Bedah Buku: Mengikis Noda Batin

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Anand Yahya
 
 

fotoSebanyak 27 peserta yang terdiri dari relawan, karyawan DAAI TV dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengikuti kegiatan bedah buku dengan tema "Pertobatan Air Samadhi".

Sinar mentari sudah tidak tampak lagi saat kaki saya melangkah ke depan Lift  gedung ITC,  tempat bedah buku diadakan yaitu di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di ITC Mangga dua, Lt. 6, Jakarta. Suasana penuh Khidmat sangat terasa saat saya memasuki salah satu ruangan lokasi bedah buku Pertobatan Air Samadhi kedua yang diadakan pada hari kamis, 24 November 2011 pada pukul 17.25 WIB.

“Selamat sore Shixiong-Shijie, mari kita saksikan tayangan video Sanubari teduh dari Master Cheng Yen,”  demikian  Hendry Cahyadi Shixiong menyapa para hadirin di acara bedah buku yang dihadiri oleh 27 peserta dari 4 He Qi (Utara, Barat, Timur, dan Selatan),  staf DaAi TV dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Membersihkan Kekotoran Batin
Noda batin manusia itu ibarat debu yang sangat kecil, tipis dan banyak jumlahnya. Debu-debu ini tetap dapat menembus celah jendela dan pintu kamar yang tertutup rapat selama beberapa hari. Demikian juga noda batin manusia saat menempuh kehidupan di dunia maka batin manusia menjadi penuh dengan noda yang disebutkan Master Cheng Yen sebanyak 84.000 (hampir setara dengan 1 hari = 86.400 detik).

Begitu banyaknya kekotoran noda batin manusia sehingga kita perlu melakukan pertobatan. Maksud dari bertobat ini bukanlah  pergi ke tempat ibadah dengan cara membaca naskah “Pertobatan ”.  Esensi terpenting dari Pertobatan Air Samadhi adalah menyampaikan rasa bersalah secara “terbuka” dan mengungkapkan rasa penyesalannya kepada orang lain untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.    Setiap manusia perlu bertobat sebab  sejak lahir sampai sekarang , semua anggota tubuh manusia dan ucapan dan pikiran, tidak ada yang tidak berbuat dosa (melakukan karma buruk). Oleh karena itu sangatlah perlu melakukan pertobatan yang tulus .

Ada pun yang menyebabkan timbulnya noda-noda batin manusia ada 3 hal: kerisauan, karma, dan buah karma. Oleh karena itu perlu adanya Dharma.  Sebab Dharma  bagaikan air yang  mampu membersihkan kekotoran noda batin manusia. Batin yang bersih mampu menyerap Dharma dengan baik sehingga dapat mendalami Dharma (Kebenaran)  dan akhirnya dapat meningkatkan kebijaksanaan.

foto  foto

Keterangan :

  • Kegiatan bedah buku ini dibawakan oleh Hendry Chayadi Shixiong, yang sehari-hari bertugas di DAAI TV dan menerjemahkan ceramah Master Cheng Yen ke dalam bahasa Indonesia.(kiri).
  • Para peserta sangat bersyukur dengan pembabaran Dharma dari Master Cheng Yen tentang Mempraktikkan Jalan Kebajikan. (kanan).

Di dalam Dharma kita harus  menjalankan 5 sila, yaitu:  “Tidak Membunuh ,  Tidak Mencuri, Tidak Berbuat Asusila , Tidak Berbohong, dan Tidak Minum-minuman Keras” . Namun, kita hendaknya dapat  mempraktekkan 10 kebajikan yang dirangkum dari melakukan kebajikan oleh “Tubuh, Ucapan, dan Pikiran”. 

Adapun melakukan 3 Kebajikan oleh tubuh jasmani: tidak membunuh, tidak mencuri, dan tidak berbuat asusila, kemudian menjaga ucapan (perkataan) kita dari 4 hal: tidak berkata-kata yang kasar, tidak bergunjing, tidak berdusta, dan tidak berkata-kata kosong. Sedangkan dari pikiran yang harus dilakukan adalah mengikis 3 hal: “Kesombongan, Kebencian, dan Kebodohan” (kegelapan batin).

Terlahir sebagai manusia, sebagai makhluk yang termulia dari semua makhluk, kita harus dapat menggunakan setiap kesempatan  untuk membina diri dengan baik dengan  menanamkan 3 sifat utama di dalam batin, yaitu:

  • Kesetaraan : Memandang semua makhluk adalah setara (sama)
  • Terunggul :  Menjaga batin agar mawas diri
  • Pendalaman: Mendalami Dharma

Pada saat batin manusia terbebas dari kekotoran noda itu dapat disebut memiliki sifat hakiki setara Budha. Ketika kondisi batin yang tenang tanpa kerisauan, dunia akan dipenuhi kedamaian dan kehidupan manusia akan dipenuhi keharmonisan. Hal yang terpenting adalah menjaga batin dari kesombongan seperti kisah mahaguru Wu Da yang dalam 10 x reinkarnasi kehidupannya selalu berbuat kebajikan, namun karena memiliki keangkuhan hati sehingga pintu karma terbuka dan karma buruk dapat berbuah. Kesombongan dapat mengikis habis semua karma baik yang dimiliki.  

foto  foto

Keterangan :

  • Batin yang bersih mampu menyerap Dharma dengan baik sehingga dapat mendalami Dharma (kebenaran) dan akhirnya dapat meningkatkan kebijaksanaan. (kiri).
  • Menghadiri acara bedah buku dan Jing Si Talk secara rutin sangatlah penting, sebab menjadi vitamin dan nutrisi batin yang akan berbuah kebijaksanaan. (kanan).

Para peserta sangat bersyukur dengan pembabaran Dharma dari Master Cheng Yen tentang Mempraktikkan Jalan Kebajikan.  Saya juga sangat terkesan dengan pencerahan dari buku Pertobatan Air Samadhi yang ditulis oleh Mahaguru Wu Da,   yang dipaparkan dengan lugas oleh Hendry Shixiong .

Tepat pukul 19.28 WIB acara bedah buku ini ditutup oleh Wen Yu Shijie dengan  harapan agar setiap orang dapat memperoleh manfaat  dari kegiatan bedah buku ini dengan mendapat peningkatan kebijaksanaannya. Master Cheng Yen senantiasa mengingatkan insan Tzu Chi dalam melakukan kegiatan-kegiatan kebajikan di jalan Bodhisatwa, kita harus bersumbangsih tanpa pamrih dan dengan tulus agar tidak timbul kemelekatan, sebab perbuatan baik yang dilakukan juga dapat menghalangi menuju jalan pencerahan apabila ada kemelekatan di dalamnya. Sebagai seorang Bodhisatwa (orang yang suka menolong orang lain dan membimbing orang lain untuk berbuat kebaikan), harus dengan batin yang tulus melakukan dan senantiasa membimbing orang lain turut  serta melakukan kebajikan.  Melakukan kebajikan dengan tulus maka batin akan menerimanya dengan sukacita sebab  batin menjadi semakin tenang tanpa beban bila kita memberi dengan tulus ikhlas.    

Kita harus senantiasa menyadari, menghargai dan menciptakan berkah di ladang kebajikan Tzu Chi. Kehidupan yang penuh berkah dan kepuasan adalah ketika mampu menjadikan kegembiraan orang lain menjadi kegembiraan diri sendiri serta menjadikan keberhasilan orang lain sebagai kebanggaan diri sendiri. Lakukanlah hal-hal yang benar tanpa ragu-ragu dan jangan berhenti di tengah jalan. Walaupun kehidupan dapat berakhir, namun kemilau cahaya kesadaran jiwa akan menerangi alam kehidupan. Inilah makna kehidupan yang sesungguhnya.

Menghadiri acara bedah buku dan Jing Si  Talk secara rutin sangatlah penting, sebab menjadi vitamin dan nutrisi batin yang akan berbuah kebijaksanaan. Hikmah kebijaksanaan yang baik akan dimiliki oleh mereka yang bertekad untuk mempraktikkan Dharma secara nyata dalam kehidupannya, terutama saat melakukan kegiatan-kegiatan kebajikan di Tzu Chi.  Atasi kesombongan dengan berdana, atasi kebencian dengan welas asih dan atasi kegelapan batin (kebodohan) dengan kebijaksanaan.

  
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Tekad Tulus Ingin Membantu Sesama

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-117: Tekad Tulus Ingin Membantu Sesama

29 Maret 2017

Melihat kesungguhan relawan kala proses baksos berlangsung, Suhendra mengaku tidak terbiasa. “Kami diperlakukan sangat baik sama bapak dan ibu di sini. Mereka (relawan Tzu Chi) tidak hanya merawat pasiennya tapi juga memperhatikan keluarga pasien. Seperti kami kemarin disediakan makan, diingatkan juga untuk makan, semua dengan ramah,” kata sopir angkutan umum Kota Bogor ini sembari tersenyum.

Lembaran Baru Warga Palu

Lembaran Baru Warga Palu

06 Agustus 2020

Hingga 29 Juli 2020, Yayasan Buddha Tzu Chi telah menyerahkan 662 unit rumah kepada warga yang sudah melalui proses verifikasi dan pengundian nomor rumah. Selain rumah, di perumahan ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum seperti balai warga, sarana ibadah, dan sekolah.

Peduli Merapi : Tahap Demi Tahap

Peduli Merapi : Tahap Demi Tahap

09 November 2010
Setelah bantuan tahap pertama dan kedua diserahkan kepada korban letusan di daerah Sleman, pada tahap ketiga ini relawan Tzu Chi Jakarta bergerak ke daerah Magelang, tepatnya di daerah Muntilan Jawa Tengah. Sebanyak 2.000 paket bantuan disiapkan untuk diberikan kepada para korban di beberapa lokasi pengungsian.
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -