Bedah Buku: Memahami Empat Unsur Semu

Jurnalis : Ang It Nio, Erlina Wang (He Qi Utara 2), Fotografer : Erlina Wang, Aina (He Qi Utara 2)


Sebanyak 33 peserta mengikuti kegiatan kelas bedah buku Wu Liang Yi Jing yang diadakan oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2.

Pada Minggu, 26 Agustus 2018 kegiatan kelas bedah buku Wu Liang Yi Jing (Sutra Makna Tanpa Batas) yang ke-3 kembali diadakan di Ruang Kaligrafi, Gedung Gan En, Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara. Kelas bedah buku kali ini dipandu oleh relawan dari Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 2, Cherry Ramli dan Triana Putri.

 

Kegiatan ini pun dihadiri oleh 33 orang relawan yang ingin mengetahui lebih banyak akan isi dari Sutra Makna Tanpa Batas yang selalu diajarkan oleh Master Cheng Yen. Sutra Makna Tanpa Batas sendiri merupakan Sutra yang sederhana tetapi memiliki arti yang sangat mendalam. Dimana terdapat 3 Bab yaitu Bab Sifat Luhur, Bab Pembabaran Dharma, dan Bab Sepuluh Pahala.

 

“Sebagai orang yang bijaksana ada kalanya kita mendengar menggunakan mata dan melihat menggunakan telinga. Dalam beretika kita harus seperti kaca cembung dijalanan yaitu melihat dari segala sudut yang berbeda, karena kalau dengan kaca datar kita tidak bisa melihat mobil dari sudut kanan maupun kiri, yang bisa kita lihat hanya dari satu sudut saja,” tutur Cherry Ramli.


Cherry Ramli dan Triana Putri, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 2 memandu kegiatan bedah buku.

 

Bedah buku kali ini membahas mengenai Empat Unsur Semu yang terdapat pada Bab Sifat Luhur. Di alam ini yang dapat kita lihat dengan mata ini sesungguhnya adalah perpaduan dari unsur yaitu tanah, air, api, dan udara. Mengapa disebut semu? Karena kosong, tanpa inti, contohnya empat unsur yang ada didalam manusia itu seperti unsur Tanah sama dengan tulang, daging, kulit. Unsur Darah sama dengan air liur, cairan. Unsur Api sama dengan panas tubuh. Dan Unsur Udara sama dengan nafas. 

 

Ketika manusia meninggal, materi dari unsur tersebut akan kembali terurai ke alam. Inilah yang disebut semu karena tidak kekal atau tidak abadi. Maka kita harus memahami kebijaksanaan agung dan memahami segala kebenaran di balik sifat dan ciri dari segala sesuatu. Setelah mempelajari kebenaran Dharma kita mulai bisa membedakan dan menyadari segala kebenaran.


Para peserta bedah buku juga aktif memberikan sharing pada saat kegiatan berlangsung.

Para relawan yang mengikuti kegiatan ini pun menyimak dengan seksama apa yang dijelaskan. Meski demikian para relawan yang hadir masih belum dapat memahami secara menyeluruh. Salah satu relawan yang ikut dalam kegiatan ini adalah Aina. Ia juga membagikan sharing tentang pentingnya tidak meremahkan hal kecil. “Pekerjaan yang sederhana juga bisa memberikan dampak yang luar biasa bagi orang sekelilingnya,” ungkap Aina.

 

Kegiatan bedah buku ini pun memunculkan kesimpulannya bahwa manusia dan semua di alam ini dari ada menjadi tiada, tiada menjadi ada, tidak kekal. Dengan tidak melekat pada keakuan atau keduniawian. Hidup ini sungguh singkat atau pendek, semua akan kita tinggalkan baik itu kecantikan, kekayaan, keluarga, dan hanya perbuatan yang telah kita lakukan yang akan membawa kita ke kehidupan selanjutnya.

 

 

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Bedah Buku: Memahami Empat Unsur Semu

Bedah Buku: Memahami Empat Unsur Semu

21 September 2018

Pada Minggu, 26 Agustus 2018 kegiatan kelas bedah buku Wu Liang Yi Jing (Sutra Makna Tanpa Batas) yang ke-3 di Aula Jing Si, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan ini diikuti oleh 33 relawan Tzu Chi.


Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -