam kegiatan bedah buku. Bedah buku adalah suatu kegiatan yang membahas buku, membaca dan belajar bersama, saling memberi inspirasi, sehingga dapat dipergunakan dalam praktek keseharian untuk mengembangkan karakter dan meningkatkan kebijaksanaan. Tanggal 24 November 2012, bertempat di lantai 1 Gedung 2 Tzu Chi Centre, Pantai Indah Kapuk, oleh komunitas Hu Ai PIK kegiatan bedah buku itu pun diadakan. Sebanyak 30 peserta sejak pukul 15.00 WIB telah hadir di sana untuk belajar bersama. Dipandu oleh Po San Shixiong yang sudah berpengalaman dalam bedah buku, para peserta terlihat antusias dan bersemangat.

Membahas mengenai waktu, dalam buku itu Master Cheng Yen mengatakan bahwa di dunia ini terdapat perbedaan kaya dan miskin, terhormat dan terhina, namun setiap orang memiliki waktu yang sama dalam satu hari, yaitu 24 jam, hanya tergantung bagaimana pemanfaatannya. Seiring dengan berjalannya waktu, setiap orang menciptakan karma yang berbeda-beda berdasarkan perbuatannya. Oleh karena itu kita harus dapat memanfaatkannya dengan melakukan kebajikan, dengan demikian berarti kita telah menanam benih kebaikan. Menghamburkan waktu secara sia-sia sama halnya dengan mengurangi usia sendiri.  

foto  foto

Keterangan :

  • Membahas mengenai waktu, dalam buku itu Master Cheng Yen mengatakan bahwa di dunia ini terdapat perbedaan kaya dan miskin, terhormat dan terhina, namun setiap orang memiliki waktu yang sama dalam satu hari, yaitu 24 jam, hanya tergantung bagaimana pemanfaatannya (kiri).
  • Dipandu oleh Po San Shixiong yang sudah berpengalaman dalam bedah buku, para peserta terlihat antusias dan bersemangat (kanan).

Menanggapi kutipan tersebut, setiap peserta memiliki pandangannya masing-masing, tiap orang dengan aktif mengemukakan pendapatnya. Sebagian menceritakan pengalaman pribadinya yang berhubungan dengan waktu. Namun kesimpulan yang didapat adalah bahwa kita janganlah menunda-nunda suatu pekerjaan, waktu tidak menunggu kita, bila sudah berlalu maka ia tidak akan kembali lagi, dan yang tersisa hanyalah penyesalan. Berkenaan dengan itu, ada sebuah Kata Perenungan Master Cheng Yen yang sudah fasih terdengar: “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan”. Po San Shixiong mengatakan, “Berbakti kepada orang tua, kapanpun dibutuhkan, kita harus selalu stand by. Berbakti bisa juga dengan cara tidak membuat mereka kuatir, yaitu menjaga kesehatan diri sendiri, tidak membuat tubuh menjadi sakit, tidak merokok, dan tidak minum minuman beralkohol.”

Kehidupan Berada di Antara Tarikan Nafas   
Buddha mengatakan, kehidupan berada di antara tarikan nafas. Dapat menarik dan menghembuskan nafas dalam satu tarikan inilah letak keberadaan kehidupan. Kita sering mendengar orang berkata, berbuat kebajikan tunggu saat sudah tua saja, tunggu saat sudah mapan baru berbuat kebajikan. Selain itu ada juga kaum muda yang mengira dirinya masih memiliki waktu yang banyak, ada juga yang mengandalkan harta kekayaannya. Padahal tidak ada yang tahu kapan ketidakkekalan itu menghampiri. Sakit dan tua itu belum tentu, tapi mati itu adalah pasti. Ketika meninggal, tidak ada harta yang bisa kita bawa serta. “Namun ada satu cara dimana kita bisa membawa harta tersebut setelah meninggal, ada yang tahu bagaimana caranya? Nah, ada satu orang Shijie yang punya sebuah rumah, rumahnya itu dia jadikan tempat sebagai depo daur ulang. Ada lagi satu Shixiong yang sengaja mengganti mobilnya agar bisa mengantar pasien. Bukankah dengan cara seperti itu, harta sudah bisa dibawa serta?” ujar Po San Shixiong disertai senyuman khasnya.   

foto  foto

Keterangan :

  • Bedah buku adalah suatu kegiatan yang membahas buku, membaca dan belajar bersama, saling memberi inspirasi, sehingga dapat dipergunakan dalam praktek keseharian untuk mengembangkan karakter dan meningkatkan kebijaksanaan (kiri).
  • Dalam bedah buku setiap peserta bisa bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Kegiatan ini menjadi sarana untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman (kanan).

