Bedah Buku Perdana di Sinar Mas
Jurnalis : William (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Raden Rizky Hasmoro (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)
Sabtu, 9 Maret 2013, relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas mengadakan kegiatan bedah buku perdana yang membahas buku Ilmu Ekonomi Kehidupan karya Master Cheng Yen. |
| ||
Dengan tekad untuk melaksanakan misi budaya humanis Tzu Chi, ditambah dengan niat baik untuk berbagi pesan baik Master Cheng Yen kepada banyak orang, para relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas bahu-membahu mempersiapkan kegiatan bedah buku perdana ini. Dari menyiapkanlokasi sampai menyusun rundown acara secara rinci, para relawan yang sebagian besar merupakan karyawan PT. SMART, Tbk. menyempatkan waktu demi kelancaran acara ini. Para relawan bekerja dengan penuh ketulusan demi membuat sebuah sajian “olah rasa” dan “olah jiwa” yang bermanfaat. “Kami sudah biasa melaksanakan bedah buku di Tzu Chi sendiri, misalnya di He Qi Utara, tetapi bedah buku di Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas ini merupakan sebuah tantangan baru,” ujar Metasari Shijie, penanggung jawab acara. Puncaknya, pada hari Sabtu tanggal 9 Maret 2013, bertempat di Ruang Muara Wahau, Lantai 32, Menara II, Plaza Bii, acara bedah buku perdana yang membahas buku Ilmu Ekonomi Kehidupan karya Master Cheng Yen siap dilakukan. Lokasi diadakannya bedah buku cukup mencerminkan semangat Tzu Chi. Sebuah meja panjang menjadi alas bagi puluhan celengan bambu yang akan dibagikan kepada peserta. Souvenir berupa gantungan alas kaki, yang menceritakan sejarah kehidupan Master Cheng Yen dan murid-muridnya, juga tidak lupa disediakan. Berbagai judul buku karya Master Cheng Yen, biji saga, dan beberapa produk 3 in 1 dari kegiatan kemanusiaan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas turut ditampilkan untuk meramaikan suasana. Para narasumber juga hadir tepat waktu. Achmad Fedyani (Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia), Tata Tjahjadi Shixiong (Relawan Tzu Chi dari Strategic Venture), dan Lo Hok Lay Shixiong (Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia) siap membagikan pandangannya mengenai sebuah topik universal bernama waktu. “Dalam disiplin antropologi, saya percaya bahwa apa yang disebut waktu dan karma itu mencerminkan Teori Strukturasi. Analogi Teori Strukturasi seperti ini: misalkan kita menggunakan bola putih untuk memukul 15 bola bilyar lainnya, maka 15 bola lainnya akan menumbuk sana-sini; satu tumbukan bola akan menghasilkan tumbukan-tumbukan lain dan mengakibatkan bola lainnya berantakan. Kaitannya dengan karma dan waktu adalah satu hal yang dilakukan akan mengakibatkan dampat-dampak lanjutan. Jadi, kalau ada satu perbuatan baik yang dilakukan, maka itu akan menghasilkan kebaikan-kebaikan lainnya,” jelas Achmad Fedyani yang biasa disapa “Prof.” (Profesor). Keterangan :
“Berkaitan dengan topik waktu, kebaikan, dan karma, saya merasa bahwa budaya manapun satu bahasa bahwa waktu itu tidak dapat diputar ke belakang, dan sangatlah penting untuk membangun bangsa ini dengan jalan membangun kebaikan,” tambahnya. Senada dengan Achmad Fedyani Shixiong, Hok Lay Shixiong menegaskan bahwa waktu yang dimiliki oleh semua manusia adalah sama: 24 jam sehari. Yang menjadikan 24 jam tersebut berbeda adalah ada orang yang memanfaatkannya dengan logika ekonomi umum, yakni untung-rugi secara material sehingga orang terus mengejar uang, dan ada orang yang memanfaatkannya dengan logika ekonomi Master Cheng Yen, yakni kebaikan-keburukan. “Dari semua waktu yang dimiliki, hanya ‘hari ini’ yang dapat kita genggam. ‘Kemarin’ sudah berlalu, sementara ‘besok’ masih belum tiba. Karena itulah, hari ini adalah saatnya membangun kebaikan,” kata Hok Lay Shixiong. Diskusi dalam acara bedah buku ini ditutup dengan ajakan dari Tata Tjahjadi Shixiong untuk selalu menghargai waktu, khususnya dalam hal memanfaatkan sedikit waktu setiap harinya untuk mendekatkan diri dengan sang Pencipta. “Urgensi untuk mendekatkan diri dengan Tuhan sangat tinggi. Kita tidak pernah tahu kapan akan ‘dipanggil kembali’, oleh sebab itu beribadah sangatlah penting. Saya kagum dengan saudara-saudara saya umat muslim yang seolah punya ‘alarm’ untuk beribadat secara teratur setiap hari. Saya ingin mencontoh mereka. Karena itu, saya sekarang lebih rajin berdoa dan bermeditasi. Saya sadar, batas kehidupan hanyalah satu tarikan napas; saya tidak pernah tahu sampai kapan saya bisa menghirup dan menghembuskan napas. Mendekatkan diri kepada Tuhan sangatlah penting,” tutupnya. Terakhir, sebelum para peserta meninggalkan ruangan untuk menikmati makan siang, Hong Tjhin Shixiong dan Tawang Shixiong dari Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas membagikan souvenir celengan bambu dan gantungan alas kaki kepada para peserta dengan harapan agar para peserta dapat berpartisipasi dalam berdana kecil yang membawa dampak besar. | |||
Artikel Terkait
Belajar Hidroponik dan Penerapan Konsep Berbakti
05 November 2020Tim Budaya Humanis Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng mulai belajar mengembangkan budidaya tanaman hidroponik di lingkungan sekolah. Pada percobaan pertama ini, ada sejumlah 108 bibit tanaman ditanam dengan cara diapungkan. Apabila berhasil, 3 minggu lagi tanaman-tanaman tersebut akan siap dipanen.
Kekompakan Tim Konsumsi
21 Mei 2018Rabu pagi (9 Mei 2018), sekitar pukul 05.00 WIB, saat matahari masih belum terbangun dari tidurnya, para relawan konsumsi Tzu Chi Batam sudah sibuk memersiapkan sarapan pagi bagi relawan yang akan hadir. Hadir untuk menyaksikan program Pertemuan Pagi Relawan dan mengikuti Kebaktian Sutra Bhaisajyaguru sambungan internet langsung dari Taiwan.