Bedah Buku: Mencerahkan di Saat yang Tepat

Jurnalis : Ciu Yen (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)

fotoPada tanggal 16 Januari 2012, sebanyak 37 relawan mengikuti bedah buku di Jing Si Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara.

“Sulit untuk mencerahkan orang di saat yang tepat” merupakan topik bedah buku 20 Kesulitan dalam Kehidupan Bab 18. Materi ini dibawakan oleh Kumuda Yap Shixiong pada tanggal 16 Februari 2012 di Jing Si Books & Café Pluit dengan peserta sebanyak 37 orang.

 

Pada masa Buddha, banyak sekali kisah-kisah yang bisa kita jadikan inspirasi bahwa untuk  mencapai pencerahan itu tidaklah mudah. Adalah berkah yang tak terhingga ketika kita terlahir sebagai manusia dan hidup di zaman yang sama dengan Buddha serta dapat bertemu dengan beliau secara pribadi. Karena Buddha memiliki keistimewaan dengan mata Buddha-Nya beliau mampu mengetahui karakteristik dari semua pendengar dan materi apa yang paling tepat untuk disampaikan. Sehingga, ketika Dharma itu disampaikan pada akhirnya banyak yang memperoleh manfaatnya lalu mencapai pencerahan.

Kita memahami bahwa kehidupan ini adalah penderitaan dan tidak kekal, ada kehidupan pasti ada kematian. Kehidupan ini akan berlalu tetapi hanya karmalah yang akan terus mengikuti. Meskipun demikian, kita harus memahami bahwa sesungguhnya penderitaan itu tidak selalu benar-benar merupakan penderitaan. Terkadang penderitaan itu merupakan awal dari sebuah kebangkitan. Paling tidak, beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika menghadapi kesulitan adalah “renungkan.” Renungkanlah bahwa ini adalah bagian dari karma saya biarlah saya menjalani hingga karma buruk ini selesai. Buddha berkata “pikiran adalah pelopor segala sesuatu”, ketika pikiran kita menolak suatu keadaan maka hanya akan membuat keadaan semakin menderita. Jadi, apapun masalah dan seberapa besar masalah tersebut tergantung dari bagaimana cara kita berpikir dan menyikapi masalahnya. Apakah kita mau mengubah penyebab penderitaan menjadi penyebab pencerahan? Semua itu adalah pilihan.

Meskipun kita tidak hidup di zaman yang sama dengan Buddha, kita tetap harus merasa beruntung. Setidaknya di kehidupan ini kita berkesempatan mendengar Dharma. Ini merupakan sebuah jalinan jodoh yang baik. Kehidupan tanpa penerang Dharma hanya akan membuat kita terombang-ambing dan tersesat dalam ketidakpastian kehidupan ini. Bersyukurlah karena memiliki fisik yang sehat dan berkesempatan mengenal Dharma, karena hanya dengan penerang Dharma-lah yang akan bisa meluruskan pandangan kita yang salah dan memahami prinsip kebenaran.

foto   foto

Keterangan :

  • Bedah Buku ini membahas buku yang berjudul 20 Kesulitan Dalam Kehidupan bab 18, yaitu tentang "Sulit untuk mencerahkan orang di saat yang tepat" (kiri).
  • Kegiatan bedah buku ini rutin diadakan setiap hari kamis pukul 7 malam dengan tema yang berbeda-beda setiap minggunya (kanan).

Di Tzu Chi keberadaan Master Cheng Yen bagaikan penerang Dharma bagi kita, kehadiran beliau sungguh telah banyak memberi inspirasi, mengubah kebiasaan yang tidak baik menjadi kebiasaan baik serta menjadi “teladan” cinta kasih sehingga akhirnya banyak orang yang mulai peduli terhadap orang lain. Yayasan Kemanusiaan Tzu Chi berdiri pada tanggal 14 Mei 1966 berpusat di Hualien Taiwan. Dimulai dari Hualien, Tzu Chi terus menjangkau ke wilayah yang luas. Kini Tzu Chi telah memiliki kantor penghubung di lebih dari 50 negara dan menyalurkan bantuan ke lebih dari 70 negara. Diawali dari 30 orang murid, hingga kini Tzu Chi terdiri dari relawan dengan latar belakang yang berbeda-beda yang melintasi perbedaan agama, ras, bangsa, dan golongan.

