Bedah Buku:Mutiara Dalam Hati
Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Ciu Yen (He Qi Utara)
|
| ||
.“Mengapa putih?” Rudy Shixiong melanjutkan, ”Karena putih itu melambangkan yang baik. Sebenarnya dalam hati kita ada sebuah mutiara putih, yang indah dan berharga tapi tersembunyi, bila sering kita bersihkan, jaga dan rawat, maka mutiara itu akan menjadi jernih dan bersih. Namun apakah setiap orang menyadari hal tersebut? Bagaimana kita mengetahui keindahan yang ada dalam hati kita?” ucap Rudy Shixiong. “Bila kita sudah lancar menjalankan sila-sila dengan baik, sudah menjadi kebiasaan kita, maka setiap tindakan dan ucapan kita sudah baik sehingga kebijaksanaan pun bisa muncul. Di Tzu Chi, dalam berkegiatan apapun, tujuannya adalah untuk mendapat ketenangan batin. Adanya komunitas cinta kasih Tzu Chi dalam perusahaan, kita bukan semata-mata fokus di kegiatannya, namun untuk menemukan mutiara di dalam hati kita,” tuturnya. Asal mula komunitas Tzu Chi bisa berkembang di Sinarmas yaitu ketika Wen Yu Shijie, sekretaris Pak Eka, sering bercerita mengenai Tzu Chi, sehingga mendorong Pak Eka untuk mencari tahu kebenarannya. Setelah kejadian 1998, Pak Eka pun berangkat ke Taiwan dan menemui Master Cheng Yen, Pak Eka semakin yakin dan tertarik dengan Tzu Chi. Saat itu ada yang bertanya kepada Master Cheng Yen, mengapa terjadi kerusuhan di Indonesia? Master menjawab,“Karena kalian mendapatkan banyak, tapi kurang berbagi kepada masyarakat.” Ibarat menggoreng telur mata sapi, bila diberi kecap, tentu bagian putih telurnya juga mendapat percikan kecap manis. Artinya masyarakat sekitar juga mestinya dapat merasakan manisnya kecap tersebut. Sekembali dari Taiwan, Sinarmas langsung mengadakan pembagian beras sebanyak 50.000 ton, pembagian beras dilakukan secara besar-besaran dan serentak di 40 titik setiap hari Sabtu dan Minggu. Setelah itu, Sinarmas mulai menggalang dana dari karyawannya. Awalnya ada yang tidak rela untuk memberi sumbangan, timbul pertanyaan mengapa melibatkan karyawan, mengapa bukan perusahaan saja yang menyumbang? Saat itu oleh Pak Franky dijawab, “Perusahaan ibarat lilin besar, bila hanya mengandalkan satu lilin besar, maka tempat yang terang hanya terbatas di satu tempat, bila di samping-samping lilin besar juga ada banyak lilin-lilin kecil, maka tempat yang terang tentu akan makin luas.”
Keterangan :
Membangkitkan Cinta Kasih dan Rasa Syukur Cinta kasih yang sudah ditebar Tzu Chi Sinarmas, ternyata juga dibukukan oleh seorang karyawan Sinarmas sekaligus relawan Tzu Chi, yaitu Ruslianto. Buku setebal 86 halaman yang berjudul “CK5K” (Cinta Kasih Lima Kilometer) ini berisi catatan data, fakta, dan cerita cinta kasih PT.SMART Tbk Padang Halaban dan Tzu Chi Perwakilan Sinarmas seluas 5 km di Padang Halaban, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Di bawah pimpinan Pak Eka ada sebanyak 142 perkebunan yang tersebar di seluruh Indonesia. Sejauh ini, Tzu Chi Sinarmas bukan hanya menangani baksos, tapi ada juga bantuan untuk kebakaran, banjir, dan lainnya. Rudy Shixiong kemudian mengajak para peserta untuk menonton video kilas balik kegiatan yang diadakan Tzu Chi Sinarmas selama ini. Dari video itu kita melihat perjalanan Tzu Chi Sinarmas dalam melaksanakan kegiatannya, melewati sungai dengan beraneka bentuk media penyeberangan, hingga melewati jalan tak beraspal yang bisa menyebabkan mobil mogok di tengah jalan. Ada juga warga sekitar yang akhirnya terinspirasi dan sudah menjadi relawan biru putih dan menggalang dana, selain itu juga terdapat orang yang cacat fisiknya tapi sudah menjadi relawan abu putih. Tidak ketinggalan, ada juga pelatihan budaya humanis untuk relawan Tzu Chi Sinarmas karena hal ini dinilai sangat penting. Di akhir sharingnya, Rudy Shixiong menegaskan bahwa tujuan pengembangan cinta kasih di corporate ini fokusnya adalah karyawan, pertama agar karyawan bukan hanya bekerja, tapi juga punya hati dan bisa memperluas cinta kasihnya. Kedua adalah menumbuhkan rasa syukur dalam diri karyawan. “Suatu saat saya hendak menutup pintu gerbang rumah saya, ternyata tidak bisa ditutup dan sangat keras, setelah diperiksa, ternyata rodanya patah akibat karat. Mengapa bisa berkarat, itu karena tidak dicat. Saya pun berpikir, kejadian ini ibarat diri kita yang selalu lupa dengan bagian terpenting dalam diri kita, yaitu hati kita yang juga rapuh, dan harus sering kita lihat dan bersihkan terus.” Hal tersebut juga diiyakan oleh Po San Shixiong yang menutup acara bedah buku dengan beberapa kesimpulannya yang selalu menarik, “Saya sangat terharu karena tanpa menggunakan kekerasan atau paksaan, tapi ada suatu kekuatan yang membuat orang yang tadinya tidak setuju menjadi mendukung. Dalam hati kita ada sebuah mutiara yang harus kita jaga, rawat dan bersihkan. Ibarat rumah kita yang sudah dibersihkan maka beberapa hari kemudian akan berdebu kembali, demikian pula dalam hati kita juga ada sebuah rumah yang harus sering kita bersihkan yaitu dengan air dharma Master Cheng Yen.” Acara bedah buku pun berakhir, ditutup dengan ucapan Gan en kepada pembicara dan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Semoga setiap orang dapat menemukan mutiara dalam hatinya dan menjaganya dengan baik. Bila kilauan mutiara setiap orang memancar dengan indah, tentu dunia akan terlihat indah juga. |
| ||