“Kita harus praktek, banyak teori tapi tidak praktek adalah sia-sia. Belajar walaupun sedikit tapi bisa mempraktekkannya adalah luar biasa. Kita harus tetap bersyukur, bila bertemu dengan yang baik, kita ikuti, bila bertemu dengan yang tidak baik, maka jangan diikuti, jadikan itu sebagai contoh yang harus diwaspadai. Dengan bersyukur, maka batin menjadi tenang. Menyucikan hati sendiri dulu, barulah bisa menyucikan hati orang lain,” tutur Po San Shixiong menutup sharingnya.

Salah satu peserta, Eric Shixiong, mengaku mendapat banyak manfaat setelah mengikuti bedah buku ini, “Hari ini saya belajar banyak, mendengar banyak pendapat dari peserta lain saya jadi tahu dengan berbuat baik itu bisa membawa kebahagiaan. Kedua, kita harus bisa melihat segala sesuatu dari sisi positif, bukan melulu melihat kekurangan orang lain. Ke depannya saya akan mencoba berubah menjadi orang lebih bertoleransi,” tuturnya.

Menurut Surya Lie Shixiong sebagai koordinator acara, “Acara bedah buku merupakan suatu ajang yang sangat baik untuk merekrut bodhisattva baru, dan merupakan kegiatan ringan yang bisa diikuti oleh siapa saja, dari anak-anak sampai orang tua. Juga merupakan salah satu cara positif untuk belajar keteladanan Master Cheng Yen melalui karya tulisnya. Kita juga bisa bersama-sama belajar dari berbagai sudut pandang,” ucapnya. Surya Shixiong juga berharap semoga kegiatan bedah buku makin diminati dan makin banyak orang yang ikut dalam kegiatan belajar bersama. Karena waktu sangat penting, maka genggamlah dan manfaatkan dengan baik, jangan biarkan ia berlalu sia-sia. Gan en.

  
 

Artikel Terkait

Kamp 4 in 1: Sebuah Pesan untuk Mewariskan Jalan Kebenaran

Kamp 4 in 1: Sebuah Pesan untuk Mewariskan Jalan Kebenaran

04 Oktober 2024

Stephen Huang, Direktur Eksekutif Relawan Global Tzu Chi berbagi semangat untuk menyamakan persepsi dan menyatukan visi misi agar relawan Tzu Chi terus bisa sejalan dalam berbagi cinta kasih pada sesama.

Kebahagiaan Mengalir di Pademangan Barat

Kebahagiaan Mengalir di Pademangan Barat

25 Juni 2014 Pertengahan bulan Juni, tepatnya tanggal 15 Juni 2014, Syukuran dan Serah Terima Kunci bagi 19 rumah warga Pademangan, Jakarta Utara dilakukan. Kegiatan ini adalah lanjutan dari program bebenah kampung yang dilakukan oleh Tzu Chi.
Gempa Palu: Panas dan Hujan Tak Pernah Menjadi Alasan

Gempa Palu: Panas dan Hujan Tak Pernah Menjadi Alasan

19 Oktober 2018
Dalam kondisi terik maupun hujan, relawan Tzu Chi tetap menyalurkan bantuan bagi warga di Palu, Donggala, dan Sigi. Sore kemarin, Kamis 18 Oktober 2018, hujan deras mengguyur lapangan terbuka di Desa Kavaya, Sindue, Kabupaten Donggala. Setelah hujan mereda, relawan pun akhirnya menyalurkan 98 paket bantuan.
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -