Bedah Buku: "Merasakan"

Jurnalis : Ciu Yen (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

foto“Sebenarnya topik ini datang dari ide Po San Shixiong. Kita banyak membahas tentang The Power of Now, The Power of Love, The Power of Mind, hingga akhirnya terlahirlah ‘Mind Spa’,” ungkap Ji Shou Shixiong memulai sharing-nya.

Lelah secara fisik cukup dengan istirahat maka kondisi fisik akan segera pulih kembali. Namun, bagaimana jika “mind” (pikiran) kita yang lelah? Mengangkat  topik  “Mind Spa”, sebelum mulai saya masih ingat pertama kali membawakan topik tentang “Mind Spa” di Pluit 2 tahun yang lalu. “Sebenarnya topik ini datang dari ide Po San Shixiong. Kita banyak membahas tentang The Power of Now, The Power of Love, The Power of Mind, hingga akhirnya terlahirlah ‘Mind Spa’,” ungkap Ji Shou Shixiong memulai sharing-nya.

 

 

Setiap hari kita bisa lihat melalui berita atau koran banyak hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Semua hal itu karena manusia terlalu “pintar berpikir” dan “melekat” terhadap pikiran itu hingga akhirnya mereka terjebak ke dalam pikiran mereka sendiri. Mereka tidak bisa menerima perubahan dari setiap keadaan dan terkadang menyebabkan seseorang menjadi depresi. Depresi saat ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja namun juga dialami oleh para remaja. Saat ini terutama di negara maju dan berkembang depresi seolah-olah telah menjadi tren. Contohnya, akhir-akhir ini kita sering mendengar beberapa kasus bunuh diri yang dilakukan oleh remaja ataupun orang tua. Mengapa sebenarnya hal ini bisa terjadi? Semata-mata karena “ego” batin kita tidak bisa menerima kenyataan hidup. Hati kita pun selalu berpikir tentang untung dan rugi, suka dan tidak suka. Kita tidak mau belajar untuk menerima, meskipun kita menyadari bahwa kehidupan ini terus berproses dan mengalami perubahan. Itulah sebabnya mengapa batin kita tidak bisa merasakan kebahagiaan dan menjalani kehidupan ini dengan sengsara.

Lalu bagaimana agar kita bisa bahagia setiap saatnya? Semua berawal dari “pikiran.” Pertama-tama perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah “pikiran” itu sebenarnya ada dimana? Kita harus memahami tubuh ini terlebih dahulu, apa yang ada di dalam otak kita, apa yang kita pikirkan setiap harinya dan apa yang membuat kita tidak bahagia. Manusia mempunyai dua belah otak yaitu otak kiri dan otak kanan. Mereka mengurusi hal yang berbeda dan bisa dikatakan mereka punya kepribadian yang yang sangat berbeda. Meskipun demikian, keduanya sangat penting. Otak kiri adalah matematika, bahasa, membaca, menulis, logika, urutan, sistematis, dan analitis. Sedangkan otak kanan adalah kreativitas, konseptual, inovasi, gagasan, gambar, warna, musik, irama, melodi, dan bermimpi. Di sini Lim Ji Shou Shixiong juga memberikan tes kepada peserta yang hadir untuk mengetahui apakah kita cenderung berpikir dengan otak kiri atau otak kanan? Melalui tes tersebut terbukti  bahwa kita cenderung berpikir dengan otak kiri, cenderung berpikir secara logika. Kita tidak merasakan hal-hal yang ada di sekitar kita itulah yang membuat kita tidak bahagia. Karena sesungguhnya pencarian kita dalam kehidupan ini adalah emosional. Tapi setiap harinya kita selalu berpikir rasional dan tidak merasakan emosional perasaan kita. Dengan kata lain cara berpikir seseorang juga mempengaruhi kehidupannya. Apakah ingin bahagia atau tidak, kita sendirilah yang menentukannya karena Mind Spa adalah “merasakan.”

foto    foto

Keterangan :

  • Sebanyak 94 orang mengikuti kegiatan buku yang diadakan di Jing Si Books and Cafe Pluit Jakarta Utara (kiri).
  • Para peserta yang hadir di Jing Si Books and Café Pluit pun di ajak untuk “merasakan" jasa orang tua. Semua peserta yang hadir merasa terharu dan meneteskan air mata (kanan).

Lalu apakah yang kita rasakan tentang kehidupan ini? Pepatah mengatakan “Budi luhur orang tua tidak bisa di lupakan”. Kasih sayang orang tua tulus dan murni. Mereka bahkan rela berkorban demi kebahagiaan anak-anaknya, selalu ingin memberikan yang terbaik demi masa depan anak-anaknya. Namun, apakah kita bisa merasakan perjuangan dan pengorbanan mereka? Apakah kita berada di samping mereka di saat mereka sakit? Terkadang kita lupa tujuan kita terlahir di dunia ini. Kenyataannya apa yang terjadi dalam masyarakat kita saat ini sangat menyedihkan. Seringkali kita melihat anak-anak sekarang tidak menghormati orang yang lebih tua, mereka hanya menghormati orang yang dianggap sempurna. Sebaliknya mereka tidak bisa menghormati dan tidak mau menerima kekurangan orang lain walaupun itu orang tua mereka sendiri.

Tiada orang tua yang sempurna, tetapi cinta kasih mereka adalah 100%”. Menghormati adalah menerima kekurangan orang lain karena tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Tidak ada manusia yang tak luput dari kesalahan karena kita masih ada kekotoran batin. Di Tzu Chi kita percaya dengan ajaran Master Cheng Yen yang berlandaskan cinta kasih universal. Seperti saat mengikuti sebuah kegiatan contohnya, adakah kita benar-benar merasakan cinta kasih dalam kegiatan pembagian beras? Atau hanya sekedar bekerja saja tanpa benar-benar memahami tujuan yang sesungguhnya dari kegiatan tersebut? Jika kita sendiri tidak bisa merasakan cinta kasih itu lalu bagaimanakah caranya memberikan cinta kasih kepada orang lain? Memahami berbeda dengan menyadari. Memahami tanpa menyadari berarti hanya sekedar mengetahui, sementara untuk bisa menyadari harus disertai dengan tindakan secara nyata. Master Cheng Yen juga berkata dua hal yang tidak boleh ditunda adalah berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan. Kita harus merasakan terlebih dahulu cinta kasih orang tua yang tanpa pamrih, dengan demikian barulah kita bisa merasakan cinta kasih itu dan bisa berbuat kebajikan. 

foto  foto

Keterangan :

  • Selain rasa haru, keceriaan juga menyelimuti diri setiap peserta yang hadir (kiri).
  • Semoga setelah merasakan kita bisa memahami tujuan kehidupan ini, menggenggam setiap waktu yang ada dan memanfaatkannya dengan baik sehingga setiap waktu yang kita lalui penuh dengan makna (kanan).

Di Tzu Chi kita melihat banyak hal. Master Cheng Yen mengatakan cinta kasih harus segera dilakukan, cinta kasih harus segera diutarakan. Saat masih ada kesempatan maka manfaatkanlah setiap kesempatan itu dengan sebaik mungkin dan tidak menunda-nunda. Karena menunda-nunda sutu perbuatan kebajikan adalah cerminan ketidakbijaksanaan. Jangan sampai kita menyesali kehidupan ini karena hukuman paling berat di dunia ini adalah penyesalan. Hargailah setiap waktu kita saat bersama dengan orang tua kita, karena kehidupan ini tidak kekal. Kita harus merasakan hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Dharma bagaikan air, di era sekarang kita membutuhkan Dharma untuk menyucikan batin manusia. Kita harus hidup sederhana baru bisa merasa berpuas diri, dengan terharu baru kita bisa merasakan bersyukur, dengan memahami baru bisa merasakan pegertian dan dengan cinta kasih kita baru bisa memaafkan.   

Malam itu, Kamis 1 Desember 2011 melalui video yang diperlihatkan oleh  Ji Shou Shixiong para peserta (94 orang) yang hadir di Jing Si Books and Café Pluit pun di ajak untuk “merasakan. Semua peserta yang hadir merasa terharu dan meneteskan air mata. Semoga setelah merasakan kita bisa memahami tujuan kehidupan ini, menggenggam setiap waktu yang ada dan memanfaatkannya dengan baik sehingga setiap waktu yang kita lalui penuh dengan makna. Menciptakan berkah baik, berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan, menjalani kehidupan ini dengan optimis sehingga kita bisa senantiasa berbahagia. Merasakan harapan dan impian, selalu mensyukuri kehidupan ini, berpengertian dan penuh cinta kasih.

 

  
 

Artikel Terkait

Doa Bersama Waisak di Sekolah Yos Sudarso Medan

Doa Bersama Waisak di Sekolah Yos Sudarso Medan

31 Mei 2023

Relawan Tzu Chi Medan mengadakan perayaan Waisak di Sekolah Yos Sudarso Medan pada 26 Mei 2023. Sebanyak 139 siswa dari jenjang SD, SMP, dan SMA mengikuti perayaan Waisak ini.

Mengajak Masyarakat untuk Bersumbangsih

Mengajak Masyarakat untuk Bersumbangsih

18 Desember 2018

“Selamat siang pak.. kami dari Yayasan Buddha Tzu Chi mau mengucapkan terima kasih telah mengisi bensin di pom bensin Panghegar. Karena di setiap Jumatnya keuntungan dan laba yang diterima akan disumbangkan melalui Tzu Chi untuk membantu orang yang membutuhkan,” ucap Pepeng Kuswati, relawan Tzu Chi Bandung menyapa para pengendara sepeda motor di SPBU Panghegar.

Memanen Sayuran Hidroponik Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

Memanen Sayuran Hidroponik Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

03 Desember 2020

Senin, 30 November 2020, para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng memanen tanaman hasil hidroponik dengan sistem rakit apung yang telah ditanam sebulan sebelumnya. Dari 108 bibit, 100 di antaranya berhasil tumbuh dan dipanen dengan baik dan memuaskan.

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -