Bedah Buku: Sutra Hidup Manusia (Bagian1)
Jurnalis : Sufenny (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
|
| ||
Jhonny Shixiong memulai ceritanya dengan mengingat masa kecilnya, “Semenjak kecil saya penganut Buddhis, rajin mengikuti kegiatan organisasi di Vihara. Pada tahun 1991 merantau ke Jakarta pengikut Tridharma kemudian pindah aliran ke Mahayana. Sebelumnya juga pernah ke gereja. Saya sudah mengikuti bermacam-macam ajaran, menurut pandangan saya, sesuatu hal kalau baik kenapa tidak untuk dilaksanakan? Setelah belajar Dharma baru menyadari apa itu Dharma. Saya di sini akan sharing mengenai apa yang telah saya peroleh selama mengikuti kegiatan di Tzu Chi dan apa yang telah merubah keluarga saya. Semenjak mengikuti banyak kegiatan kasus di Yayasan Buddha Tzu Chi saya mulai tersadarkan, menyadari akan ketidak-kekalan. Pada tahun 2007 saya menderita penyakit Hepatitis, diopname selama 5 hari di rumah sakit. Hari kedua teman yang dulunya sama-sama merantau ke Jakarta ini menelpon saya, nanti malam mau besuk di Rumah Sakit, ternyata pada siang hari adiknya menelpon saya dan mengabari bahwa kakaknya tersebut meninggal karena mengalami kecelakaan. Saya sangat kaget waktu itu, karena barusan mendengar berita akan datang kenapa keadaan bisa berubah secepat itu. Saya menangis beberapa kali sampai tersungkur. Hubungan saya dengan teman ini sangat dekat, saya kenal dengan istrinya. Dulu teman ini pernah memberikan tempat tinggal walau dia hanya tinggal di tempat kos. Dari kejadian ini saya menyadari, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Semenjak itu, jika saya bertemu dengan orang-orang, saya akan menanyakan ‘Apakah kamu sudah siap meninggalkan dunia ini?’ Sampai teman mengira saya sudah sakit jiwa. Dari ketidak-kekalan inilah saya merubah pandangan pola hidup saya.
Keterangan :
Dulu hobi saya berjudi dan main bilyard. Semenjak duduk di bangku sekolah sudah mengerti bermacam-macam perjudian, dengan pemikiran uang yang saya pergunakan adalah milik saya sendiri dan tidak merugikan orang lain, jadi tidak ada salahnya. Dampak dari berjudi bisa melupakan keluarga, pulang kerja langsung main sampai jam 2 pagi baru pulang ke rumah. Ada kisah dibalik perubahan pandangan pola hidup saya, pada saat itu ada satu teman yang hobi bola juga, kita masih sempat ngobrol-ngobrol pada jam 22.30 WIB. Akan tetapi pada tengah malam jam 12.00 WIB dia kena stroke lalu meninggal. Benar-benar saya tersadarkan, tidak kekalan di dunia ini. Cerita lainnya ada seorang teman pengusaha yang baru rencana mau joinusaha, seminggu kemudian dia masuk rumah sakit dan dua minggu kemudian meninggal dunia. Dari kejadian ini saya berpikir, kalau waktunya sudah tiba, apa yang bisa kita bawa? Saya tersadarkan pada saat itu lalu mencari tahu jawabannya. Kebetulan waktu itu saya menonton Da Ai TV sedang menayangkan film seorang penjudi yang walaupun rumahnya sudah kebakaran pun masih mengatakan kepada temannya nanti dia akan balik lagi. Setelah melihat film ini lalu saya mencari tahu mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi kemudian mengikuti kegiatan sosialisasi pada tanggal 3 Mei 2008. Dua bulan kemudian belajar untuk tidak mengkonsumsi daging, karena saya bergabung di tim survei kasus, misi kita menolong orang lain, melepas penderitaan makhluk hidup. Dulu saya suka sekali makanseafood seperti kepiting dan kerang, sedangkan seafood pada saat hendak makan posisinya masih hidup. Nah, di situlah saya terpanggil untuk tidak mengkonsumsi daging. Begitu masuk di Tzu Chi saya lebih peduli. Terjun di misi amal sejak awal hingga saat ini. Dari misi amal ini menyadari makna kehidupan yang sebenarnya. Kasus pertama yang diikuti pada tanggal 3 Juli 2008 yaitu bertemu dengan bayi yang bernama Untung Mandala berusia 5 bulan, pasien menderita penyakit Hidrocefalus. Lantai rumahnya dari tanah, bukan keramik. Dengan melihat keadaan pasien ini timbul rasa bersalah pada diri sendiri karena suka berjudi menghambur-hamburkan uang sedangkan uang bagi orang yang membutuhkan memiliki nilai yang sangat tinggi. Kalau kalah judi bisa habis sekian banyak duit. Maka Johnny Shixiong pun mulai berhenti untuk berjudi. Banyak belajar dari kasus, karena setiap kasus (pasien) yang ditangani berbeda. Pernah juga ditemui pasien yang karena jarak tempuh yang lumayan jauh, lalu Johnny Shixiong memberikan ongkos kepadanya supaya naik kenderaan umum saja, ternyata ketika ditunggu-tunggu kedatangannya tidak tiba tepat waktu. Begitu tiba, Johnny Shixiong bertanya “Kenapa sekarang baru tiba? Seharusnya sudah tiba sejak tadi”. Jawab pasien “Uang yang diberikan Johnny Shixiong bisa dipergunakan untuk keperluan lain, seperti membeli beras atau lainnya”. Lalu pasien tetap menempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki dengan mengirit uang yang diberikan. Kemudian hati Johnny Shixiong pun tersentuh melihat penderitaan yang diderita oleh pasien. Kasus lain, pasien yang bernama Horiyah berusia 35 tahun, status janda satu anak. Pasien menderita tumor perut berisi air seberat 10 kg pada Agustus 2008. Kesabaran Johnny Shixiongsedang diuji. Selama setengah tahun Johnny Shixiong mengajak pasien untuk berobat, tetapi pasien selalu menolak karena takut setelah dioperasi bisa meninggal. Setelah ditentukan jadwal operasi, pasien tidak hadir. Akhirnya ulang lagi check awal semuanya. Sampai Johnny Shixiongharus mengejar-ngejar pasien di sawah sambil tertawa-tawa, untuk membujuk pasien agar mau berobat. Dokter memberikan resep, garam Inggris diminum sedikit, malah diminum semua sekaligus oleh pasien hingga pingsan lalu pasien dibawa ke RSKB ulang lagi pemeriksaan. Kasus ini benar-benar menyita waktu dan kesabaran. Johnny Shixiong berusaha untuk selalu tersenyum dan lembut pada pasien tersebut karena teringat akan kata “kebiasaaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi karakter (kebiasaan baru) kita nantinya”. Bersambung ke Bagian ke 2 |
| ||
Artikel Terkait
Menjalin Jodoh Baik dengan Warga Banjar Sugihan Melalui Pembagian Paket Sembako
26 November 2021Tzu Chi Surabaya bekerja sama dengan Koramil 05/0830 Balongsari membagikan 200 paket sembako bagi warga kurang mampu di Kelurahan Banjar Sugihan, Surabaya.