Bedah Buku: Menyuguhkan dengan Hati
Jurnalis : Erli Tan (Heqi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara) Bertempat di Jing Si Books & Cafe Pluit, Kamis, 3 Mei 2012 berlangsung bedah buku yang dibawakan oleh Xie Guo Xiang Shixiong yang didampingi oleh Djohan Kurnia Shixiong dan Livia Lie Shijie sebagai penerjemah. |
| ||
“Saya sangat senang punya kesempatan untuk sharing di sini. Sebagai ketua konsumsi, bukan berarti saya paling hebat, tapi karena ada kerjasama dari banyak orang, sehingga pekerjaan bisa terlaksana dengan baik,” ujar Xie Shixiong yang selama dua bulan ini sudah mensosialisasikan masakan vegetarian di dapur Jing Si PIK yang diadakan dua kali dalam seminggu. Mengangkat tema “Menyuguhkan dengan Hati”, Xie Shixiong menjelaskan bahwa prinsip dasarnya adalah Zhen (Benar), Shan (Bajik), Mei (Indah). “Ketiga prinsip ini adalah prinsip Master Cheng Yen yang paling dasar, Master selalu menghendaki segala sesuatunya agar ditampilkan secara Zhen-Shan-Mei, termasuk hidangan makanan, dihidangkan dengan Zhen-Shan-Mei, sederhana dan tidak rumit,” tuturnya. Prinsip Kesetaraan Dengan penuh semangat Xie Shixiong mengungkapkan setiap buah pikiran yang ada di benaknya dengan menggunakan bahasa Mandarin. Melalui cara penyampaian yang menarik dan gaya bahasa yang enak didengar, peserta yang hadir merasa sangat bersyukur bisa mendengarkan sharing yang sangat bermanfaat. “Kita semua sayang kepada Master Cheng Yen, karena sayang tentu kita mau patuh kepada Master. Ada yang bertanya, mengapa makan nasi juga harus memakai sumpit? Tzu Chi adalah wadah pelatihan diri, makan juga merupakan salah satu sarana melatih diri. Biasanya seorang suami akan memiliki banyak tuntutan terhadap istrinya, begitu juga sebaliknya. Masing-masing menuntut agar pihak lain memiliki sikap yang ideal, dibandingkan dengan memegang sumpit makan nasi, manakah yang lebih sulit? Bila memegang sumpit, hal yang begitu sederhana saja kita tidak sanggup lakukan, bagaimana mungkin kita bisa melakukan hal-hal lain yang lebih besar dan rumit? Ini juga merupakan salah satu sarana pelatihan diri.”
Keterangan :
Xie Shixiong juga memberi beberapa tips, seperti menempelkan Kata Perenungan di pintu rumah, atau di mobil, agar dapat berfungsi sebagai pengingat dan penuntun hidup kita. Selain itu ia juga menghimbau agar kita dapat menggunakan sikap Gan En (bersyukur), Zun Zhong (menghormati), Ai (cinta kasih) yang selama ini kita praktikkan terhadap penerima bantuan dan sesama relawan, agar dapat kita praktikkan juga terhadap orang-orang dekat kita yang kita kasihi, yaitu orang tua, pasangan, saudara, dan lainnya. Dengan demikian maka keluarga kita tentunya akan lebih harmonis dan bahagia. Adanya Jodoh dan Hubungan Sebab Akibat Pentingnya saling Gan En, Zun Zhong, dan Ai antara suami dan istri juga ditekankan oleh Xie Shixiong. “Misalnya istri sudah susah payah menyiapkan makanan, sebagai suami hindari mengatakan ‘makanannya tidak enak’ karena ini akan menyinggung hati istri. Mungkin bisa diganti dengan ‘makanan ini enak, tapi akan lebih enak lagi kalau garamnya dikurangi sedikit’. Ucapkanlah kata-kata yang positif, hindari kata-kata negatif yang bisa menyinggung perasaan. Dengan arti kalimat yang sama, tapi hasil yang diperoleh sangat berbeda. Selalu ingat 4 sup Tzu Chi : Zhi Zu (kenal puas), Gan En (bersyukur), Shan Jie (berpengertian), Bao Rong (berlapang dada). Wu kuan bu ru xin kuan (lebih baik memiliki lapang dada daripada rumah yang lapang). Karena kondisi hati yang lapang, walaupun rumah sempit, tapi tetap bisa bahagia.”
Keterangan :
“Pepatah mengatakan Fu qi tong xin, ni tu bian huang jin (bila suami istri sehati, lumpur pun bisa menjadi emas). Tidak ada orang yang sempurna, kita hanya perlu mengubah sudut pandang kita, misalnya gelas yang retak di satu sisi, kita putar dan lihat dari sisi lain, maka gelas tersebut akan tetap terlihat sempurna.” Xie Shixiong kemudian memperlihatkan sebuah kertas putih yang di tengahnya ada bulatan hitam dan kecil, ia pun bertanya, “Apa yang Shixiong-Shijie lihat di kertas ini? Pada umumnya orang akan melihat noda hitam yang kecil itu, padahal putihnya jauh lebih banyak. Kita jangan hanya melihat kekurangan yang cuma 1% dan mengabaikan 99% yang putih. Seperti suami-istri, bila masing-masing berkontribusi sebanyak 50%, bukankah sudah menjadi sempurna 100%? Katakanlah masing-masing sempurna 80%, bila digabung, bukankah sudah mendapat nilai sempurna 160%? Jangan menuntut suami atau istri untuk menjadi sempurna 100%. Syukurilah apa yang kita miliki.” Setiap kali ada yang mengeluh mengenai suami, istri, atau anak, Master Cheng Yen akan menjawabnya secara positif. Misalnya istri yang mengeluh suaminya pulang malam, Master akan menjawab ‘sudah bagus pulang jam 11, daripada jam 1 pagi’. Kalau ada yang mengeluh suaminya pulang jam 1, Master menjawab ‘sudah bagus pulang jam 1, daripada pulang saat langit sudah terang’. Dan bila ada yang mengeluh suaminya pulang pagi, Master akan menjawab ‘sudah bagus dia ada pulang’. Kita harus melihat dan menghargai apa yang kita miliki, bukan apa yang tidak kita miliki. Seperti Xie Kun Shan Shixiong yang melihat fisiknya sendiri, bahwa ia masih memiliki satu tangan, satu kaki, satu mata, dan satu mulut untuk berkarya. Yang dia lihat adalah apa yang masih dimilikinya, ia tidak mengeluh atas kekurangannya. Xie Shixiong kemudian melanjutkan, “Master mengatakan, tubuh kita adalah wu jia zhi bao, pusaka yang tak ternilai, sehingga kita hendaknya merasa penuh berkah. Kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Untuk mengganti sebuah gigi saja itu tidak murah, atau operasi mata, cangkok ginjal, dan lain-lain, semuanya sangat mahal dan harus menunggu hingga mendapatkan yang cocok. Kalau dihitung-hitung, berapakah harga tubuh kita? Sangat mahal dan bahkan tak ternilai. Karena itu kita hendaknya Gan En kepada orang tua kita yang telah memberikan tubuh ini, Gan en kepada mertua yang memberi suami atau istri yang hebat kepada kita.” Jam sudah menunjukkan pukul 9 lewat, tapi peserta masih betah duduk dan mendengar sharing Xie Shixiong, seakan-akan masih banyak yang ingin didengar. “Bila semangat Master ada di dalam hati kita, kita akan bisa melaksanakan apa yang Master inginkan. Master menyayangi dan mau menolong orang yang menderita, tapi, Master lebih menyayangi kita, murid-muridnya,” ucap Xie Shixiong menutup sharing-nya. Acara Bedah Buku kemudian ditutup dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen, dan tidak lupa setiap peserta yang hadir juga mengucapkan Gan En kepada Xie Shixiong atas sharing darinya yang begitu indah. Gan En. | |||
Artikel Terkait
Menciptakan Berkah dan Menjalin Keakraban dalam Kemeriahan Imlek
03 Februari 2023Relawan Tzu Chi Pekanbaru komunitas Hu Ai Pekanbaru Utara mengadakan gathering Imlek di Kantor Tzu Chi Pekanbaru pada Selasa, 31 Januari 2023. Kegiatan ini dihadiri 80 peserta yang terdiri dari relawan bersama keluarga.
Menyongsong Masa Depan yang Lebih Cerah
19 Juni 2018Minggu 3 Juni 2018 merupakan hari di mana anak-anak asuh Teratai dari He Qi Pusat berkumpul. Acara yang dilaksanakan di ITC Mangga Dua lantai 6 tersebut berlangsung secara sederhana namun penuh dengan nilai-nilai budaya humanis Tzu Chi.
Dukungan Pengusaha Peduli NKRI Dalam Penanganan Wabah Covid-19
06 April 2020Hari ini, Senin, 6 April 2020, para pengusaha yang bernaung di Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dan tergabung dalam Pengusaha Peduli NKRI menyerahkan bantuan alat medis dalam penanganan wabah Covid-19 di Indonesia kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.