Bedah Buku: Menjaga Kondisi Batin

Jurnalis : Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)

fotoKamis 23 Februari 2012, para relawan mengikuti bedah buku dengan tema "Sulit untuk tidak terpengaruh oleh kondisi luar".

Kamis, 23 Februari 2012, bertempat di Jing Si Books & Café Pluit diadakan bedah buku untuk melanjutkan pembahasan terdahulu pada buku 20 Kesulitan dalam Kehidupan. Bedah buku kali ini telah mencapai pembahasan Bab 19 dengan tema, “Sulit untuk tidak terpengaruh oleh kondisi luar”. Pada bedah buku kali ini, kami meminta Djohan Kurnia Shixiong, relawan senior Tzu Chi yang juga seringkali menjadi penerjemah dalam acara Dhamma Talk, sebagai pembicara bedah buku ini.

Sebagai awal pembahasan, Djohan Kurnia Shixiong menjelaskan apakah yang dimaksud dengan pikiran. Sebenarnya kita pasti bertanya bagaimana hubungan batin dengan kondisi luar. Kita perlu menyadari pikiran atau batin kita selalu dipengaruhi kondisi luar yang ada disekiling kita. Setiap saat batin kita berproses terhadap kondisi semua hal yang berada di luar diri kita. Sebagai umat awam kita mempunyai dualisme, ada rasa suka dan ada rasa tidak suka, dan inilah yang membuat kita terpengaruh oleh kondisi luar. Sebagai contoh, pada saat kita berada dalam ruangan yang panas ataupun dingin batin kita pasti terpengaruh bahkan tidak dapat berkonsentrasi terhadap hal yang ingin kita lakukan.

Merupakan suatu kesulitan bila kita tidak dapat memahami penderitaan, dalam proses pembelajaran kita pasti mengalami berbagai hal termasuk hal-hal yang baik maupun hal-hal yang buruk, dapatkah kita memahaminya? Kita tidak menyadari kesibukan dari pikiran kita. Kita harus memberikan kesempatan pada batin kita untuk tidak tergantung pada kondisi luar.       

Hui Ke sebagai guru Zen di Tiongkok dalam pengembaraannya mencari ajaran kebenaran, ia berjalan ribuan mil dan berlutut dalam cuaca salju selama 7 hari 7 malam dan bahkan memotong lengannya untuk menunjukan keteguhan hatinya. Pada akhirnya, ia mendapat jawaban yang bijaksana dari gurunya: “Berpikir bukan dari apa yang datang sebelumnya dan berpikir bukan dari apa yang datang sesudahnya.” Itulah sebabnya kita harus fokus dalam pengejaran menuju pencerahan. Karena jika kita tidak dapat meninggalkan keinginan, kesenangan dan menanggung penderitaan demi pengajaran, maka pikiran dapat berubah bersama dengan kondisi luar.

foto   foto

Keterangan :

  • Djohan Kurnia Shixiong, salah satu relawan senior Tzu Chi ini membawakan sharing bedah buku di Jing Si Books & Cafe Pluit (kiri).
  • Sebanyak 38 relawan mengikuti acara bedah buku yang rutin diadakan setiap hari Kamis malam ini (kanan).

Di sisi lain, Sang Buddha yang terlahir sebagai putra raja yang memiliki harta yang berlimpah dengan tegas meninggalkan segalanya untuk mencari ajaran kebenaran dan berhasil menjadi Buddha dan membabarkan Dharma demi kita semua, hendaknya kita harus menyadari bahwa belajar Dharma perlu usaha bahkan memerlukan pengorbanan.

Keserakahan merupakan awal petaka, pada zaman Sang Buddha, saat Beliau dan muridnya Ananda melakukan perjalanan  menemukan uang perak yang berkilauan. Buddha berkata , “Ananda, ada ular berbisa!”. Lalu mereka melanjutkan perjalanan seolah-olah tidak melihat apa-apa. Di belakang sang Buddha ada seorang ayah dan anak yang mengetahuinya dan mengambil uang tersebut. Karena keserakahan akhirnya ayah dan anak tersebut dijatuhi hukuman mati, karena ternyata itu adalah uang kekayaan Negara yang sebelumnya dicuri oleh para penjahat dan menyembunyikan di tempat tersebut. Sang ayah menghela napas dengan berat lalu berkata pada anaknya, “Nak, benar-benar ular berbisa, dan kita telah digigit olehnya!”. Raja yang mengetahui gambaran tentang kejadian itu tahu bahwa arti dari kata-kata mereka sangat dalam dan  bukanlah datang dari mulut seorang petani.

Raja adalah seorang pemeluk agama Buddha dan merasa seseorang yang berkesampatan mendengar ucapan Buddha pasti ada jodoh. Karena mereka tidaklah sengaja mengambil uang tersebut, maka Raja pun mengampuni mereka. Inilah yang membedakan orang awam dan orang bijaksana yang tidak mudah terpengaruh oleh kondisi luar. Karena suatu perbuatan dilandasi keserakahan muncul karma, buah karma akan muncul sesuai dengan kondisi batin. Semua berawal dari pikiran dan Master Cheng Yen  mengatakan agar badan jasmani melakukan hal yang berguna.

Agar tidak terpengaruh oleh kondisi luar Sang Buddha mengajarkan delapan unsur jalan mulia, dimana salah satunya adalah konsentrasi benar. Banyak yang bisa kita lakukan untuk dapat melatih konsentrasi benar tentunya kita harus banyak belajar termasuk mengikuti bedah buku dan sering melatih meditasi, sehingga batin kita dapat mencapai kondisi tenang sesuai dengan pemberian nama tempat dilaksanakannya bedah buku ini yaitu Jing Si yang berarti kondisi batin yang tenang.    

  
 

Artikel Terkait

Perhatian Tzu Chi Sinar Mas pada Para Penyandang Tunanetra

Perhatian Tzu Chi Sinar Mas pada Para Penyandang Tunanetra

12 Mei 2020

Tzu Chi Sinar Mas mengulurkan tangan bagi teman-teman tunanetra yang saat ini kesulitan mencari nafkah dampak dari wabah corona. Pada 8 Mei 2020, Tzu Chi Sinar Mas memberikan paket sembako cinta kasih kepada 127 keluarga tunanetra.

Suara Kasih: Menginspirasi Lebih Banyak Bodhisatwa

Suara Kasih: Menginspirasi Lebih Banyak Bodhisatwa

03 Desember 2012 Pada saat yang bersamaan, kita juga mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun. Usai acara Pemberkahan Akhir Tahun, kita akan menyambut tahun yang baru. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Seiring berlalunya waktu satu hari, usia kehidupan kita juga berkurang satu hari.
Kunjungan Kasih untuk Lansia Desa Besiq dan Bermai

Kunjungan Kasih untuk Lansia Desa Besiq dan Bermai

17 November 2022

Para Lansia dan penyandang disabilitas di Desa Besiq dan Desa Bermai, Kec. Damai, Kab. Kutai Barat mendapat bantuan dari relawan Tzu Chi berupa beras, minyak goreng, gula, dan handuk.

Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -