Bedah Buku: Memanfaatkan Waktu dengan Baik
Jurnalis : Lina K. Lukman (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
|
| ||
Sebelumnya Hong Tjhin Shixiong mengajak 32 orang peserta dan juga peserta yang mengikuti kegiatan ini melalui video konferensi dari Singkawang, Kalimantan Barat untuk terlebih dahulu menenangkan hati dengan mendengarkan alunan lembut dari musik Cha Dao (musik yang biasanya mengiringi saat jamuan minum teh) sambil memejamkan mata selama kurang lebih 3 menit. Buku Ilmu Ekonomi Kehidupan ini terbagi menjadi 3 bagian; Waktu, Ruang, dan Hubungan antar sesama. Dimana pembahasan kali ini mengenai bagian yang pertama, yaitu Waktu. “Kalau dulu kita belajar disekolah pasti diajarkan tentang ilmu ekonomi, tapi ilmu ekonomi di Tzu Chi berbeda dengan yang diajarkan disekolah. Karena ilmu ekonomi itu sendiri adalah suatu kata yang berarti mengatur sumber daya yang terbatas, dan sumber daya yang terbatas di dunia ini adalah waktu,” ucap Hong Tjhin. “Bagaimana kita memanfaatkan waktu kita itu membutuhkan kebijaksanaan dalam diri kita, seperti saat kita berpikir bahwa umur kita bertambah 1 tahun tapi Master berpikir umur kita berkurang 1 tahun, kenapa? karena waktu akan tetap terus berjalan dan tidak bisa berhenti,” sambung Hong Tjhin. Waktu tidak dapat diputar kembali, karena itu janganlah selalu menunda dan mengatakan masih ada hari esok, lakukan kebajikan sekarang juga Just do it. Bagi sebagian besar orang ketika berbicara mengenai waktu, selalu berpikir tentang uang (time is money). Tetapi dari pemutaran beberapa film yang menceritakan tentang ketidakkekalan dalam hidup manusia, memberikan arti bahwa “Waktu” bukan hanya tentang uang, tetapi bagaimana kita bisa memanfaatkan dengan bijaksana dan semaksimal mungkin. Seperti yang dikatakan oleh Hong Tjhin, “Waktu bagi seorang yang bijaksana adalah laksana sebutir berlian dan waktu bagi orang bodoh seperti gumpalan awan.”
Keterangan :
Dari beberapa tulisan atau Email ceramah Master mengenai “Hiburan, Penyesalan dan Harapan dalam diri Master”, yang telah diterjemahkan dan dikirim oleh Januar Shixiong dari Tzu Chi Medan, disebutkan bahwa yang merupakan Hiburanbagi Master Cheng Yen adalah “Konsep dan praktek ajaran Buddha telah berhasil diwujudkan oleh insan Tzu Chi di seluruh dunia dengan cinta kasih universal secara nyata (Gan En, Zun Zhong, Ai)kepada masyarakat awam”. Lalu apa yang merupakan Penyesalan Master? “Dalam praktek berkegiatan Tzu Chi, banyak yang hanya tahu untuk sekuat tenaga menghimpun kepintaran dan kemampuan, namun tidak mampu menjernihkan batin sendiri. Sehingga kehilangan jati diri dan membuat jiwa kebijaksanaan tidak dapat tumbuh berkembang, bahkan menjadi mati” ini adalah penyesalan Master. Dan Harapan Master adalah “Agar semua insan Tzu Chi dapat memupuk berkah dan kebijaksanaan secara mendalam, karena pertumbuhan kebijaksanaan tergantung pada upaya diri sendiri dan tidak dapat dipaksakan”. Juga ditampilkan Email tentang mimpi yang dialami oleh Master, yaitu “Master sedang duduk di dalam kereta api yang sedang melaju dengan sangat kencang dan di dalam kereta api itu terdapat seorang lelaki yang memakai jubah kebaktian di atas kereta api dan turun di tengah perjalanan karena hendak berziarah makam, juga ada umat wanita yang sedang bersolek. Saat itu datang seorang pria yang tampak biasa-biasa saja, tidak tampak seperti seorang masinis dan mengatakan bahwa kereta api perlu didorong, saat Master melihat ke bawah gerbong, ternyata gerbong kereta tidak berada diatas relnya. Master lalu mengambil dua batang tongkat bambu untuk mendorong gerbong kereta kembali ke atas relnya, dan pria itu juga ikut membantu Master. Saat itu para umat pria yang turun hendak melakukan ziarah ternyata kembali ke kereta api untuk membantu Master, sampai pada akhirnya roda kereta api bisa kembali ke relnya”. Master menyimpulkan bahwa alam mimpi ini merupakan kondisi saat sekarang ini, seperti kereta api yang dikemudikan oleh seseorang yang bukan merupakan masinis, melambangkan ajaran Buddha yang kadang kala menyimpang karena yang membabarkan Dharma, bukanlah seorang pembabar Dharma yang benar, begitu ajaran Buddha dibuat menyimpang, maka seperti kereta api yang keluar dari relnya dan tidak bisa berjalan lagi.
Keterangan :
Kemudian para lelaki yang mengenakan jubah kebaktian untuk melakukan ziarah, melambangkan kalau umat Buddha sekarang ini lebih banyak yang mencari kebaikan bagi dirinya sendiri tapi kembali lagi untuk membantu Master. Lalu para umat yang senang bersolek, mencerminkan tabiat buruk manusia yang tidak bisa diperbaiki. Kedua batang tongkat bambu yang digunakan untuk mendorong kereta agar kembali ke relnya, melambangkan yang sebatang adalah Berkah dan sebatang lagi adalah Kebijaksanaan. Sharing yang disampaikan oleh Johar Shixiong, “Kita lebih sering untuk mensucikan hati orang lain, tapi kita tidak mensucikan hati diri sendiri”. Lain lagi dengan sharing dari Surya Lie Shixiong, “Beban Master sangat berat dan Master juga selalu mengatakan kalau waktu sudah tidak cukup lagi, karena itu kita sebagai murid Master generasi pertama harus membantu Master meringankan bebannya itu.” Hong Tjhin mengatakan, “Dalam salah satu ceramah Master di Lentera Kehidupan, dikatakan Bersumbangsih sehingga tidak ada ego atau ke-Aku-annya lagi dan bersikap yang sebenarnya, ini barulah murid yang baik, murid yang tidak membuat gurunya khawatir. Jadi ego kita harus benar-benar di nol-kan dan kalau kita bisa seperti itu baru jiwa kebijaksanaan kita dapat tumbuh berkembang dan tidak akan membuat Master khawatir.” “Master juga sering mengatakan sudah tidak keburu lagi, sebenarnya yang tidak keburu itu bukanlah waktunya Master tapi yang tidak keburu adalah waktunya kita. Jadi marilah kita sering-sering praktek dan juga intropeksi diri. Praktek itu bagus tapi alangkah lebih bagus lagi kalau kita juga menumbuh kembangkan kebijaksanaan dalam diri kita,” kata Hong Tjhin Shixiong mengakhiri sharingnya. | |||