Bedah Buku: Memahami Mazhab Tzu Chi
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)Pada Sabtu, 27 Juni 2015, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat menggelar bedah buku bertajuk “Seputar Pertanyaan Mengenai Tzu Chi” yang dihadiri oleh 32 orang.
Bedah buku kembali diadakan oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat pada Sabtu, 27 Juni 2015 di Kantor Sekretariat He Qi Pusat, ITC Mangga Dua. Bedah buku bertajuk “Seputar Pertanyaan Mengenai Tzu Chi” itu dihadiri oleh 32 orang. Menurut Like Hermansyah, Koordinator Relawan Komunitas He Qi Pusat yang juga mengoordinir acara ini, topik yang diangkat dalam bedah buku ini sangat krusial karena sering kali ada pertanyaan mengenai Tzu Chi yang diajukan oleh masyarakat dan relawan baru. Oleh karena itu, para relawan Tzu Chi diharapkan dapat menjelaskan jawaban dengan pemahaman yang benar.
Hal yang pertama menjadi pembahasan adalah mengenai pos-pos donasi dari para donatur. Yayasan Buddha Tzu Chi tidak mungkin bisa berdiri tanpa dukungan cinta kasih dari para donatur. Perlu diketahui bahwa di Tzu Chi, pos-pos donasi dibagi menjadi tiga, yaitu dana amal, dana operasional, dan dana pembangunan serta dana khusus bencana. Setiap dana berdiri sendiri dan tidak dicampur satu sama lain. Sehingga, setiap donasi untuk amal, seratus persen disalurkan ke yang membutuhkan tanpa dipotong biaya operasional satu rupiah-pun, dan sama halnya dengan dana lain. Sedangkan, dana khusus bencana dibuka jika terjadi bencana dengan skala besar seperti bencana gempa di Nepal. Hal ini ditujukan agar para donatur dapat menentukan sendiri ke mana dia ingin berdonasi dan menyumbangkan cinta kasihnya.
Menurut Koordinator Relawan Komunitas He Qi Pusat, Like Hermansyah, topik mengenai pertanyaan akan Tzu Chi penting untuk dibahas sehingga para relawan memiliki pemahaman yang benar.
Hal kedua yang dibahas adalah mengenai seragam biru putih. Relawan Tzu Chi identik dengan seragam biru putih namun tak semua orang tahu makna di balik warna tersebut. Seragam biru putih menyimpan harapan Master Cheng Yen untuk para relawan. Master Cheng Yen berharap para muridnya bisa melatih diri untuk berlapang dada seluas jagad raya bagaikan langit yang biru, dan memiliki hati dan pikiran suci, murni, jernih tanpa noda batin layaknya warna putih.
Tak hanya itu, Like juga menjelaskan bahwa Tzu Chi adalah ladang pelatihan diri. Dia mencontohkan di depo daur ulang seseorang dapat belajar merendahkan diri. Saat relawan melakukan pemilahan barang daur ulang, sebenarnya relawan tersebut sedang membersihkan kekotoran batinnya dengan melakukan pekerjaan bajik yang sering dipandang remeh oleh orang banyak. “Saat seseorang melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh orang lain, melakukan hal ini adalah salah satu pelatihan diri,” ujar Like.
Wasis Agus Budiono menuturkan bahwa inti dari kegiatan pada hari itu adalah agar para relawan dapat menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatannya.
Like juga mengambil contoh kasus barang depo daur ulang. Semua barang yang didonasikan ke Tzu Chi sudah semestinya dimanfaatkan untuk kepentingan yang luas. Like menghimbau kepada para relawan untuk mendonasikan ke kotak dana jika mengambil barang di depo sehingga dapat tercipta sebuah siklus yang baik. “Polin Shixiong, Koordinator Depo Daur Ulang Muara Karang, setiap tahunnya, mendonasikan dana ke dalam celengan Tzu Chi untuk mengganti barang yang diambil oleh relawan. Depo daur ulang bisa menjadi tempat bagi insan Tzu Chi untuk belajar jujur, displin, dan bersikap benar, juga tempat untuk mengikis lima racun kekotoran batin,” tambah Like.
Saat waktu menunjukkan pukul 11.40, acara bedah buku ini ditutup dengan sharing dari para relawan yang hadir. Salah satunya adalah Lie Herlina yang mengaku dia mendapat pemahaman bahwa mengambil barang depo daur ulang tanpa izin adalah tindakan mencuri. Hal senada juga diungkapkan oleh Rianto. Selain itu, Rianto menyemangati sesama relawan agar dapat terus melatih diri di ladang Tzu Chi.
Menambahi hal itu, Wasis Agus Budiono yang turut hadir menceritakan kesannya. “Intisari dari bedah buku hari ini adalah relawan harus bisa menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan untuk mengikis kekotoran batin dan nafsu keinginan yang disebabkan oleh lima panca indra yang terkondisi oleh faktor luar,” pungkasnya.
Master Cheng Yen yakin di dalam diri setiap makhluk ada hakikat ke-Buddhaan. Cara menumbuhkan hakikat tersebut adalah dengan terus melatih jiwa kebijaksanaan kita sehingga dapat terus bertumbuh dari hari ke hari.