Mengapa Tzu Chi Bisa Terus Berkembang?
Ajaran Master Cheng Yen berlandaskan “cinta kasih universal.” Master mengatakan “melihat setiap orang dengan hati Buddha” dimana setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Hanya saja karena adanya kegelapan batin, kita pun membangkitkan ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Kegelapan batin mengakibatkan kita berjalan menyimpang dan jauh tersesat sehingga terus terombang-ambing di enam alam kehidupan. Nafsu keinginan bagaikan ombak yang membuat kita terombang-ambing tanpa tahu di mana tepi kebahagiaan. Karena itu, kehidupan manusia penuh dengan penderitaan. Kini kita telah mendengar Dharma dan menapaki jalan Bodhisatwa. Karenanya, kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Kita harus bersatu hati dan mendekatkan diri dengan hati Buddha.

Untuk menjadi dekat dengan Dharma kita memerlukan metode terampil, namun metode pada setiap orang tidaklah sama karena setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda. Setelah mencapai penerangan sempurna selama 42 tahun pertama Buddha membabarkan berbagai metode terampil untuk mengatasi 84.000 kekotoran batin makhluk hidup. Umat Buddha hendaknya mempraktikkan jalan Bodhisatwa (cinta kasih, welas asih, rasa simpati dan keseimbangan batin). Tzu Chi pun membuka metode terampil dimulai dari misi amal hingga kini berkembang menjadi empat misi dan delapan jejak langkah, ketika melihat penderitaan kita memahami dan menyadari kebenaran ajaran Buddha melalui praktik. Jika kita tidak memanfaatkan penderitaan yang “berwujud” untuk melatih diri bagaimana kita mampu melenyapkan kekotoran batin yang “tak berwujud” dan membuktikan kebenaran ajaran Buddha.

Nirvana adalah padamnya “Aku.” Keadaan dimana ego telah padam, dimana tiada lagi mementingkan diri sendiri. Di Tzu Chi kita bisa berkontribusi untuk dunia, karena “kita semua adalah satu keluarga”. Semakin banyak dan semakin sering keburukan dilakukan, semakin jauh dari Dharma. Semakin banyak kebaikan dilakukan, semakin dekat dengan Dharma.Itu adalah hukum alam. Karena itu, Master Cheng Yen selalu meminta kita agar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk melakukan kebajikan.

Buddha berkata, “seseorang tidak dapat dikatakan dekat denganKu, hanya karena setiap hari dekat bersamaKu dan memegang ujung jubahKu. Tapi, mereka yang jauh dariKu namun mengikuti ajaranKu maka ia adalah orang yang dekat denganKu.” Sama halnya, meskipun kita berada jauh dari Master. Tapi jika kita mengikuti apa yang Master ajarkan, maka kita akan merasa dekat dengan beliau.

  
 

Artikel Terkait

Internasional: Kunjungan ke Desa Cinta Kasih

Internasional: Kunjungan ke Desa Cinta Kasih

07 Juli 2010
Pada tanggal 20 Juni lalu, Presiden Taiwan Ma Ying Jeou berkunjung ke desa yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi untuk korban Topan Morakot tahun lalu.
Menghimpun Koin-Koin Cinta Kasih

Menghimpun Koin-Koin Cinta Kasih

07 Maret 2017

Pada Sabtu, 04 Maret 2017, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengumpulkan celengan cinta kasih yang tersebar di beberapa wilayah di Tanjung Balai Karimun. Kali ini relawan menuju ke Sekolah Vidya Sasana.

Banjir Jakarta:Banjir Pasti Berlalu, Cinta Kasih Tetap Di Hati

Banjir Jakarta:Banjir Pasti Berlalu, Cinta Kasih Tetap Di Hati

30 Januari 2013 Puluhan warga yang telah dievakuasi sejak hari pertama banjir, telah memadati Posko Yayasan Buddha Tzu Chi di Jalan Pluit Indah. Para korban banjir mengambil bantuan sembako dan makanan, ada juga korban mengambil obat-obatan yang telah disediakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -